PERBEDAAN POLA KROMATOGRAM DARI DAUN CENGKEH DAN BUNGA CENGKEH, Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry., Myrtaceae. WIWI WINARTI. RATNA DJAMIL, EVA NURWAHIDAH Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Srengseng Sawah, Jakarta 12640 Abstract : Clove buds and clove leaves (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry.) contain of volatile oil, but most people only use the buds for traditional medicine. Due to the statement above, author had made the research to isolated the volatile oil of buds and leves clove by using water and steam distillation then identified by using Thin Layer Chromatography (TLC) and Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS). The result showed that there is a differences of total value from clove buds and clove leaves. Clove buds yield 12,94 per cent of volatile oil, containing 94,86 per cent of eugenol and clove leves yield 5,68 per cent of volatile oil, containing 98,30 per cent of eugenol. Meanwhile, the chromatogram based on the examination by using TLC and GC-MS from cloves buds and cloves leaf didn`t show any significant differences. Both of them have a same chemical constituent called eugenol.nevertheless, there are also the other different component on clove buds and clove leaves. The chemical constituent of clove buds that didn`t exist on clove leaves are Eugenyl Acetate, Methyl eugenol, and α-humulene. On the opposite, the chemical constituent of clove leaves that didn`t exist on clove buds are 4,7,10-Cycloundecatriene, CaryophylleneOxyde, dan 3-Cyclohexen-1-ol,5-(2- butenylide). Keywords : Clove buds and clove leaves (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry), volatile oil, water and steam distillation, Thin Layer Chromatography (TLC) and Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS). Abstrak : Bunga cengkeh dan daun cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry.) mengandung minyak atsiri, tetapi masyarakat pada umumnya menggunakan bunga cengkeh untuk obat tradisional. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengisolasi minyak atsiri yang berasal dari bunga dan daun cengkeh dengan metode destilasi uap dan air, kemudian minyak atsiri dari bunga dan daun cengkeh diidentifkasi secara Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan kadar total minyak atsiri yang berasal dari bunga cengkeh sebesar 12,94% dengan kandungan eugenol sebesar 94,86 %, dan kadar total minyak atsiri dari daun cengkeh
sebesar 5,68% dengan kandungan eugenol sebesar 98,30 %. Sedangkan dari pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Gas - Spektrometri Massa dari minyak atsiri daun dan bunga cengkeh diperoleh bercak kromatogram yang tidak jauh berbeda, keduanya memiliki komponen kimia yang sama yaitu eugenol, meskipun terdapat komponen lain yang berbeda pada daun dan bunga. Senyawa kimia pada bunga yang tidak terdapat pada daun yaitu Eugenyl Acetate, Methyl eugenol, dan α-humulene. Senyawa kimia pada daun yang tidak terdapat pada bunga yaitu 4,7,10-Cycloundecatriene, Caryophyllene Oxyde, dan 3-Cyclohexen-1-ol,5-(2- butenylide). PENDAHULUAN Kecenderungan back to nature sangat dirasakan dewasa ini, baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Mahalnya harga dan tingginya efek samping dari penggunaan obat-obat sintesis, mendorong pencarian sumber bahan baku obat dari bahan alam. Hal ini merupakan keuntungan bagi masyarakat Indonesia, karena bumi Indonesia kaya akan tumbuhan obat Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry) dapat dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional karena pada bunga cengkeh mengandung eugenol, asetil eugenol, furfural, metilamilketon, vanillin, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin, serat, gom, saponin, flavonoid, dan tanin. Sedangkan daun cengkeh mengandung eugenol, tanin galat, dan kalsium oksalat. Menurut beberapa literatur, minyak atsiri dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik, antimikrobial, stimulansia, untuk menghilangkan bau nafas, untuk menghilangkan sakit gigi, untuk obat batuk, kolera, menghitamkan alis mata, campak, menghilangkan rasa mual dan muntah. Masyarakat Indonesia pada umumnya menggunakan bunga cengkeh sebagai bahan obat, tetapi pada kenyataannya daun dari tanaman cengkeh juga memiliki kandungan minyak atsiri. Berdasarkan hal tersebut diatas, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengisolasi minyak atsiri bunga dan daun cengkeh secara destilasi uap dan air kemudian minyak atsiri bunga dan daun cengkeh didentifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa.
