BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Negara Indonesia telah sejak lama mencanangkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. karena pelaksanaan pembangunan daerah adalah dalam rangka pelaksanaan. pembangunan yang terbesar di seluruh pelosok tanah air.

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. lama mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan Otonomi Daerah membuat Pemerintah menggantungkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. (Diana Sari, 2013:40). Selanjutnya Diana Sari menyatakan, sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bentuk keikutsertaan masyarakat dalam membela dan membangun tanah

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengingat kebutuhan serta kompleksitas permasalahan yang ada saat ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

I. PENDAHULUAN. diandalkan. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

I. PENDAHULUAN. wilayah negara Indonesia dibagi atas daerah pusat dan daerah dengan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam tata pemerintahan di Indonesia. Penerapan otonomi daerah di

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan.undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentunya perlu mendapatkan perhatian serius baik dari pihak pemerintah pada

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

I. PENDAHULUAN. dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia

CENDEKIA AKUNTANSI Vol. 1 No. 2 Mei 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut dengan UU Pemda) yang selanjutnya mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik yang bersifat material maupun spiritual. Untuk itu pemerintah harus berusaha meningkatkan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Dalam menunjang keberhasilan pembangunan diperlukan penerimaan yang kuat, di mana sumber pembiayaan diusahakan tetap bertumpu pada penerimaan dalam negeri dan penerimaan dari sumber-sumber luar negeri hanya sebagai pelengkap. Kemandirian pembangunan diperlukan baik di tingkat pusat maupun ditingkat daerah. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintah pusat dengan kebijaksanaannya. Kebijakan tentang keuangan daerah ditempuh oleh pemerintah pusat agar pemerintah daerah mempunyai kemampuan membiayai pembangunan daerahnya sendiri sesuai dengan prinsip daerah otonomi yang nyata. Setelah pemerintah pusat megeluarkan Undang-Undang No 22 Tahun 1999 dan diperbaharui dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

2 pemerintahan daerah yang terfokus pada otonomi daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 yang diperbaharui dengan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, maka pemerintah daerah diberi kekuasaan yang lebih besar untuk mengatur anggaran daerahnya. Untuk mendukung pelaksanaan otonomi yang maksimal pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan di bidang penerimaan daerah yang berorientasi pada peningkatan kemampuan daerah untuk membiayai urusan rumah tangganya sendiri dan diprioritaskan pada penggalian dana mobilisasi sumber-sumber daerah. Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 adalah : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari: Hasil pajak daerah. Hasil retribusi daerah. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendapatan asli daerah yang sah. 2. Dana perimbangan. 3. Pinjaman daerah. 4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan daerah yang secara bebas dapat digunakan oleh masing - masing daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah. Tapi pada kenyataannya kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap pendapatan dan belanja daerah masih kecil. Selama ini dominasi sumbangan pemerintah pusat kepada daerah masih besar. Oleh karenanya untuk mengurangi ketergantungan kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah perlu berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang salah satunya dengan penggalian potensi daerah. Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Jawa Barat. Guna meningkatkan kemampuannya

3 dalam bidang pendanaan untuk pembangunan, Kabupaten Bandung berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain lain pendapatan asli daerah yang dipisahkan. Berikut ini tabel mengenai target dan realisasi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Bandung dalam kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006 sampati dengan 2010. Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2006-2010 Tahun Target realisasi % 2006 123.650.270.000 137.532.500.000 111,23 2007 151.875.779.000 147.630.987.000 97,21 2008 132.311.255.385 144.660.409.277 109,33 2009 151.496.000.000 153.271.649.974 101,17 2010 151.496.194.500 153.271.649.974 101,17 Rata - rata 142.165.899.777 147.273.439.245 104,01 Sumber: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung Tabel 1.1 di atas berisi tentang target dan realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Bandung dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Bandung melampaui target pendapatan asli daerah pada tiap tahunnya kecuali pada tahun 2007 dan secara keseluruhan dapat melampaui target yang telah ditetapkan yaitu rata rata sebesar 104,01% terhadap realisasi pendapatan asli daerah (PAD). Hal tersebut menunjukan bahwa sumber sumber pendapatan asli daerah (PAD) berpotensi besar dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Bandung.

