TURBIN UAP LAPORAN ON JOB TRAINING TURBIN UAP

dokumen-dokumen yang mirip
STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

Pengoperasian pltu. Simple, Inspiring, Performing,

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya?

BAB IV DESKRIPSI MATERI

Session 11 Steam Turbine Protection

BAB I PENDAHULUAN. Turbin uap berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung. menghasilkan putaran (energi mekanik).

Kata Pengantar. sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

JENIS TURBIN. Jenis turbin menurut bentuk blade terdiri dari. Jenis turbin menurut banyaknya silinder. Jenis turbin menurut arah aliran uap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

BAB II LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Turbin Uap BOILER. 1 4 konderser

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 61-68

BAB III TURBIN DAN PERAWATAN TURBIN

COOLING WATER SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN. gesekan pada saat rotor turbin berputar, maka bantalan-bantalan. penyangga tersebut harus dilumasi dengan minyak pelumas.

SISTEM KONTROL PADA HIGH PRESSURE TURBINE BYPASS VALVE. Oleh: Meilia Safitri (L2F008061) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

TUGAS MATAKULIAH SISTEM PEMBANGKIT TENAGA UAP TURBIN UAP : 1. ADE SURYAN YULIANTO (G1C012003) 2. SEPRIANSYAH (G1C01100)

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. memanfaatkan energi kinetik berupa uap guna menghasilkan energi listrik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

MODUL V-B PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS

Tugas khusus Adi Kunchoro

Gambar 2.2 Flow Diagram PLTP Kamojang

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

BAB II LANDASAN TEORI

1. Bagian Utama Boiler

BAB II LANDASAN TEORI. stage nozzle atau nozzle tingkat pertama atau suhu pengapian turbin. Apabila suhu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SESSION 3 GAS-TURBINE POWER PLANT

BAB III LOW PRESSURE DRAIN PUMP

1. POMPA MENURUT PRINSIP DAN CARA KERJANYA

BAB III LANDASAN TEORI. Gas buang dari turbin gas dengan suhu yang tinggi dialirkan ke HRSG (Heat Recovery Steam

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR

BAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah

BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

9. Pengetahuan Pompa Pemadam Kebakaran SUBSTANSI MATERI 9.1. Fungsi utama pada unit PKP-PK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

PEMELIHARAAN TURBIN UAP DAN ALAT BANTUNYA

BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR SENTRAL DI PT.PLN APP DURIKOSAMBI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSES PENGUJIAN APU GTCP36-4A

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

COOLING SYSTEM ( Sistim Pendinginan )

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Air Panglima Besar Soedirman. mempunyai tiga unit turbin air tipe Francis poros vertikal, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang berfungsi untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

AC (AIR CONDITIONER)

ANALISIS PERHITUNGAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN DAN EFISIENSI TURBIN UAP PADA UNIT 1 DAN UNIT 2 DI PT. INDONESIA POWER UBOH UJP BANTEN 3 LONTAR

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH

Komponen mesin pendingin

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

KERJA PEAKTEK BAB III MANAJEMEN PEMELIHARAN SISTEM KERJA POMPA OLI PADA PESAWAT PISTON ENGINE TIPE TOBAGO TB-10

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS TERJADINYA HIGH OIL CONSUMPTION PADA LUBRICATION SYSTEM PESAWAT BOEING PK-GGF

ANALISA HEAT RATE PADA TURBIN UAP BERDASARKAN PERFORMANCE TEST PLTU TANJUNG JATI B UNIT 3

ANALISA PERFORMANSI TURBIN UAP KAPASITAS 60 MW DI PLTU PEMBANGKITAN LISTRIK SEKTOR BELAWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

Transkripsi:

10/03/2010 Hal. iii LAPORAN ON JOB TRAINING 1. TUJUAN PROGRAM : Menyiapkan tenaga operator yang kompeten di bidang pengoperasian PLTU Minyak terutama pengoperasian turbin uap. 2. SASARAN PROGRAM Setelah mengikuti On the Job Training (OJT) ini, diharapkan mampu: 1. Memeriksa kesiapan peralatan 2. Mengoperasikan peralatan 3. Mengatasi gangguan peralatan 3. MATERI PROGRAM 1. Fungsi dan cara kerja peralatan 2. Proses / Pengoperasian 3. Penanganan Gangguan (Troubleshooting) 4. WAKTU 2 Bulan dengan langsung ditempatkan di unit PLTU 3/4 5. METODE 1. On the Job Training (OJT) 2. Diskusi dan tanya jawab 6. REFERENSI 1. Modul 2 pengopeerasian turbin uap dan alat bantunya.unit Pendidikan Dan Pelatihan Suralaya. 2. SOP pengoperasaian turbin uap PLTU 3/4

27-06-2010 Hal. iv DAFTAR ISI Judul i Lembar Pengesahan ii Tujuan & Sasaran Program iii Daftar Isi iv 1. Turbin Uap 1.1 Fungsi turbin uap 1 1.2 Bagian - bagian turbin Uap 1 1.3 Proses Kerja 2 2. Kondensor Utama 2.1 Kondensor Utama 11 2.2 Sistem Penghisap Udara (Air Extraction) 12 2.3 Steam ejector 13 3. Alat - alat bantu turbin 3.1 Steam Chest Dan Katup Uap Utama 14 3.2 Katup Penutup Cepat (Stop Valve) 15 3.3 Katup Pengatur (Governor Valve) 16 4. Sistem Proteksi Turbin 4.1 Proteksi Putaran Lebih (Over Speed Protection) 18 4.2 Low Bearing Oil Pressure Low Trip 19 4.3 Low Condensor Vacum Trip 20 4.4 Manual Trip 20 5. Sistem Pelumas Turbin 5.1 Tangki Pelumas 22 5.2 Pompa - Pompa Pelumas 22 5.3 Pendingin Minyak (Oil Cooler) 24 5.4 Saringan (Filter/Strainer) 26 5.5 Saluran Minyak Pelumas masuk dan Kembali (Supply & Return Line) 27

10/03/2010 Hal. iv 6. Sistem Pengoperasian Turbin PLTU ¾ 6.1 Persiapan turbin dan alat bantunya 28 6.2 Start turbin PLTU ¾ 28 6.3 Pemantauan Operasional Turbin 34 6.4 Urutan stop turbin PLTU ¾ 35 7. Trobleshooting 39 8. Kesimpulan / saran 42

