MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

dokumen-dokumen yang mirip
Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

BAB III LANDASAN TEORI

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

III. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

VIII. ANALISIS FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

VII. RENCANA KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Bab 5 Penganggaran Modal

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

ANALISA BREAK EVENT POINT

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

III KERANGKA PEMIKIRAN

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

Investasi salah satu kebutuhan pokok di pusat layanan kesehatan meliputi pengadaan: Sarana fisik Alat medik Alat non medik Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2)

IV METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP)

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *)

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu

ANALISIS STUDI KELAYAKAN INVESTASI PEMBUKAAN CABANG BARU PADA USAHA JASA FOTOKOPI DAULAY JAYA

BAB III METODE PENELITIAN

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

BAB VI ASPEK KEUANGAN

STUDI KELAYAKAN BISNIS METODE PEMIILIHAN INVESTASI IRR, PI, NPV, DISCOUNT PI

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

1. Studi Kelayakan Proyek. 2. Capital Budgeting. 3. Analisis Biaya-Volume-Laba

III. METODE PENELITIAN

METODE ACCOUNTING RATE OF RETURN (ARR)

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

PENGANGGARAN MODAL (CAPITAL BUDGETING)

2.2.2 Penggolongan Biaya Menurut sifatnya, biaya dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya

BAB II LANDASAN TEORI

Aspek Keuangan. Dosen: ROSWATY,SE.M.Si

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

1. Formulasi mellorin serta analisa sifat fisik dan proksimat.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

KONSEP PENILAIAN INVESTASI PADA RUMAH SAKIT DISUSUN OLEH: SESILIA ODILIA FAU

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

Transkripsi:

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI Silvana Maulidah, SP, MP Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email: silvanamau@yahoo.com 1. PENDAHULUAN - Pengantar - Tujuan 2. Break Event Point (BEP) 1. PENDAHULUAN 3. R/C Ratio 4. B/C Ratio 5. NPV 6. IRR 1.1 Pengantar Suatu usahatani dapat dikatakan layak atau tidak untuk dilakukan dapat dilihat dari efisiensi penggunaan biaya dan besarnya perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya. Pada umumnya syarat utama dalam usahatani harus memperhatikan: 1. R/C >1 2. π/c > bunga bank yang berlaku 3. Produktifitas Tenaga kerja lebih besar dari tingkat upah yang berlaku 4. Pendapatan > sewa lahan per satuan waktu atau musim tanam 5. Produksi > BEP Produksi 6. Penerimaan (Rp) > BEP Penerimaan (Rp) 7. Harga > BEP 8. Jika terjadi penurunan harga produksi maupun peningkatan harga factor produksi sampai batas tertentu tidak menyebabkan kerugian MODUL 13 Dalam hal untuk menganalisis titik impas modal yang dikeluarkan berdasarkan jumlah produk dan harga yang ditentukan dapat dilakukan analisis BEP (Break Even Point), serta untuk mengetahui perbandingan antara total penerimaan dan total biaya dapat dihitung menggunakan analisis R/C Ratio. Macam atau jenis analisis usahatani memang beragam karena macam analisis yang dipilih bergantung pada tujuan yang ingin diraih. Secara umum sebelum melakukan analisi data dikelompokkan terlebih dahulu yakni data parametrik yang biasanya terdiri dari data yang terukur dan data non parametrik yang biasanya terdiri dari data yang berupa skala dan skor. Kombinasi dari beberapa faktor menjadikan keputusan investasi sebagai keputusan yang paling penting bagi pengelolaan keuangan. Semua bagian di dalam perusahaan sangat terpengaruh pada keputusan ini. Kenyataan bahwa akibat keputusan ini berlanjut untuk suatu jangka waktu yang panjang membuat pengambil keputusan kehilangan fleksibilitasnya.