BAHAN DAN METODE BAHAN : Simplisia dari bunga dan daun cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry..) yang telah dibersihkan dan dikeringkan, air, etanol, dikloretana, n-heksan, natrium sulfat anhidrat, anisaldehid asam sulfat, toluen, etil asetat, vanillin asam sulfat Timbangan analitik, Erlenmeyer, gelas ukur, labu tentukur, batang pengaduk, pipet tetes, pipet volume, perangkat alat destilasi, labu alas bulat, buret tetes, vial, bejana kromatografi, alat penotol, penyemprot, pipa kapiler, lempeng silika gel GF 254, lampu UV λ 254nm dan 366 nm, oven, dan perangkat alat GC-MS tipe Agilent Technologies 6890 GC. Isolasi minyak atsiri : 500 g simplisia dimasukan dalam ketel, aquadest berada dibawah lempeng berpori sehingga simplisia tidak kontak langsung dengan air, lalu pasangkan dengan seperangkat alat destilasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Uap dengan tekanan tertentu dialirkan melalui pendingin, destilasi lebih kurang 8-12 jam. Tampung semua destilat dan disatukan, tambahkan dengan natrium sulfat anhidrat untuk menyerap sisa air sehingga diperoleh minyak atsiri murni. Identifikasi secara KLT :Minyak atsiri hasil destilasi diidentifikasi secara KLT. Pemeriksaan secara KLT berpedoman kepada MMI dan PDA. Hal ini dilakukan untuk mencari bercak yang jelas dari daun dan bunga cengkeh dengan menggunakan cairan eluasi, dan cairan pereaksi yang sesuai serta menggunakan baku pembanding eugenol. 1. Analisis KLT menurut MMI Lempeng : Silika Gel GF 254 Jarak rambat : 15 cm Cairan eluasi : Dikloretana, n-heksan Cairan pereaksi : Anisaldehid H 2 SO 4 P Konsentrasi sampel : 2,5 % Jumlah yang ditutulkan : 5 µl Deteksi : Sinar biasa, sinar UV λ 254 nm, sinar UV λ 366 nm.
2. Analisis KLT menurut PDA Lempeng : Silika Gel GF 254 Jarak rambat : 15 cm Cairan eluasi :Toluen Etil asetat (93:7) Cairan pereaksi : Anisaldehid H 2 SO 4 P Konsentrasi sampel : 2,5 % Jumlah yang ditutulkan : 5 µl Deteksi : Sinar biasa, sinar UV λ 254 nm, sinar UV λ 366 nm. Identifikasi secara GC-MS : Minyak atsiri hasil destilasi diidentifikasi menggunakan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa (GC-MS) dengan data : Instrumen : Agilent Technologies 6890 GC with Auto Sampler and 5973 MS Detector And Chemstation data system. Mode Ionisasi : Electron Impact Energi Electron : 70 ev Kolom : HP Ultra. Kolom Kapilar (p=17 m x 0,2 mm ) Gas Pembawa : Helium Laju Alir Gas : 0,5 µl/menit Volume Injeksi : 3,0 µl Temperatur Oven : Suhu kolom diprogram dari 60 C sampai 215 C dengan 2 tahap kenaikan. Pada tahap awal suhu kolom dibuat konstan 60 C selama 5 menit kemudian dinaikan sampai 170 C dengan kecepatan kenaikan 5 C/menit. Pada suhu 170 C ini suhu dipertahankan selama 1 menit dan selanjutnya dinaikan menjadi 215 C dengan kecepatan 15 C/menit. Kondisi pada suhu 215 C ini dipertahankan selama 20 menit. Temperatur Quadrupol : 140 C Temperatur Injektor : 250 C