DISKUSI TEKNIK 10/03/2010 Hal. 1 1. 1.1. Fungsi Turbin Uap Turbin uap merupakan mesin rotasi yang berfungsi untuk mengubah energi panas yang terkandung dalam uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. 1.2. Bagian - Bagian Turbin Uap Turbin uap terdiri dari beberapa bagian utama seperti : Rumah turbin (casing), bagian yang berputar (Rotor), sudu-sudu yang dipasang pada rotor maupun casing, bantalan untuk menyangga rotor. 1.2.1. Stator Stator turbin pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu casing dan sudu diam (fixed blade). Namun untuk tempat kedudukan sudu-sudu diam dipasang diapragma. 1.2.2. Casing Casing merupakan rumah turbin yang membentuk ruangan (chamber) disekeliling rotor sehingga memungkinkan uap mengalir melintasi sudu-sudu. Pedestal yang berfungsi untuk menempatkan bantalan sebagai penyangga rotor juga dipasangkan pada casing. Umumnya salah satu pedestal diikat (anchored) mati kepondasi. Sedang yang lain ditempatkan diatas rel peluncur (Sliding feet) sehinggga casing dapat bergerak bebas akibat pengaruh pemuaian maupun penyusutan (contraction). Biasanya pedestal yang diikat pada pondasi adalah pedestal sisi tekanan rendah atau sisi yang berdekatan dengan generator (generator end). Sedang sisi yang lain dibiarkan untuk dapat bergerak dengan bebas. Ketika temperatur casing dan rotor naik, maka seluruh konstruksi turbin akan memuai. Dengan penempatan salah satu pedestal diatas rel peluncur, maka seluruh bagian turbin dapat bergerak dan bebas ketika memuai seperti diilustrasikan pada gambar 1

10/03/2010 Hal. 2 Gambar 1. Konstruksi Casing Pada Pondasi. 1.2.2.1. Konfigurasi Casing Casing utuh Seluruh bagian casing merupakan satu kesatuan. Umumnya diterapkan pada konstruksi turbin-turbin kecil. Casing Terpisah (Split Casing) Casing turbin merupakan 2 bagian yang terpisah secara horizontal dan disambungkan menjadi satu dengan baut-baut pengikat. Kedua bagian casing tersebut masingmasing disebut casing bagian atas (Top half) dan casing bagian bawah (Bottom half). Konstruksi ini lebih banyak dipakai karena pembongkaran dan pemasangannya yang relatif lebih mudah. 1.2.2.2. Rancangan Casing Dari klasifikasi ini casing turbin dibedakan menjadi 3 kategori yaitu single casing, double casing dan triplle casing.

Single Casing 10/03/2010 Hal. 3 Umumnya diterapkan pada rancangan turbin-turbin lama dan kapasitas kecil. Meskipun demikan, turbin-turbin saat inipun masih ada yang menerapkan rancangan single casing terutama pada turbin-turbin untuk penggerak pompa air pengisi ketel (BFPT). Bila rancangan ini diterapkan untuk turbin-turbin besar, maka casing turbin akan menjadi sangat tebal sehinggga memerlukan waktu yang cukup lama untuk periode "warming" ketika start hingga mencapai posisi memuai penuh. Hal ini disebabkan karena dinding casing sangat tebal dan hanya dipanaskan oleh uap dari satu sisi yaitu sisi bagian dalam. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya perbedaan temperatur yang cukup besar antara permukaan bagian dalam casing dengan permukaan bagian luar. Dengan demikian maka waktu yang diperlukan untuk pemerataan temperature menjadi lebih lama. Ilustrasi turbin single casing dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Turbin Single Casing.

10/03/2010 Hal. 4 Double Casing Dalam rancangan double casing, Turbin terdiri dari 2 casing utuk setiap selinder. Dengan demikian maka ketebalan masing-masing casing hanya setengah dari ketebalan single casing. Dengan demikian maka proses pemerataan panas dan ekspansi menjadi lebih cepat. Disamping itu, karena setiap segmen casing menjadi lebih ringan, maka pemeliharaan menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Ilustrasi untuk Turbin double casing dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Turbin Double Casing. Tripple Casing Dalam rancangan tripple casing, setiap selinder terdiri dari 3 buah casing yaitu inner casing, intermediate casing dan outer casing. Seperti diperlihatkan pada gambar 4.

10/03/2010 Hal. 5 Gambar 4. Turbin Triple Casing. 1.2.3. Rotor Rotor turbin terdiri dari poros beserta cincin-cincin yang terbentuk dari rangkaian sudu-sudu yang dipasangkan sejajar sepanjang poros. Rotor adalah bagian dari turbin yang mengubah energi yang terkandung dalam uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Secara umum ada 2 macam tipe rotor turbin yaitu rotor tipe piringan (disk) dan rotor tipe drum. 1.2.3.1. Rotor Tipe Disk Pada rotor tipe ini, piringan-piringan (disk) dipasangkan pada poros sehingga membentuk jajaran piringan seperti terlihat pada gambar 5.

10/03/2010 Hal. 6 Gambar. 5. Rotor Tipe Cakra (Disk). 1.2.3.2. Rotor Tipe Drum Pada rotor tipe ini, poros dicor dan dibentuk sesuai yang dikehendaki dan rangkaian sudusudu Iangsung dipasang pada poros. Rotor tipe drum sangat fleksibel dan dapat dipakai hampir untuk semua jenis turbin. Ilustrasi rotor jenis ini dapat dilihat pada gambar 6. Gambar. 6. Rotor Tipe Drum.

10/03/2010 Hal. 7 1.2.4. Sudu Sudu adalah bagian dari turbin dimana konversi energi terjadi. Sudu sendiri terdiri dari bagian akar sudu, badan sudu dan ujung sudu seperti terlihat pada gambar 7. Gambar 7. Sudu Turbin. Sudu seperti terlihat pada gambar 7, tersebut kemudian dirangkai sehingga membentuk satu lingkaran penuh. Rangkaian sudu tersebut ada yang difungsikan sebagai sudu jalan dan ada yang difungsikan menjadi suhu tetap. Rangkaian sudu jalan dipasang disekeliling Rotor sedang rangkaian sudu tetap dipasang disekeliling casing bagian dalam. Rangkaian sudu jalan berfungsi untuk kinetik uap menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros turbin. Sedangkan sudu tetap, selain ada yang berfungsi untuk mengubah energi panas menjadi energi kinetik, tetapi ada jugs yang berfungsi untuk membalik arah aliran uap. Contoh dari rangkaian sudu jalan dapat dilihat pada gambar 8.

10/03/2010 Hal. 8 Gambar 8. Sudu Jalan. Dalam gambar 8, terlihat bahwa bagian akar sudu ditanamkan kedalam aluralur disekeliling Rotor sedangkan bagian ujung-ujung sudu disatukan oleh plat baja penghubung yang disebut "SHROUD". Shroud berfungsi untuk memperkokoh serta mengurangi vibrasi dari rangkaian sudu-sudu. Sudu-sudu tetap umumnya dirangkai membentuk setengah lingkaran pada sebuah segmen yang disebut diapragma seperti terlihat pada gambar 9. Gambar. 9. Sudu Tetap.

1.2.5. Bantalan 10/03/2010 Hal. 9 Sebagai bagian yang berputar, rotor memiliki kecenderungan untuk bergerak baik dalam arah radial maupun dalam arah aksial.karena itu rotor harus ditumpu secara baik agar tidak terjadi pergeseran radial maupun aksial yang berlebihan. Komponen yang dipakai untuk keperluan ini disebut bantalan (bearing). Turbin uap umumnya dilengkapi oleh bantalan jurnal (journal bearing) dan bantalan aksial (Thrust bearing) untuk menyangga rotor maupun untuk membatasi pergeseran rotor. Gambar 10, memperlihatkan contoh tipikal kedua jenis bantalan tersebut. Gambar 10. Bantalan.