Perusahaan harus membuat komitmen untuk masa depan. Suatu kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat memiliki konsekuensi yang serius. Jika perusahaan terlalu besar dallam aktiva, maka hal itu dapat menimbulkan beban Penyusutan dan beban lainnya yang tinggi, yang sebesarnya tidak perlu terjadi. Dengan menngunakan analisis manfaat finansial, kelayakan usaha yang direncanakan ditentukan dengan menggunakan tiga kriteria, yaitu analisis NPV, IRR dan analisis Net B/C. Peramalan harga faktor produksi dan harga produksinya pada masa mendatang tidaklah mudah. Analisis kepekaan dapat dilakukan dengan cara merubah nilai variabel-variabel dalam perhitungan net present value (NPV) yang berpengaruh terhadap hasil analisis cost-benefit dari suatu proyek. Dalam analisis cost-benefit dengan menggunakan net present value (NPV), variabel yang paling berpengaruh adalah discount rate. Suatu tingkat discount rate dapat dirubah untuk melihat bagaimana nilai cost dan benefit mengalami perubahan pada tingkat discount rate yang lebih tinggi maupun pada tingkat discount rate yang lebih rendah (Perkins, 1994). Metode analisis NPV dapat memberikan gambaran mengenai besarnya pengaruh keberadaan suatu proyek terhadap kesejahteraan sosial masyarakat suatu negara dengan cara melakukan penilaian antara cost dan benefit yang dapat ditimbulkan sebagai akibat keberadaannya. Dalam penggunaan metode analisis NPV, terhadap keseluruhan data-data yang akan dianalisis terlebih dahulu dilakukan proses discounting. Maksud dari proses discounting adalah proses pendeflasian pendapatan masa yang akan datang sehingga bernilai sama dengan nilai pendapatan saat ini. Hal ini dilakukan untuk memperoleh nilai pendapatan yang sebanding agar dapat dilakukan perhitungan dan perbandingan antara cost dan benefit. Faktor yang digunakan untuk men-discounting nilai cost dan benefit dari pendapatan yang akan datang disebut discount rate dan biasanya dinyatakan dalam prosentase. IRR merupakan nilai discount rate dimana hasil akhir NPV dari suatu analisis cost-benefit adalah bernilai nol, atau dengan kata lain, IRR merupakan kondisi dimana cost dan benefit dari suatu proyek adalah bernilai sama. IRR adalah suatu hal yang penting untuk mengukur dan melakukan penilaian terhadap discount rate yang diterapkan dalam analisis cost-benefit suatu proyek, sehingga dapat diketahui apakah nilainya menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Metode Cost Benefit Ratio Index ini mencari hasil dalam bentuk ratio dengan cara membagi nilai sekarang dari seluruh pendapatan, dan dari suatu usaha secara membungakannya dengan bunga dibagi dengan biaya usaha. Hasil-hasil yang segera didapat kemudian dipertimbangkan untuk dipilih adalah yang cost benefit ratio atau probability indexnya sama atau lebih besar dari satu ( >1 ), sebab cost benefit ratio yang kuang dari satu (< 1) menggambarkan nilai sekarang dari pendapatan adalah lebih rendah dari pengeluarannya, dan hasil-hasil yang seperti itu harus di tolak. Setiap petani pada hakekatnya menjalankan sebuah perusahaan pertanian di atas usahataninya. Usahatani tersebut merupakan suatu perusahaan pertanian karena tujuannya bersifat ekonomis Menurut Kadariah (1999), untuk mengetahui daya tarik suatu proyek, ada tiga kriteria investasi yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu: Net Present Value (NPV), Internal Rate of Interest (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Suatu proyek dikatakan layak bila proyek tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut: NPV lebih besar dari nol. IRR lebih besar dari discount rate yang sedang berlaku. Net B/C lebih besar dari 1. Cara penghitungan NPV merupakan cara yang paling praktis untuk mengetahui Page 2 of 10

apakah proyek itu menguntungkan atau tidak. Kriteria lain adalah IRR dan Net B/C. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek jika setiap benefit bersih yang diwujudkan (setiap Bt-Ct yang bersifat positif) secara otomatis digunakan lagi dalam tahun berikutnya. Keuntungan yang dihasilkan sama dan diberi bunga selama sisa proyek. Sedangkan Net B/C merupakan perbandingan di mana pembilangnya terdiri dari present value dari total biaya bersih. Tujuan Kegiatan Belajar : Dengan mempelajari materi dalam modul ini, diharapkan mendapatkan pemahaman tentang: Pengertian Kelayakan usahatani Konsep BEP dan R/C Ratio, IRR, NPV, B/C Ratio serta penerapannya dalam usahatani Menganalisis kelayakan usahatani 2. BREAK EVENT POINT (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan. Namun ada juga yang membuat pengertian break even point (BEP) sebagai berikut 1. Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point (BEP) atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya). 2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point (BEP) disebut juga Cost Volume Profit Analysis. Arti penting analisis break even point (BEP) bagi menejer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu : Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi. 3. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan sederhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. 4. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian. 5. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana Page 3 of 10

perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi. 6. Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang. 7. Break event point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya) Menurut Rangkuti (2005), analisis Break Even Point (BEP) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mempelajari keterkaitan antara biaya tetap, biaya variabel, tingkat pendapatan pada berbagai tingkat operasional dan volume produksi. Model yang paling banyak dipakai adalah dengan menggunakan kurva BEP. Selain memberikan informasi mengenai keterkaitan antara biaya dan pendapatan, diagram ini juga menunjukkan laba atau kerugian yang akan dihasilkan pada berbagai tingkat keluaran (output). Tujuan dari analisis BEP yaitu untuk mengetahui besarnya penerimaan pada saat titik balik modal, yaitu yang menunjukkan suatu proyek tidak mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian Adapun beberapa manfaat dari Break Even Point (BEP) antara lain sebagaimana berikut : 1. Alat perencanaan untuk hasilkan laba 2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. 3. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan 4. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah : 1. Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap. 2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap. 3. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan. 4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi. 5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu. 6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap). Analisa break even point juga dapat digunakan oleh usahawan dalam berbagai Page 4 of 10

pengambilan keputusan, antara lain mengenai : 1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian. 4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh. Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk : 1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya tetap. 2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum. 3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan. Kurva BEP merupakan keterkaitan antara jumlah unit yang dihasilkan dan volume yang terjual (pada sumbu X), dan antara pendapatan dari penjualan atau penerimaan dan biaya (pada sumbu Y). BEP terjadi jika pendapatan dari penjualan (TR) berada pada titik keseimbangan dengan total biaya (TC). Sedangkan biaya tetap (FC) adalah variabel yang tidak berubah meskipun jumlah volume yang dihasilkan berubah. Kurva BEP dapat dilihat pada gambar 5 agar dapat lebih jelas mengenai perpotongan antara garis penerimaan dan biaya total. Penerimaan & Biaya (Rp) TR TC VC BEP FC 0 Q (Produksi) Volume Produksi Gambar 1. Kurva Break Even Point (BEP) TR = Total Revenue (Penerimaan) Q = Quantities (Produksi) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variable Cost (Biaya Variabel) TC = Total Cost (Total Biaya) BEP = Break Even Point (Titik Impas) Disimpulkan bahwa Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break Page 5 of 10

even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. Pada gambar 1 dapat dilihat ketika tingkat produksi mencapai titik impas (BEP). BEP terletak pada perpotongan garis total penerimaan dan total biaya. Daerah sebelah kiri titik BEP yaitu bidang antara garis biaya total dengan garis penerimaan termasuk dalam daerah rugi. Hal ini disebabkan karena hasil penjualan lebih rendah daripada biaya total. Sedangkan daerah disebelah kanan garis biaya total dengan garis penerimaan merupakan daerah laba karena hasil penjualan lebih tinggi dari biaya total. BEP dapat dihitung dengan dua cara yaitu: a. Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit Break even point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usaha agroindustri agar tidak mengalami kerugian (Juanda dan Cahyono, 2000). Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut: BEP = Break Even Point (Titik Impas) Q = Quantities (Produksi) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variable Cost (Biaya Variabel) P = Harga Produk (Rangkuti, 2005) b. Break Even Point (BEP) Rupiah Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas produk pada saat BEP (Juanda dan Cahyono, 2000). BEP = Break Even Point (Titik Impas) TR = Total Revenue (Penerimaan) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variable Cost (Biaya Variabel) 3. R/C RATIO Ada beberapa definisi efisiensi. Efisiensi dalam pekerjaan merupakan perbandingan yang terbaik suatu pekerjaan dengan hasil yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu: a. Segi hasil Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien apabila dengan usaha tertentu dapat diperoleh hasil yang maksimal, baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. Page 6 of 10