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Isolasi Minyak Atsiri. Minyak atsiri yang telah diisolasi dengan cara destilasi uap-air dapat diperoleh kadar totalnya dengan rumus sebagai berikut : Jumlah minyak atsiri (ml) x 100% Jumlah simplisia (g) Sehingga didapat hasil : Simplisia Jumlah simplisia (g) Jumlah M.A (ml) Kadar Total (%) Bunga Cengkeh 500 64,70 12,94 Daun Cengkeh 500 28,40 5,68 Tabel 1. Hasil isolasi minyak atsiri Dari 500 g bunga cengkeh diperoleh 64,70 ml minyak atsiri dengan kadar total 12,94%, sedangkan dari 500 g daun cengkeh diperoleh 28,40 ml minyak atsiri dengan kadar total 5,68%. Hasil yang didapat menunjukan bahwa kadar total minyak atsiri pada bunga cengkeh lebih besar dari kadar total minyak atsiri yang terkandung pada daun cengkeh. Identifikasi secara KLT. Pemeriksaan secara KLT berpedoman kepada MMI dan PDA, yaitu minyak atsiri dari hasil destilasi diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis yang bertujuan untuk memisahan komponen-komponen senyawa kimia. Dalam uji ini menggunakan fase diam silika Gel GF 254, cairan eluasi, dan cairan pereaksi yang sesuai serta menggunakan baku pembanding eugenol. a. Analisis KLT menurut MMI : Dari hasil kromatogram daun cengkeh, sebelum disemprot dengan pereaksi timbul satu bercak warna ungu pada λ 254 nm dan 366 nm. Setelah disemprot dengan pereaksi, bercak yang dihasilkan pada sinar biasa sebanyak enam bercak sedangkan pada sinar UV λ 366 nm menghasilkan lima bercak, setelah diamati kemudian dihitung nilai hrfnya. Profil kromatogram dapat dilihat pada Gambar 1,2,3 dan nilai hrf dapat dilihat pada Tabel 2.
Dari hasil kromatogram bunga cengkeh, sebelum disemprot dengan pereaksi timbul satu bercak warna ungu pada λ 254 nm dan dua bercak warna ungu pada λ 366 nm. Setelah disemprot dengan pereaksi, bercak yang dihasilkan pada sinar biasa sebanyak 5 bercak sedangkan pada sinar UV 366 nm menghasilkan 4 bercak, setelah diamati kemudian dihitung nilai hrfnya.profil kromatogram dapat dilihat pada Gambar 1,2,3 dan nilai hrf dapat dilihat pada Tabel 3. No. Bercak Tabel 2. Profil kromatogram minyak atsiri Daun cengkeh Tanpa Pereaksi Dengan Pereaksi Pada λ 254 nm Pada λ 366 nm Pada sinar tampak Pada λ 366 nm hrf hrx Warna hrf hrx Warna hrf hrx Warna hrf hrx Warna 1. - - - - - - 8,6 16,5 hijau 8,6 16,5 Ungu 2. - - - - - - 20 38 Jingga - - - 3. - - - - - - 30 58 Merah muda 30 58 Ungu 4. - - - - - - 42 81 Ungu 42 81 Ungu 5. 50,6 99 Ungu 51 99 Ungu 51 96 Ungu 51 96 Biru 6. - - - - - - 83 158 Ungu muda 83 158 Kuning Tabel 3. Profil kromatogram minyak atsiri Bunga cengkeh Tanpa Pereaksi Dengan Pereaksi No. Bercak Pada λ 254 nm Pada λ 366 nm Pada sinar tampak Pada λ 366 nm hrf hrx Warna hrf hrx Warna hrf hrx Warna hrf hrx Warna 1. - - - 7,3 14,1 Ungu 7,3 13,9 hijau 7,3 13,9 Ungu 2. - - - - - - 20 38 Jingga - - - 3. - - - - - - - - - - - - 4. - - - - - - 43 81 Ungu 43 81 Ungu 5. 50,6 99 Ungu 51 97,4 Ungu 51 96 Ungu 51 96 Biru 6. - - - - - - 83 158 Ungu muda 83 158 Kuning
Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 6 5 4 3 2 1 Gambar 1. Hasil KLT minyak atsiri daun dan bunga cengkeh menurut MMI pada sinar biasa Keterangan : A B C : Sampel daun : Sampel bunga : Baku pembanding eugenol Lempeng : Silika Gel GF 254 Jarak rambat : 15 cm Cairan eluasi : Dikloretana, n-heksan Cairan pereaksi : Anisaldehid H 2 SO 4 P Konsentrasi sampel : 2,5 %, 5 µl
Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 4 Gambar 2. Hasil KLT minyak atsiri daun dan bunga cengkeh menurut MMI padaλ 254 nm Keterangan : A B C : Sampel daun : Sampel bunga : Baku pembanding eugenol Lempeng : Silika Gel GF 254 Jarak rambat : 15 cm Cairan eluasi : Dikloretana, n-heksan Cairan pereaksi : Anisaldehid H 2 SO 4 P Konsentrasi sampel : 2,5 %, 5 µl
Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 6 5 5 4 3 2 1 1 Gambar 3. Hasil KLT minyak atsiri daun dan bunga cengkeh menurut MMI pada λ 366 nm Keterangan : A B C : Sampel daun : Sampel bunga : Baku pembanding eugenol Lempeng : Silika Gel GF 254 Jarak rambat : 15 cm Cairan eluasi : Dikloretana, n-heksan Cairan pereaksi : Anisaldehid H 2 SO 4 P Konsentrasi sampel : 2,5 %, 5 µl
b. Analisis KLT menurut PDA : Dari hasil kromatogram daun cengkeh, sebelum disemprot dengan pereaksi timbul satu bercak warna ungu pada λ 254 nm dan 366 nm. Setelah disemprot dengan pereaksi, bercak yang dihasilkan pada sinar biasa sebanyak 3 bercak sedangkan pada sinar UV λ 366 nm juga menghasilkan 3 bercak, setelah diamati kemudian dihitung nilai hrfnya. Profil kromatogram dapat dilihat pada Gambar 4,5,6 dan nilai hrf dapat dilihat pada Tabel 4. Dari hasil kromatogram bunga cengkeh, sebelum disemprot dengan pereaksi timbul satu bercak warna ungu pada λ 254 nm maupun pada λ 366nm. Setelah disemprot pereaksi, bercak yang dihasilkan pada sinar biasa sebanyak tiga bercak sedangkan pada sinar UV λ 366 nm menghasilkan empat bercak. setelah diamati kemudian dihitung nilai hrfnya. Profil kromatogram dapat dilihat pada Gambar 4,5,6 dan nilai hrf dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Profil kromatogram minyak atsiri daun cengkeh No. Tanpa Pereaksi Dengan Pereaksi Bercak Pada λ 254 nm Pada λ 366 nm Pada sinar tampak Pada λ 366 nm hrf hrx Warna hrf hrx Warna hrf hrx Warna hrf hrx Warna 1. - - - - - - - - - - - - 2. - - - - - - 15,3 50 Merah muda 18,7 53,8 hijau 3. 30 97,8 Ungu 31 96,9 Ungu 30 97,8 Ungu - Jingga 34 98,1 Ungu 4. - - - - - - 63,3 206,5 Ungu 67,3 194,2 Ungu muda No. Bercak Tabel 5. Profil kromatogram minyak atsiri Bunga cengkeh Tanpa Pereaksi Dengan Pereaksi Pada λ 254 nm Pada λ 366 nm Pada sinar tampak Pada λ 366 nm hrf hrx Warna hrf hrx Warna hrf hrx Warna hrf hrx Warna 1. - - - - - - - - - 8 23,1 Hijau 2. - - - - - - 14 45,7 Merah muda 18 51,9 Hijau 3. 29 93,5 Ungu 30,6 95,6 Ungu 29 95,6 Ungu - Jingga 34 98,1 Ungu 4. - - - - - - 64 208,7 Ungu 67 194,2 Ungu muda
Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 4 3 2 Gambar 4. Hasil KLT minyak atsiri daun dan bunga cengkeh menurut PDA pada sinar biasa Keterangan : A B C : Sampel daun : Sampel bunga : Baku pembanding eugenol Lempeng : Silika Gel GF 254 Jarak rambat : 15 cm Cairan eluasi : Toluen - Etil asetat (93:7) Cairan pereaksi : Anisaldehid H 2 SO 4 P Konsentrasi sampel : 2,5 %, 5 µl
Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 3 Gambar 5. Hasil KLT minyak atsiri daun dan bunga cengkeh menurut PDA pada λ 254 nm Keterangan : A B C : Sampel daun : Sampel bunga : Baku pembanding eugenol Lempeng : Silika Gel GF 254 Jarak rambat : 15 cm Cairan eluasi : Toluen - Etil asetat (93:7) Cairan pereaksi : Anisaldehid H 2 SO 4 P Konsentrasi sampel : 2,5 %, 5 µl
Tanpa pereaksi Dengan pereaksi 4 3 3 2 1 Gambar 6. Hasil KLT minyak atsiri daun dan bunga cengkeh menurut PDA pada λ 366 nm Keterangan : A B C : Sampel daun : Sampel bunga : Baku pembanding eugenol Lempeng : Silika Gel GF 254 Jarak rambat : 15 cm Cairan eluasi : Toluen - Etil asetat (93:7) Cairan pereaksi : Anisaldehid H 2 SO 4 P Konsentrasi sampel : 2,5 %, 5 µl
Identifikasi secara GC-MS. Hasil analisis GC-MS (Gambar 7.) memperlihatkan bahwa minyak atsiri bunga cengkeh (Tabel 6) memiliki 44 puncak dengan 5 komponen utama. Kelima komponen utama tersebut adalah Eugenol (94,86%) pada Rt 16,65; 16,94; 17,56; 18,40; 18,47; 20,21; 22,23; 22,33, Eugenyl Acetate (2,88%) pada Rt 21,35, Methyl eugenol (0,73%) pada 18,71, α-humulene (0,44%) pada Rt 19,18, dan δ-cadinen (0,11%) pada Rt 20,63. Hasil analisis GC-MS (Gambar 8) minyak atsiri dari daun cengkeh memiliki 47 puncak (Tabel 7) dengan 5 komponen utama. Kelima komponen utama tersebut adalah Eugenol (98,30%) pada Rt 17,35; 17,44; 17,49; 17,59; 18,55; 20,00; 21,10; 4,7,10- Cycloundecatriene (0,70%) pada Rt 19,24, CaryophylleneOxyde (0,36%) pada Rt 22,05, 3-Cyclohexen-1-ol,5-(2- butenylide) (0,07%) pada Rt 23,63, dan Caryophylla-4(12),8(13)-dien-5.β (0,04%) pada Rt 23,63. Berdasarkan data tersebut maka komponen terbesar minyak atsiri daun dan bunga cengkeh yang dibandingkan dengan BP Eugenol adalah Eugenol. Dapat diketahui juga bahwa minyak atsiri daun cengkeh memiliki komponen yang berbeda dengan minyak atsiri dari bunga cengkeh. Senyawa kimia pada bunga yang tidak terdapat pada daun yaitu Eugenyl Acetate pada Rt 21,35; Methyl eugenol pada Rt 18,71; dan α-humulene pada Rt 19,18. Senyawa kimia pada daun yang tidak terdapat pada bunga yaitu 4,7,10- Cycloundecatriene pada Rt 19,24; CaryophylleneOxyde pada Rt 22,05; 3- Cyclohexen-1-ol,5-(2-butenylide) pada Rt 23,63.
Gambar 7. Hasil Analisis GC-MS Minyak Atsiri Bunga Cengkeh Tabel 6. Data Puncak Minyak Atsiri Bunga Cengkeh No. Komponen Kimia Kandungan RT Qual. (%) 1. Benzoic Acid, 2-hydroxy-, methyl e 0,00 11,71 95 2. Benzene, 1-methoxy-4-(2-propenyl) 0,01 11,66 90 3. α -Cubebene 0,01 15,89 95 4. Eugenol 1,19 16,65 98 5. Eugenol 3,18 16,94 98 6. Eugenol 17,61 17,56 98 7. Eugenol 61,74 18,40 98 8. Eugenol 11,14 18,47 98 9. Methyl eugenol 0,73 18,71 98 10. α-humulene 0,44 19,18 98 11. Naphthalene 0,03 19,51 93 12. Naphthalene 0,03 19,58 89 13. 5-hidroxy-2-Decenoic Acid Lactone 0,35 20,11 56 14. Eugenol 0,01 20,21 38 15. Farnesene 0,05 20,37 86 16. δ-cadinene 0,11 20,63 98 17. Naphthalene 0,02 20,80 97 18. Eugenyl Acetate 2,88 21,35 97 19. Isoeugenol 0,02 21,78 35 20. Caryophyllene Oxyde 0,08 22,04 94 21. Eugenol 0,01 22,23 46 22. Eugenol 0,00 22,33 86