10/03/2010 Hal. 10 Pada bantalan jurnal, permukaaan bagian dalam yang mungkin dapat kontak langsung dengan permukaaan poros dilapisi oleh logam putih (white metal/babbit) yang lunak. Disamping itu juga terdapat saluran-saluran tempat minyak pelumas mengalir masuk ke bantalan dan saluran dimana minyak pelumas dapat mengalir keluar meninggggalkan bantalan. Sedangkan pada bantalan aksial (Thrust bearing), umumnya terdiri dari piringan (Thrust Collar) yang merupakan bagian dari poros dan dua sepatu (Thrust pad) yang diikatkan ke Casing. Bantalan aksial berfungsi untuk mengontrol posisi aksial rotor relatif terhadap casing. Gambar 11. Turbin Uap

10/03/2010 Hal. 11 2. KONDENSOR UTAMA (MAIN CONDENSOR). 2.1. Kondensor Utama (Main Condensor). Seperti diketahui bahwa dalam siklus PLTU, uap yang keluar meninggalkan tingkat akhir turbin tekanan rendah akan mengalir memasuki kondensor. Kondensor PLTU umumnya merupakan perangkat penukar panas tipe permukaan (surface) yang memiliki 2 fungsi utama yaitu sebagai wahana penghasil vacum tinggi bagi uap keluar exhaust turbin serta untuk mengkondensasikan uap bekas keluar dari exhaust turbin. Kedua fungsi tersebut sekilas kurang begitu penting tetapi ternyata keduanya merupakan faktor yang cukup vital dalam pengoperasian turbin maupun efisiensi siklus. Media yang dialirkan ke kondensor untuk mendinginkan/mengkondensasikan uap adalah air yang disebut air pendingin utama (circulating water). Air pedingin mengalir didalam pipa - pipa kondensor sedang uap bekas mengalir dibagian luar pipa. Melalui proses tersebut, panas dalam uap bekas akan diserap oleh air pendingin sehingga uap akan terkondensasi menjadi air yang dinamakan air kondensat. Air kondensat ini akan ditampung dibagian bawah kondensor dalam sebuah penampung yang disebut hotwell. Air kondesat dari dalam hotwell selanjutnya dipompakan lagi ke deaerator oleh pompa kondensat. Kondensor umumnya terletak dibagian bawah turbin (under slung) dan tersambung ke exhaust turbin tekanan rendah. Penyambungan antara turbin dengan kondensor harus cukup feksibel untuk mengakomodir adanya pemuaian akibat variasi temperatur. Ada 2 macam cara penyambungan turbin dengan kondensor yaitu Sambungan Rigid dimana antara turbin exhaust dengan kondensor dihubungkan secara langsung seperti terlihat pada gambar 12. Untuk mengakomodir pemuaian atau penyusutan kondensor, bagian bawah kondensor ditumpu oleh pegas-pegas sehingga memungkinkan kondensor bergerak keatas atau kebawah dengan bebas.

10/03/2010 Hal. 12 Gambar 12. Sambungan Turbin - Kondensor. 2.2. Sistem Penghisap Udara (Air Extraction). Pada condensing turbin, efisiensi siklus maupun efisiensi turbin turut ditentukan oleh vacum kondensor. Mengingat bahwa udara serta non condensable gas lain senantiasa muncul dalam kondensor, baik disebabkan karena kebocoran - kebocoran maupun yang terbawa bersama uap, maka akumulasi dari udara dan gas-gas tersebut dapat mengganggu vacum kondensor. Agar tingkat kevacuman kondensor dapat dipertahankan, maka kumulasi udara dan gas-gas tersebut harus dikeluarkan dari kondensor secara kontinyu. Untuk keperluan ini, disediakan perangkat penghisap udara (Air extraction plant) yang berfungsi untuk menghisap udara dan non condensable gas dari kondensor. Ada 2 macam penghisap udara yang banyak dipakai yaitu steam ejector dan vacum pump.

2.3. Steam Ejector. 10/03/2010 Hal. 13 Perangkat ini menggunakan ejector uap untuk menghisap udara dan non condensable gas dari dalam kondensor. Gambar 22, merupakan ejector uap bertingkat (Multy Stage Steam Ejector) yang terdiri dari 3 tingkat dengan 3 buah ejector yang masing-masing berbeda ukurannya. Ketiga ejector tersebut dipasangkan pada sebuah shell/tabung penukar panas tipe permukaan (Surface Heat Exchanger) dimana di alirankan air kondensat sebagai media pendingin. Pasokan uap berasal dari main steam katup pengatur tekanan, dialirkan ke Nozzle ejector tingkat pertama (primary ejector). Akibat transformasi energi pada Nozzle, maka tekanan dibagian leher Nozzle (Throat) akan turun sehingga udara dan non condensable gas dari kondensor akan terhisap dan keluar dari mulut Nozzle bersama uap. Campuran ini kemudian masuk shell tingkat pertama dan mengalir dibagian dalam pipa-pipa pendingin (tube) dimana dibagian luar pipa dialirkan air condesate sebagai pendingin. Akibat proses pendingin, fraksi uap dalam campuran akan terkondensasi sementara fraksi udara dan non condensable gas akan mengalalmi pengecilan volume (contracting). Campuran udara akan non condensable gas dari shell tingkat pertama kemudian dihisap lagi oleh ejector tingkat kedua. Akibat campuran ini sudah mengalami penurunan volume/kontraksi, maka ejector tingkat kedua hanya memerlukan uap yang lebih sedikit serta ukuran ejector yang lebih kecil. Campuran uap dengan udara dan non condensable gas yang keluar dari ejector tingkat kedua kemudian masuk shell tingkat kedua yang didinginkan oleh air condensate.

10/03/2010 Hal. 14 Hoging/Starting Ejector. Selain perangkat ejector seperti yang dijelaskan diatas, PLTU juga dilengkapi dengan ejector lain yang berukuran lebih besar dan umumnya disebut hoging atau starting ejector. Sesuai namanya, ejector ini hanya dioperasikan sebelum turbin berputar. Fungsinya adalah untuk menghisap udara dalam jumlah besar dari kondensor dalam waktu yang singkat dalam rangka membuat vacum kondensor menjelang start turbin. Dalam keadaan normal operasi, ejector ini umumnya tidak dioperasikan. Gambar 13. Steam Air Ejector System. 3. ALAT - ALAT BANTU TURBIN 3.1. Steam Chest. Steam chest adalah merupakan titik pertemuan antara pipa uap utama dengan saluran uap masuk turbin. Fungsi utama Steam Chest adalah sebagai wadah untuk menempatkan katup-katup governor sebagai pengatur aliran uap yang akan masuk ke Turbin.