b. Segi usaha Suatu pekerjaan disebut efisien jika hasil tertentu dapat dicapai dengan usaha yang minimal. Efisiensi menurut Soekartawi (1995), merupakan gambaran perbandingan terbaik antara suatu usaha dan hasil yang dicapai. Efisien tidaknya suatu usaha ditentukan oleh besar kecilnya hasil yang diperoleh dari usaha tersebut serta besar kecilnya biaya yang diperlukan untuk memperoleh hasil tersebut. Tingkat efisiensi suatu usaha biasa ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya produksinya.untuk mengukur efisiensi suatu usahatani digunakan analisis R/C ratio. Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut: R / C = P Q. Q / (TFC+TVC) R = penerimaan C = biaya P Q = harga output Q = output TFC = biaya tetap (fixed cost) TVC = biaya variabel (variable cost) Ada tiga kriteria dalam R/C ratio, yaitu: R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan 4. B/C RATIO( BENEFIT COST RATIO) Benefit Cost Ratio adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif, atau dengan kata lain Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dangan jumlah NPV negatif dan ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan kita peroleh dari cost yang kita keluarkan (Gray, 1997). Dalam analisis ini, data yang diutamakan adalah besarnya manfaat yang didapat. Kriteria ini memberikan pedoman bahwa suatu proyek akan dipilih apabila Net B/C > 1. Sebaliknya, bila suatu proyek memberi hasil Net B/C < 1, maka proyek tidak akan diterima. Rumusan yang digunakan adalah: Net B / C n t1 n Bt Ct t 1 i Ct Bt t t 1 1 i Bt = Benefit (penerimaan kotor pada tahun ke-t) Ct = Cost (biaya kotor pada tahun ke-t) n = umur ekonomis proyek i = tingkat suku bunga yang berlaku Page 7 of 10

Kriteria yang dapat diperoleh dari penghitungan Net B/C antara lain: Net B/C > 1, maka usahatani menguntungkan; Net B/C = 1, maka usahatani tidak menguntungkan dan tidak merugikan; Net B/C < 1, maka usahatani merugikan 5. NPV (NET PRESENT VALUE) Net Present Value (NPV) atau nilai sekarang bersih adalah analisis manfaat finansial yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dilihat dari nilai sekarang (present value) arus kas bersih yang akan diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikeluarkan. Arus kas bersih adalah laba bersih usaha ditambah penyusutan, sedang jumlah investasi adalah jumlah total dana yang dikeluarkan untuk membiayai pengadaan seluruh alat-alat produksi yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha. Jadi, untuk menghitung NPV dari suatu usaha diperlukan data tentang: (1) jumlah investasi yang dikeluarkan, dan (2) arus kas bersih per tahun sesuai dengan umur ekonomis dari alat-alat produksi yang digunakan untuk menjalankan usaha yang bersangkutan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto Net present value adalah selisih antara present value dari keseluruhan proceeds yang didiscontokan atas dasar biaya modal tertentu dengan present value pengeluaran modal. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Net Present Value adalah Sebuah metode evaluasi Investasi dengan mengukur selisih antara present value dari proceeds dan nilai investasi awal. Kriteria kelayakan dari proyek ini adalah: Proyek layak jika NPV bertanda positif dan sebaliknya tidak layak jika NPV bertanda negatif. Maka Istilah Net Present Value sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. Perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis untuk mengetahui apakah proyek menguntungkan atau tidak. Keuntungan dari suatu proyek adalah besarnya penerimaan dikurangi pembiayaan yang dikeluarkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa NPV adalah selisih antara Present Value dari arus Benefit dikurangi Present Value PV dari arus biaya (Soekartawi, 1996). Dalam kriteria ini dikatakan bahwa proyek akan dipilih apabila nilai NPV lebih besar dari nol. Kesimpulannya jika suatu proyek mempunyai NPV kurang dari nol, maka tidak akan dipilih atau tidak layak untuk dijalankan. Rumus NPV dalam analisis proyek dituliskan sebagai berikut. NPV n t0 1 Bt Ct i Bt = Benefit (penerimaan usahatani pada tahun ke-t) Ct = Cost (biaya usahatani pada tahun ke-t) n = umur ekonomis proyek (10 tahun) i = tingkat suku bunga yang berlaku (14%) Suatu proyek dikatakan layak untuk dilakukan bila menghasilkan NPV > 0. Bila NPV 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. t Page 8 of 10