4 Dari tabel 1.1 di atas, yang menjadi perhatian dari sumber sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang ada adalah pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan di mana ketiga sumber pendapatan asli daerah ini merupakan tiga terbesar dalam jumlah penerimaannya. Untuk pajak daerah, penerimaan pajak penerangan jalan & genset ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan merupakan penerimaan pajak terbesar di antara penerimaan ke delapan pajak daerah lainnya yang ada di Kabupaten Bandung, peningkatan penerimaan pajak penerangan jalan & genset ini pun didukung dengan bertambahnya lapangan usaha di sektor industri pengolahan. Walaupun demikian peningkatan penerimaan pajak penerangan jalan & genset tersebut tidak sejalan dengan kelancaran pemungutan dan penerimanaan pajak penerangan jalan tersebut, ini terbukti dengan masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi seperti masih banyaknya tunggakan tagihan listrik baik dari perusahaan/ industri maupun dari rumah tangga/ masyarakat pengguna tenaga listrik PLN dengan angka yang cukup tinggi dan fakta di lapangan masih banyak ditemui kasus PJU Ilegal yang dilakukan oleh masyarakat maupun perusahaan. Namun dengan ditemuinya masalah tersebut, kebijakan pemerintah Kabupaten Bandung untuk menggali dan mengandalkan pajak daerah tentunya tidak dapat diandalkan untuk sumber pendapatan jangka panjang. Pemerintah Kabupaten Bandung diharapkan dapat menggali dan mengandalkan potensi dari sumber pendapatan asli daerah lainnya, yaitu retribusi daerah. Retribusi daerah ini merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang penting bagi Kabupaten Bandung dan merupakan sumber penerimaan terbesar kedua setelah pendapatan pajak daerah dari sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ada pada Kabupaten Bandung ini. Retribusi Daerah ini merupakan sumber pendapatan asli daerah yang potensial bagi Kabupaten Bandung di mana di Kabupaten Bandung masih banyak terdapat tempat - tempat wisata yang dapat dioptimalkan lagi sebagai sumber pendapatan asli daerah.

5 Selain dari kedua sumber pendapatan asli daerah di atas, Pemerintah Kabupaten Bandung juga diharapkan bisa menggali dan mengoptimalkan sumber pendapatan asli daerah lainnya yaitu hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan cabang cabang produksi yang penting bagi daerah dan menguasai hajat hidup orang banyak atau masyarakat di daerah yang merupakan cerminan dari kemampuan pemerintah daerah secara mandiri dalam rangka mengelola kekayaan daerahnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian kontribusi yang diberikan pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Sehingga penulis membahasnya dalam tugas akhir yang berjudul PENGARUH KONTRIBUSI PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH DAN HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BANDUNG. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bandung. 2. Seberapa besar pengaruh retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bandung. 3. Seberapa besar pengaruh hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bandung. 4. Seberapa besar pengaruh pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan secara bersama - sama terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bandung.

6 1.3. Batasan Masalah Batasan batasan penelitian digunakan agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan fokus, maka tidak semua masalah akan diteliti. Berdasarkan hal tersebut maka batasan masalah dalam penelitian ini hanya membahas pengaruh kontribusi pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bandung. Dengan batasan periode selama 5 tahun yaitu dari tahun 2006 2010. Dan pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berhubungan satu sama lainnya melainkan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Bandung. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pajak daerah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bandung? 2. Apakah retribusi daerah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bandung? 3. Apakah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bandung? 4. Apakah pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan secara bersama sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bandung? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:

7 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bandung. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bandung. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bandung. 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerimaan pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan secara bersama sama terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bandung. 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh apabila penelitian dapat tercapai yaitu: 1. Bagi Peneliti Sebagai salah satu persyaratan mencapai gelar sarjana dan menambah pengetahuan serta sarana dalam menerapkan teori teori keilmuan yang pernah diperoleh sebelumnya. 2. Bagi Subjek Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif kepada Pemerintah Kabupaten Bandung untuk mengetahui kelemahan, kekurangan dan kendala yang dihadapi, serta memberikan masukan dalam pengambilan keputusan dalam penetapan skala prioritas penggalian sumber pendapatan yang bersumber dari sumber pendapatan asli daerah (PAD). 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dengan kegiatan penelitian yang sama.