10/03/2010 Hal. 15 Posisi Steam Chest pada konstruksi berbagai turbin sangat beragam. Pada salah satu rancangan turbin, steam chest mungkin ditempatkan dibagian atas dan bawah dari turbin tekanan tinggi. Pada rancangan lain, steam chest ditempatkan dikedua sisi turbin tekanan tinggi. Disebagian besar konstruksi turbin, katup penutup cepat (stop valve) juga ditempatkan pada steam chest. Gambar 26, memperlihatkan sketsa tipikal steam chest dari turbin uap. Gambar 14. Steam Chest. 3.2. Katup Penutup Cepat (Stop Valve) Stop valve adalah katup penutup cepat yang berfungsi untuk memblokir aliran uap dari ketel ke Turbin. Katup ini dirancang hanya untuk menutup penuh atau membuka penuh.

10/03/2010 Hal. 16 Pada sebagian turbin, Pembukaan katup ini juga dapat diatur (Throtling) selama periode start turbin untuk mengatur aliran uap hingga putaran turbin tertentu. Fungsi pengaturan ini bagi katup penutup cepat merupakan fungsi tambahan. Fungsi utamanya adalah untuk memutus aliran uap secara cepat ketika dalam kondisi emergensi. Sesuai dengan fungsi utamanya, maka stop valve diharapkan menutup lebih cepat dibanding katup governor. Karena stop valve memiliki fungsi utama dan fungsi tambahan, maka konstruksinya juga terdiri dari katup utama (main valve) dan katup bantu (pilot valve) seperti terlihat pada gambar 28. 3.3. Katup Pengatur (Governor Valve) Fungsi katup governor adalah untuk mengatur aliran uap dari steam chest yang akan masuk ke Turbin. Jadi tugas utamanya adalah mengatur putaran atau beban yang dihasilkan oleh turbin seperti terlihat pada gambar 15. Gambar 15. Katup Governor.

4. SISTEM PROTEKSI TURBIN 10/03/2010 Hal. 17 Turbin merupakan suatu mesin yang beroperasi pada tekanan, temperatur dan putaran tinggi. Sehingga menyimpan potensi bahaya yang cukup besar bukan hanya bagi turbinnya sendiri, tetapi juga bagi manusia. Dalam usaha untuk memperkecil resiko bahaya, maka turbin dilengkapi dengan berbagai pengaman (protection) yang antara lain terdiri dari Pengaman putaran lebih (over Speed Trip) Pengaman putaran lebih (over Speed Trip) Pengaman pelumas bantalan rendah (Low Bearing Oil Pressure Trip) Pengaman tekanan kondensor tinggi (Low Vacum Trip) Pengaman tekanan minyak bantalan aksial tinggi (Thrust Bearing Oil Pressure) Pengaman Manual Trip. Perangkat proteksi turbin kerap disebut Turbine Protective Device seperti dilihat pada gambar 16. Gambar 16. Protective Device Pada prinsipnya, semua perangkat proteksi tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu mentrip turbin dengan cara membuka saluran drain sistem minyak kendali

10/03/2010 Hal. 18 (control oil system). Pada gambar terlihat bahwa bila tuas dalam posisi horizontal, berarti seluruh drain control oil system dalam keadaan tertutup. Kondisi ini adalah kondisi normal operasi. 4.1. Proteksi Putaran Lebih (Over Speed Protection) Seperti diketahui bahwa gaya sentrifugal berkaitan dengan putaran dimana gaya sentrifugal merupakan fungsi kuadrat dari putaran sudu (w). Ini berarti makin tinggi putaran turbin, makin besar gaya sentrifugal yang ditimbulkan. Pada kondisi putaran tertentu, gaya sentrifugal yang timbul dapat membahayakan turbin. Untuk itu disediakan peralatan proteksi putaranlebih (over speed protection) untuk mengamankan turbin. Ada 2 macam sistem proteksi putaran lebih yaitu sistem proteksi putaran lebih mekanik (mechanical over speed) dan putaran lebih elektrik (electrical over speed). Gambar 17, memperlihatkan sistem proteksi putaran lebih mekanik. Gambar 17. Mechanical Overspeed

10/03/2010 Hal. 19 Pada poros turbin dibuat alur melintang. Pada alur tersebut dimasukkan logam berbentuk ujung peluru yang ditahan dalam poros oleh pegas tarik. Bila poros berputar, maka akan timbul gaya sentrifugal ke arah luar yang cenderung menarik bonggol peluru keluar poros melawan tarikan pegas. Pada putaran nominal, gaya sentrifugal sebanding dengan gaya tarik pegas. Bila putaran naik hingga mencapai harga tertentu (umumnya 110 %) gaya sentrifugal yang timbul menjadi lebih besar dari gaya tarik pegas. Hal ini mengakibatkan bonggol peluru akan menonjol keluar poros dan mendorong tuas pengunci. Terdorongnya tuas pengunci akan mengakibatkan terbukanya saluran drain pada sistem minyak kendali (control oil) sehingga semua katup uap ke turbin akan menutup yang berarti turbin trip. Dengan tripnya turbin, diharapkan putaran turbin tidak naik lagi sehingga turbin terhindar dari keadaan yang membahayakan. Sistem proteksi putaran lebih elktrik biasanya merupakan cadangan (back up) yang juga akan mentrip bila putaran turbin mencapai > 110%. 4.2. Low Bearing Oil Pressure Low Trip Kontinyuitas aliran dan tekanan minyak pelumas bantalan turbin merupakan parameter yang penting bagi terbentuknya pelumasan film yang ideal pada bantalan. Bila tekanan minyak pelumas turun dapat merusak karakteristik pelumasan film di bantalan sehingga memungkinkan terjadinya kontak langsung antara permukaan poros turbin dengan permukaan bantalan. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan kerusakan pada bantalan maupun poros turbin yang tentunya tidak dikehendaki. Karena itu, bila tekanan pelumas bantalan turun hingga harga tertentu, turbin harus trip. Pada gambar terlihat bellows disebelah tuas yang dihubungkan ke tekanan pelumas bantalan. Bila tekanan pelumas bantalan turun, resultan gaya gaya berubah sehingga tuas tidak lagi dapat bertahan dalam posisi seimbang (horizontal) Tuas akan berubah posisi dimana bagian dari engsel akan turun kebawah. Kondisi ini mengakibatkan terbukanya saluran drain control oil system sehingga turbin trip.