6. IRR (INTERNAL RATE OF RETURN) IRR menunjukkan kemampuan suatu investasi atau usaha dalam menghasilkan return atau tingkat keuntungan yang bisa dipakai. Kriteria yang dipakai untuk menunjukkan bahwa suatu usaha layak dijalankan adalah jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat usahatani tersebut diusahakan (Gittinger, 1993). Jadi, jika IRR lebih tinggi tingkat bunga bank, maka usaha yang direncanakan atau yang diusulan layak untuk dilaksanakan, dan jika sebaliknya usaha yang direncanakan tidak layak untuk dilaksanakan. Teknik perhitungan dengan IRR banyak digunakan dalam suatu analisis investasi, namun relatif sulit untuk ditentukan karena untuk mendapatkan nilai yang akan dihitung diperlukan suatu 'trial and error' hingga pada akhirnya diperoleh tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol. IRR dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menyamakan present value cash inflow dengan jumlah initial investment dari proyek yang sedang dinilai. Dengan kata lain, IRR adalah tingkat bunga yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol, karena present value cash inflow pada tingkat bunga tersebut akan sama dengan initial investment. Suatu usulan proyek investasi akan ditetima jika IRR > cost of capital dan akan ditolak jika IRR < cost of capital. Perhitungan IRR untuk pola cash flow yang bersifat seragam (anuitas), relatif berbeda dengan yang berpola tidak seragam. Menurut Arifin dan Fauzi (1999:13) bahwa: Adapun langkah-langkah menghitung IRR untuk pola cash flow yang sama adalah sebagai beiikut: Hitung besarnya payback period untuk proyek yang sedang dievaluasi. Gunakan tabel discount factor, dan pada baris umur proyek, cari angka yang sama atau mendekati dengan hasil payback period pada langkah 1 di atas. IRR terletak pada persentase terdekat hasil yang diperoleh. Untuk mendapatkan nilai IRR yang sesungguhnya dapat ditempuh dengan menggunakan interpolasi. Sedangkan untuk proyek yang memiliki pola cash inflow yang tidak seragam, dapat diselesaikan dengan langkah-langkah berikut: Hitung rata-rata cash inflow per tahun Bagi initial investment dengan rata-rata cash inflow untuk mengetahui "estimasi" payback period dari proyek yang sedang dievaluasi. Gunakan tabel discount factor untuk menghitung besarnya IRR, seperti langkah ke-2 dalam menghitung IRR untuk pola cash flow yang berbentuk seragam (anuitas). Hasil yang diperoleh akan merupakan "perkiraan IRR'. Selanjutnya sesuaikan IRR yang diperoleh pada langkah ke-3 di atas, yaitu diperbesar atau diperkecil, ke dalam pola cash flow yang sesungguhnya. Apabila cash inflow yang sesungguhnya dalam tahun-tahun pertama temyata lebih besar dari rata-rata yang diperoleh dalam langkah ke 1 di atas, maka perbesarlah tingkat discount yang digunakan, dan apabila sebaliknya maka perkecillah discount tersebut. Dari hasil discount rate yang diperoleh pada langkah ke-4, kernudian hitunglah NPV dari proyek tersebut. Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari nol, maka naikkanlah discount rate yang digunakan, dan apabila sebaliknya maka turunkanlah discount rate tersebut. Hitunglah kembali NPV dengan menggunakan discount rate yang baru, sampai akhirnya diperoleh discount rate yang secara berurutan menghasilkan NPV yang positif dan negatif. Dengan jalan interpolasi maka akan ditemukan nilai IRR yang sesungguhnya. Page 9 of 10

IRR dirumuskan sebagai berikut: NPV1 IRR i NPV NPV 1 i2 i1 1 2 NPV1 = NPV yang bernilai positif NPV2 = NPV yang bernilai negatif I1 = tingkat suku bunga saat menghasilkan NPV yang bernilai positif I2 = tingkat suku bunga saat menghasilkan NPV yang bernilai negatif Suatu proyek akan dipilih bila nilai IRR yang dihasilkan lebih tinggi daripada tingkat suku bunga yang berlaku (IRR > social discount rate). Bila IRR < social discount rate menunjukkan bahwa modal proyek akan lebih menguntungkan bila didepositokan di bank dibandingkan bila digunakan untuk menjalankan proyek. REFERENSI Kardiman. 2006. Prinsip-prinsip Akuntansi 1. Jakarta: Yudistira Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker, 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengambangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. PROPAGASI A. Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal) 1. Jelaskan tentang pengertian studi kelayakan serta sebut dan jelaskan macammacamnya 2. Carilah hasil penelitian yang menganalisis tentang perhitungan usahatani baik tanaman semusim ataupun tanaman tahunan serta berikan review hasilnya B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri) 1. Apa yang dimaksud dengan BEP serta paparkan kurvanya 2. Apa yang dimaksud dengan R/C Ratio jelaskan beserta indikatornya. 3. Apa yang dimaksud NPV dan jelaskan indikatornya 4. Apakah IRR itu dan jelaskan indikatornya Page 10 of 10