10/03/2010 Hal. 20 4.3. Low Condensor Vacum Trip Sepeti diketahui, bahwa disamping putaran sudut, besarnya gaya sentrifugal juga ditentukan oleh radius perputaran. Diataranya seluruh jajaran sudu - sudu turbin, radius sudu yang paling besar adalah radius dari rangkaian sudu tingkat akhir. Jadi gaya sudu yang paling besar adalah radius dari rangkaian sudu tingkat akhir. Jadi gaya sentrifugal yang paling besar juga terjadi pada sudu-sudu tingkat akhir dari turbin tekanan rendah (LP Turbine). Disamping itu bahwa sudusudu tingkat akhir dari turbin tekanan rendah tingkat akhir inilah yang berhubungan langsung dengan kondensor. Bila tekanan kondensor naik (vacum rendah) terdiri dari temperatur saturated uap bekas yang keluar dari sudu akhir dan akan terkondensasi di kondensor sudu sudu akhir. Sedangkan kita ketahui bahwa dengan naiknya temperatur, maka daya tahan dari logam akan berkurang. Bila kenaikan temperatur cukup signifikan, maka turbin dapat berada dalam kondisi berbahaya. Karena itu, perlu disediakan proteksi terhadap tekanan kondensor tinggi. Pada gambar terlihat bahwa bellows dihubungkan ke kondensor. Bila tekanan kondensor naik hingga mencapai harga tertentu, maka tekanan di dalam bellows juga naik sehingga resultan gaya gaya pada tuas menjadi tak seimbang lagi. Tuas akan berubah dari posisi normal (horizontal). Bagian tuas di sebelah kid engsel akan turun ke bawah dan ini akan membuka saluran drain control oil system sehingga turbin trip. 4.4. Manual Trip Selain semua perangkat proteksi yang telah dibahas di atas. Turbin juga masih dilengkapi dengan fasilitas manual trip level yang umumnya ada di lokal serta manual trip button yang terpasang di ruang kontrol (control room). Dengan fasilitas ini, operator dapat mentrip turbin secra baik dari lokal maupun dari control room bila mendapatkan bahwa turbin beroperasi dalam kondisi yang berbahaya.

10/03/2010 Hal. 21 Pada gambar 17 juga terlihat fasilitas trip manual yang terpasang dilokal berupa tuas (manual trip level). Bila tuas ini digerakkan ke kiri, maka turbin akan trip karena gerakan turbin tuas ini akan membuka saluran drain dari sistem minyak kendali ( control oil sistem). 5. SISTEM PELUMAS TURBIN Sistem pelumas sistem yang cukup vital untuk turbin. Fungsinya bukan hanya terbatas untuk pelumasan kerja saja, tetapi juga untuk memindahkan panas dan memindahkan kotoran. Disamping itu, pada sebagian besar turbin saat ini, sistem pelumasan juga memasok kebutuhan minyak hidrolik baik sebagai penggerak aktuator hidrolik (Power oil) maupun sebagai minyak kendali (control oil) pada sistem pengaturan governor. Untuk turbin-turbin yang menggerakan generator berpedingin hidrogen, sistem pelumas juga merupakan pasokan cadangan (Back up oil) bagi sistem perapat poros generator (seal oil system). Mengingat peranannya yang cukup vital, maka sistem pelumasan menerapkan sistem sirkulasi bertekanan yang dilengkapi oleh berbagai komponen seperti terlihat pada gambar 18. Gambar 18. Sistem Pelumas Turbin.

10/03/2010 Hal. 22 Komponen-komponen utama dalam sistem pelumasan antara lain adalah : Tangki pelumas Pompa pelumas Pendingin minyak pelumas Saringan-saringan Regulator Pemurni minyak (Purifier) 5.1. Tangki Pelumas Tangki pelumas berfungsi sebagai penampung (reservoir) guna memasok kebutuhan minyak bagi sistem pelumasan dan lainnya serta menampung minyak yang kembali dari sistem pelumasan. Pada tangki pelumas juga yang beberapa pompa pelumas seperti Pompa Pelumas Bantu (AOP), Turning Gear Oil Pump (TGOP) dan Emergency Oil Pump (EOP). Didalam tangki sendiri juga dilengkapi dengan beberapa lapis saringan (filter) untuk menyaring kotoran. Selain itu tangki juga dilengkapi dengan oil vapour extractor untuk menghisap uap minyak yeng terbentu serta saluran drain untuk membuang kotoran / lumpur yang terbentuk dalam minyak. Untuk melihat level minyak didalam tangki secara visual disediakan gelas duga dan tongkat pengukur (deep stick). 5.2. Pompa - Pompa Pelumas Pompa pelumas berfungsi untuk menjamin kontinyuitas aliran dan tekanan minyak pelumas dalam sistem pelumasan. Demikian pentingnya kedua parameter tersebut, sehingga dalam sistem pelumasan disediakan beberapa buah pompa yaitu Pompa pelumas utama (Main Lube Oil Pump) Pompa pelumas bantu (Auxiliary Lube Oil Pump)

10/03/2010 Hal. 23 Turning Gear Oil Pump Pompa pelumas darurat (Emergency Oil Pump) Pada sistem pelumasan, minyak pelumas dari tangki dipompakan oleh pompa pelumas dan dialirkan melalui pendingin (Oil Cooler), melintasi pengontrol aliran atau regulator tekanan dan selanjutnya mengalir kebantalan untuk akhirnya kembali ke tangki pelumas. Dalam keadaan turbin sudah beroperasi normal, minyak pelumas dipasok oleh Main Oil Pump yang digerakkan oleh poros turbin. Tetapi dalam keadaan start/shutdown, maka pompa-pompa yang terpasang di tangki pelumas yang beroperasi. Pompa Pelumas Utama (Main Oil Pump) Merupakan pompa sentrifugal yang terpasang dipedestal turbin dan digerakkan oleh poros turbin. Pompa ini memasok kebutuhan minyak untuk sistem pelumas turbin, minyak pengatur (control oil) untuk governor, minyak penggerak servomotor / aktuator hidrolik (power oil) dan pasok cadangan (back up supply) untuk minyak perapat poros generator (seal oil system). Karena pompa ini digerakkan manakala putaran turbin sudah diatas 90 % dari putaran nominalnya. Pada saat putaran turbin < 90%, maka diperlukan pompa pelumas lain (biasanya AOP) untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Gambar 19, merupakan ilustrasi dari pompa pelumas utama (MOP). Gambar 19. Pompa Pelumas Utama.

10/03/2010 Hal. 24 Umumnya merupakan konstruksi double suction single stage. Pompa ini dipasok oleh minyak dari ejektor minyak (oil ejector) pada tekanan 1-1,5 bar dengan tekanan sisi tekan (discharge) proporsional dengan putaran. Pada putaran nominal, tekanan keluar pompa berkisar antara 20-30 bar (tergantung desain). 5.3. Pendingin Minyak (Oil Cooler) Seperti telah disinggung diatas bahwa minyak pelumas yang mengalir ke bantalan bukan hanya berfungsi sebagai pelumas tetapi juga menyerap panas yang timbul dibantalan. Panas yang diserap oleh minyak pelumas ini harus dikeluarkan lagi dari minyak. Komponen yang dirancang untuk mengeluarkan panas dari minyak adalah pendingin minyak (oil cooler). Didalam cooler, panas dari minyak akan diserap leh air pendingin. Umumnya, untuk sistem pelumasan disediakan 2 buah cooler yaitu 1 cooler aktif sedang 1 cooler lainnya standby seperti terlihat pada gambar 20. Gambar 20. Pendingin Minyak Pelumas.

10/03/2010 Hal. 25 Cooler yang telah selesai dibersihkan harus dikembalikan ke kondisi stand by. Yang dimaksud kondisi standby adalah bahwa didalam cooler sudah tidak ada lagi sisa udara dan seluruh volume cooler sudah terisi minyak pelumas. Cara membuang udara dari cooler adalah dengan membuka saluran venting dan bersamaan dengan itu minyak pelumas dialirkan kedalam cooler secara perlahan-lahan. Minyak pelumas yang mengalir dan mengisi cooler akan mendorong keluar udara dari dalam cooler. Bila dari saluran venting sudah mulai keluar minyak, berarti udara sudah habis dan katup venting dapat ditutup. Kini cooler berada pada kondisi standby. Pendingin minyak (oil cooler) merupakan komponen yang cukup penting karena menentukan temperatur minyak pelumas. Sedangkan temperatur minyak pelumas merupakan fungsi dari viskositas minyak pelumas yang turut menentukan terbentuknya lapisan film pelumas pada bantalan. Pompa Pelumas Bantu (Auxiliary Oil Pump) Pompa ini dipasang diatas tangki pelumas dan digerakkan oleh motor listrik AC. Berfungsi sebagai pemasok minyak manakala pompa pelumas utama (MOP) belum mampu menjalankan tugasnya misalnya saat start turbin, shutdown ataupun adalah masalah lain (malfunction) pada MOP. AOP memasok kebutuhan minyak untuk sistem pelumasan, minyak pengatur (control oil) dan minyak penggerak (power oil) pada sistem governor, pasok cadangan bagi sistem perapat poros generator (seal oil system) serta memasok minyak untuk sisi hisap MOP (MOP suction). Switch pompa ini umumnya memiliki 3 posisi yaitu "RUN", "AUTO" dan posisi "Lock". Posisi RUN untuk menjalankan pompa secara manual. Pada posisi "AUTO", pompa akan start secara otomatis bila tekanan minyak pelumas turun hingga mencapai harga tertentu. Posisi "Lock" adalah untuk memblokir agar pompa ini tidak akan beroperasi dalam kondisi apapun juga.

10/03/2010 Hal. 26 Turning Gear Oil Pump Pompa ini juga dipasang dibagian atas tangki pelumas turbin dan digerakkan oleh motor listik AC. Umumnya hanya menyediakan pasokan bagi sistem pelumas bantalan terutama pada saat rotor turbin sedang diputar oleh turbin gear. Seperti halnya AOP, TGOP juga dilengkapi oleh switch 3 posisi. Dalam posisi "AUTO", TGOP akan start secara otomatis bila tekanan pelumas turun hingga mencapai harga tertentu. Pompa Pelumas Darurat (Emergency Oil Pump) Juga terpasang pada bagian atas tangki pelumas turbin. Pompa ini digerakkan oleh motor listrik DC. Dengan demikian maka pompa ini merupakan pompa yang masih dapat beroperasi meskipun dalam kondisi pasokan listrik AC tidak tersedia misalnya dalam keadaan black out. Seperti halnya TGOP, pompa ini juga hanya memasok sistem pelumasan turbin. EOP juga dilengkapi switch 3 posisi. Dalam posisi "AUTO", meskipun pasokan listrik AC tetap tersedia, pompa ini juga akan start secara otomatis bila tekanan minyak pelumas bantalan turun hingga mencapai harga tertentu. Jacking Oil Pump Merupakan pompa yang berfungsi mengangkat (jack) poros turbin dengan tekanan minyak yang tujuannya adalah menghindari terjadinya gesekan statik ketika poros turbin akan mulai berputar dari keadaan diam (stand still). Sesuai dengan fungsinya, pompa ini menghasilkan tekanan minyak yang sangat tinggi. Meskipun demikian, tidak semua turbin dilengkapi dengan jacking oil pump. 5.4 Saringan (Filter/Strainer) Berfungsi untuk menyaring kotoran sehingga minyak pelumas yang akan mengalir ke komponen-komponen yang akan dilumasi dalam kondisi bersih.

10/03/2010 Hal. 27 5.5 Saluran Minyak Pelumas masuk dan Kembali (Supply & Return Line) Sistem pelumas turbin memiliki kapasitas dengan volume minyak yang cukup besar. Disamping itu, saluran-saluran minyak pelumas harus melintasi daerah-daerah yang temperatur cukup tinggi disekitar turbin. Pada situasi yang demikian, bila terjadi kebocoran minyak pada saluran, kondisinya akan sangat membahayakan. Untuk mengurangi resiko, maka semua saluran minyak baik saluran pasokan (supply) maupun saluran minyak kembali (return) ditempatkan dalam suatu sungkup pelindung berupa pipa besar.

10/03/2010 Hal. 28 6. Sistem Pengoperasian Turbin PLTU ¾ 6.1. Persiapan turbin dan alat bantunya - Sistem air pendingin ok - Sistem pelumas ok - Sistem udara kontrol ok - Turning gear ok - Sistem drain ekstraksi siap Untuk menjalankan turbin, tekanan dan temperatur uap dibedakan sesuai dengan keadaan turbin pada waktu itu, seperti keadaan dingin, keadaan sedang, dan keadaan panas. Perbedaan kondisi uap untuk start turbin dapat dilihat pada tabel berikut: Nama start Tekanan uap Temperatur uap Lama berhenti (kg/cm 2 ) masuk ( 0 C) (jam) Start dingin 40 310 > 50 Start sedang 50-60 350-400 20 50 Start panas 60-80 400 < 20 6.2. Start turbin PLTU ¾ 1. Gland leakage condensor exhaust fan start Fan inlet valve buka atur arus 2-3 Ampere, hampa ± 200 mmaq. Drain air di tangki GLC sampai habis. Drain ke pit buka ke kondensor tutup, bila sudah ada vacumm drain kekondensor buka ke pit tutup. 2. Gland Steam operasi Root valve (57V-61K) buka untuk warming, valve (51V-41t) buka dan atur PC 201 dengan tekanan 0,3 kg/cm 2.

10/03/2010 Hal. 29 Buka spill over ke kondensor, tutup yang ke heater 5. Spray water untuk gland buka (sebelum dan sesudah) control valve, spray water untuk exhaust buka / by pass 3. Starting ejector start Root valve 50 V 33 K buka / pressure 10 kg/cm 2 untuk warming up ± 5 menit Atur tekanan uap sampai 20 kg/cm2 secara manual dengan membuka katup (51V-42t). Buka pelan-pelan katup udara (51V-5t). Vacum breaker tutup (200 mmhg) Periksa kenaikan hampa dalam kondensor. 4. Start main ejector Vacuum 650-700 mmhg. Warming drain valve tutup. (51V-37t) buka, atur tekanan uap 22 kg/cm 2. Buka steam valve ejector, lalu buka air valve. Periksa vacuum 600-700 mmhg. Drain valve ke pit buka. 5. Starting ejector stop 51 V 5 T tutup (udara) 50 V 42 K tutup (uap) 3. Turbin reset Auxiliary oil pump start discharge pressure 8 10 kg/cm 2, bearing oil pressure 0,8 1,2 kg/cm 2, Turning oil pump stop (oto), 86T reset (BTB),Turbin lokal hand Reset, control oil pressure 2 kg/cm 2.

10/03/2010 Hal. 30 Main governing valve buka penuh, atur load limit dengan tangan 0,5 kg/cm 2, lokal vacum trip reset 4. Rolling turbin Perbedaan temperatur uap antara 2nd SH outlet dengan inlet throttle valve ± 50 o C Ikuti grafik start turbin Throttle valve buka pelan pelan catatan : Normal = 120 s/d 180 put/menit Kritis = 500 put/menit 700 mmhg Vacum 400 1 2 3 4 1200 2500 A B C D E F G H I J K 3000 5 6 5 25 50 37,5 45 MW Keterangan : B C D E F G H I J Total Start dingin 30 mnt 60 mnt 30 mnt 30 mnt 60 mnt 60 mnt 60 mnt 60 mnt 60 mnt 5jam20mnt Start sedang 30 mnt 40 mnt 25 mnt 25 mnt 40 mnt 30 mnt 30 mnt 30 mnt 30 mnt 3jam Start panas 30 mnt 25 mnt 15 mnt 15 mnt 25 mnt 15 mnt 15 mnt 15 mnt 15 mnt 1jam45mnt 1. Boiler firing 2. Vacum up 3. Rolling turbin 4. Trip test 5. Protective device test 6. Paralel on 5. Turning gear akan lepas secara otomatis pada 3 5 rpm Oil supply valve tutup Clutch lever lepas kembali dan matikan saklar motor pemutar poros. Speed up sesuai schedule

10/03/2010 Hal. 31 Periksa vibrasi Perhatikan pemuaian relatif dan suara suara yang mencurigakan 5. Periksa temperatur uap bekas dan hindari kenaikan temperatur yang tidak normal. Temperatur sisi uap bekas sbb: katup pengatur spray water membuka pada temperatur 60 0 C, alarm 80 0 C, trip 120 0 C. periksa sumber tenaga dan katup magnet (selenoid) untuk spray water, apakah saklarnya sudah dimasukan. dalam hal katup ini tidak bisa dijalankan, aturlah dengan tangan melalui katup bypass. 6. Adakan percobaan trip dengan tangan. Lakukan pada saat jalan pertama kali. bila kecepatan putaran ditambah sampai 400 rpm dan keadaannya baik, adakan percobaan trip secara manual. Periksa alat-alat trip (alat-alat pengaman) dan periksa apakah setiap katup menutup dengan baik, periksa suara-suara yang mencurigakan dengan sebuah tongkat pendengar. tutup segera katup masuk utama sesudah turbin ditrip. Putar + 1 kearah membuka setelah katup tertutup rapat. dengarkan pada tiap-tiap bagian turbin apakah ada tanda-tanda gesekan atau keadaan yang tidak normal lainnya. perhatikan getaran turbin. 7. Reset kembali turbin dan lakukan pemanasan sambil berputar. Waktu yang diperlukan untuk pemanasan pada putaran rendah sbb: Start dingin : + 30 menit Start sedang : + 30 menit Start panas : + 10 menit

10/03/2010 Hal. 32 reset turbin kembali bila keadaannya baik (reset lokal dilakukan setelah relay 86 T di control room direset). buka kembali perlahan-lahan main stop valve dan lakukan pemanasan pada putaran tetap 400 rpm. 8. Menaikan putaran turbin perhatikan penunjukan dari alat-alat ukur perhatikan beda pemuaian relatif dari turbin. Alat pengukur pemuaian dipasang pada bagian belakang turbin (beda pemuaian tidak boleh lebih dari 3,5 mm). buka main stop valve perlahan-lahan untuk menambah putaran turbin. Sesuai dengan grafik penambah kecepatan kenaikan putaran antara 120-180 rpm/menit Atur hampa kondensor agar sudah sama dengan hampa yang diperlukan pada putaran 3000 rpm 9. Kenaikan putaran dipercepat sampai 500 rpm setiap menitnya, apabila berada di daerah putaran kritis. Daerah putaran kritis sebagai berikut: Pertama : 1709 rpm Kedua : 2191 rpm periksa getaran turbin. Alat pengukur getaran turbin tidak tepat pengukurannya pada putaran di bawah 1000 rpm. 10. perhatikan temperatur dari pelumas bantalan. Alarm temperatur pelumas bantalan terlalu tinggi: Temperatur pelumas keluar bantalan Temperatur pelumas keluar pendingin pelumas : 70 0 C : 50 0 C

10/03/2010 Hal. 33 15. Main governor atur Rpm 2850 Throttle buka penuh atur control oil 2,5 kg/cm 2 Main governor tutup, atur putaran 3000 rpm Governor impeller pressure 2,15 kg/cm 2 Periksa MOP pressure, suction 0,7 2,1 kg/cm 2 discharge 8 10 kg/cm 2 Auxiliary oil pump stop (oto), 5TL reset ECB, Auxiliary governor atur pressure 0,5 kg/cm 2 Pada 3000 rpm protective device test Vacum low trip 450 mm Hg Bearing oil pressure low trip 0,5 kg/cm 2 Thrust bearing oil trip 5,6 kg/cm 2 Over speed control oil trip 0,5 kg/cm 2 16. Paralel ON Drain main steam tutup Drain super heater tutup Drain throtle valve tutup 17. Beban 10 MW Drain valve churtis chamber tutup 18. Beban 14 20 MW Heater 5 Buka katup warming setelah 60 o C buka katup ext.5 Drain extraction tutup Spill over gland steam ke kondensor tutup dan ke heater 5 buka Heater 4 Buka katup warming setelah 60 o C buka katup ext.4

10/03/2010 Hal. 34 Drain trap 5 dan 4 buka, untuk heater 5 dan 4 by pass orifice tutup Ext.3 deaerator Buka katup warming, setelah 150 o C tercapai buka penuh Drain valve ext. 3 tutup Auxiliary steam tutup pelan-pelan Air vent orifice buka, by pass tutup Valve control PC 209 dan PC 208 tutup Drain valve dari heater 2 buka (setelah ext.2 dibuka) Heater 2 Buka katup pengambilan ke heater 2 warming sampai 200 o C Periksa level, temperatur dan tekanan pada LC 205 Drain setelah check valve tutup Katup heater 2 buka penuh Drain setelah check valve tutup Heater 1 Katup heater 1 warming sampai ± 300 o C Periksa LC 206 level, temperatur dan tekanan Drain setelah check valve tutup Katup heater 1 buka penuh Drain sebelum check valve tutup Keterangan : Steam air heater dari auxiliary steam tutup, dari ext.2 buka Air fan dari heater 1 ke heater 2 buka ke deaerator 16. Beban 40 MW SAH diganti dari ext.2 ke ext.3 17. Beban 50 MW Maximum Continous Rating ( MCR )

10/03/2010 Hal. 35 6.3. Pemantauan Operasional Turbin 6.3.1. Parameter Utama Turbin terdiri dari dua macam komponen utama yaitu komponen yang berputar (rotor) dan komponen yang stationer (casing). Keduanya akan bersentuhan dengan uap yang bertemperatur tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan pada komponen turbin oleh pengoperasian yang melebihi batas. Parameter-parameter operasional ini perlu mendapat perhatian lebih serius ketika melakukan start turbin. Parameter-parameter tersebut antara lain : perbedaan pemuaian thermal stress vibrasi putaran tekanan dan temperatur uap masuk MSV 6.3.2. Logsheet dan Logbook Setelah unit (turbin generator) sinkron dengan sistem dan berbeban minimum, kegiatan berikutnya adalah pembebanan (melayani kebutuhan daya). Sebagaimana pada proses start-up (rolling), laju pembebanan juga harus mengikuti kurva pembebanan yang dibuat oleh pabrik pembuat turbin. Pada saat kondisi operasi sudah steady pengamatan terhadap trend parameter utama tetap harus dilakukan. Adanya kecenderungan penyimpangan parameter operasi harus segera diambil tindakan dan kelangsungan operasi yang aman serta efisien harus dijaga. Untuk memastikan pemeriksaan telah dilakukan biasanya manajemen pengoperasian menyediakan logsheet untuk mencatat parameter penting dan kritis. Logsheet juga berguna untuk pembanding bila terjadi penyimpangan dikemudian hari.

10/03/2010 Hal. 36 6.4. Urutan stop turbin PLTU ¾ Priok 1. Beban 40 MW SAH dari extraction 3 dipindahkan ke extraction 2 (51 V 52 T ) 2. Beban 12 MW Heater 1 s/d heater 5 stop Spill over gland steam ke kondensor buka, ke heater 5 stopauxiliary steam untuk SAH buka, extraction 2 tutup Drain SAH ke heater 4 tutup, ke drain pit buka Buka by pass spray water exhaust steam 3. Beban 10 MW Drain curtis chamber buka 4. Paralel OFF 5. Turbin hand trip Throttle valve tutup Drain throttle valve buka Drain curtis buka Governing buka Auxiliary oil pump dijalankan 6. Main ejector stop 51 V 3 T tutup (udara) Steam valve 51 V 37 T tutup Drain valve tank tutup Warming steam valve buka

10/03/2010 Hal. 37 < 500 rpm Condensate pump minimum flow, atur level hotwell 8. Turning gear start Oil supply valve open Rotor (poros) putaran nol Clutch level dimasukkan Motor turning dijalankan Turning oil pump dijalankan Auxiliary oil pump dimatikan (oto) 9. Gland steam stop Vacum < 50 mm Hg Root valve 57 V 61 K stop / tutup 51 V 43 T stop / tutup 10. Gland leakage condenser fan stop Periksa apakah gland steam sudah dimatikan Periksa vacum manometer dipanel start turbin, atur air raksa sampai sejajar garis nol 11. Condensate pump stop ± 3 jam sesudah main ejector stop 12. Oil conditioner oil pump Exhaust fan jalan terus Oil pump jalan terus Exhaust fan main oil tank jalan terus

10/03/2010 Hal. 38 13. Turning gear stop ± 2 x 24 jam (lihat temperatur casing)

7. TROUBLESHOOTING 10/03/2010 Hal. 39 No Trouble Penyebab Tindakan 1 Ampere gland leakage condensor tinggi 2 Motor exhaust gland leakage mati condensor 3 Uap keluar dari gland seal turbin bukaan katup steam atur pembukaan katup sehingga terlalu besar ampere GLC sebesar 2 3 A inlet steam terlalu ganti kapasitas motor fan banyak ampere GLC tinggi motor yang stand by akan jalan sehingga terjadi over otomatis, masukkan switch motor load yang jalan oto ke posisi on, sedangkan yang mengalami gangguan ke posisi off kemudian kembalikan ke posisi auto. Atur ampere dan vakum GLC. tekanan gland atur bukaan CV 207A atau atur steam terlalu besar bypass sebesar 0,3 kg/cm 2 atau melebihi 0,3 atur bukaan katup masuk GLC kg/cm 2 (untuk sisi LP) tekanan gland steam terlalu rendah kurang dari 0,3 kg/cm 2 (untuk sisi HP) ampere atau vacum GLC terlalu kecil labirin turbin sisi HP keropos

10/03/2010 Hal. 40 4 Saat throtle valve dibuka, putaran turbin tidak naik turbin belum direset tekanan minyak di throttle turun kerusakan di pilot valve throttle valve reset turbin periksa/cek pengatur tekanan minyak di control block periksa kemungkinan kebocoran di line minyak yang menuju throttle valve periksa/putar oil filter (saringan magnit) periksa/bongkar pilot valve 5 Vibrasi tinggi pada putaran kritis sudu patah putaran turbin dipercepat unit distop bantalan radial aus/pecah/rusak turbin karatan 6 Suhu uap bekas hampa kondensor buka by pass CV 213 tinggi terganggu masuknya campuran udara dan uap ke dalam kondensor jumlah uap terlalu banyak spray water exhaust steam (CV 213) tidak bekerja dengan baik 7 Motor penggerak tekanan oil suply periksa tekanan pelumas turbin terganggu rendah atau katup buka katup oil suply oil suply tertutup reset power suply motor TG power suply motor TG trip

10/03/2010 Hal. 41 8 Temperatur pelumas tinggi 9 Hampa kondensor rendah sistem pendingin pelumas tidak bekerja secara maksimal sistem pendingin air tawar fresh water cooler terganggu matinya salah satu atau semua SWP/Cool WP Dibahas lebih detail pindahkan FWC yang stand by pindahkan pompa SWP atau Cool WP atau turunkan beban Dibahas lebih detail

8. Kesimpulan / Saran 8.1. Kesimpulan 10/03/2010 Hal. 42 Secara keseluruhan dalam pengopersian turbin uap ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : Persiapan dan Pemeriksaan Peralatan dan sistem-sistem seperti : Sistem air pendingin ok Sistem pelumas ok Sistem udara kontrol ok Turning gear ok Sistem drain ekstraksi siap Pemantauan Operasional Turbin perbedaan pemuaian thermal stress vibrasi putaran tekanan dan temperatur uap masuk MSV Dari OJT Turbin ini juga diharapkan operator mampu mengoperasikan start stop turbin uap, khususnya turbin uap PLTU. 8.2. Saran Dalam OJT ini saya menyadari pengetahuan dibidang turbin sangat minim dikarenakan keterbatasan waktu mentor maupun kondisi turbin di PLTU ¾. Bisa dibayangkan OJT selama 2 bulan saya hanya bisa mengikuti proses start turbin 2 kali dan stop turbin 1 kali. Padahal operator turbin bisa dikatakan kompeten bila jam terbang dalam mengoperasikan turbin sering khususnya dalam start stop turbin. Usulan dari saya sebelum OJT diadakan terlebih dahulu semacam diklat pengenalan turbin uap secara keseluruhan agar pada saat nanti OJT sedikit banyak sudah paham akan fungsi turbin dan alat bantunya.