23. Cis-Jasmone 0,01 22,44 46 24. Humulene Oxyde 0,01 22,55 87 25. α-tuyon 0,01 22,73 25 26. α-gurjunene 0,01 22,96 81 27. 1,E-8,Z-10-Hexadecatriene 0,02 23,08 49 28. 10,10-Dimethyl-2,6-dimethylenebicy 0,02 23,16 58 29. Naphthalene 0,01 23,25 70 30. Eugenol 0,01 23,35 38 31. α-muurolene 0,01 23,52 56 32. α-champolonic acid 0,02 23,61 50 33. Cis-Bicyclo [4.4.0] decan-2-one 0,01 23,72 22 34. Caryophylla-3,8(13)-dien-5.β-o 0,02 23,92 95 35. Cis- Eugenol 0,01 24,00 30 36. 2`,3`,4`-Tremethoxyacetophenon 0, 15 24,39 44 37. 5-hidroxy-2-Decenoic Acid Lactone 0,06 24,49 46 38. Neroloxide 0,01 24,56 43 39. 4,5,6,7,8,9-Hexahydro-1-methyl-1H 0,00 25,37 38 40. Ethyl p-methocinnamate 0,00 25,68 38 41. Benzyl benzoate 0,01 25,78 43 42. 1H-Indene-3-carboxyldehyde 0,00 30,57 10 43. 2,2,4,6-tetramethyl-2,3-dihydroben 0,00 30,78 97 44. 5,5`-bis(methoxycarbonyl)-3,6` 0,00 37,53 38 Gambar 8. Hasil Analisis GC-MS Minyak Atsiri Daun Cengkeh
Tabel 7. Data Puncak Minyak Atsiri Daun Cengkeh No. Komponen Kimia Kandungan (%) RT Qual. 1. 6-Methyl-5-hepten-2-one 0,00 4,89 32 2. α -terpinolene 0,00 8,62 50 3. Methyl Salicylate 0,00 11,53 83 4. α -Cubebene 0,01 15,89 97 5. Eugenol 14,56 17,35 99 6. Eugenol 3,67 17,44 98 7. Eugenol 1,26 17,49 97 8. Eugenol 4,01 17,59 98 9. Eugenol 74,78 18,55 98 10. 4,7,10- Cycloundecatriene 0,70 19,24 99 11. Isoeugenol 0,03 19,56 90 12. 4-Cyclopropyl-2-methoxyphenol 0,03 19,82 68 13. Eugenol 0,01 20,00 86 14. Eugenol 0,02 20,03 60 15. α -Farnesene 0,03 20,36 86 16. o-phenylenebis(dimethylamine) 0,01 20,50 38 17. δ-cadinene 0,01 20,62 97 18. Naphthalene 0,01 20,79 90 19. 4-allyl-2-methoxy-phenyl acetate 0,01 20,87 97 20. Eugenol 0,01 21,10 76 21. 2(1H)-Naphthalenone 0,04 21,29 68 22. Bicyclo(5.4.0)undec-1(7)-en-3-one 0,01 21,42 60 23. 10,10-dimethyl-6-methyliden-1-oxa 0,03 21,71 35 24. CaryophylleneOxyde 0,36 22,05 99 25. Camphene 0,01 22,30 55 26. Globulol 0,01 22,38 46 27. 12-Oxabyclo[9.1.0]dodeca-3,7-diena 0,03 22,52 58 28. Trans-caryophyllene 0,01 22,69 45 29. Bicycle[8.1.0]undec-3-ine2-ol 0,00 22,81 46 30. Napthalene 0,01 22,92 64 31. 2H-Benzocyclohepten-2-one 0,03 23,05 49 32. Caryophylla-4(12),8(13)-dien-5.β 0,04 23,14 95 33. Valencene 0,01 23,23 83 34. Γ-Cadinene 0,01 23,31 68 35. 3-Cyclohexen-1-ol,5-(2-butenylide) 0,07 23,63 80 36. Aromadendrenepoxide 0,01 23,74 44 37. Patchulane 0,05 23,92 46 38. Bicyclo(5.4.0)undec-1(7)-en-3-one 0,00 24,03 43 39. 4-12-hidroxy ethyl spiro (2.3)hex-4 0,00 24,24 38 40. (z)-1-(1-butenyl)aziridine 0,00 24,32 38 41. Cis-eugenol 0,00 24,84 43 42. Methylaminomethoxymetheleneamine 0,00 25,21 27 43. Benzilbenzoat 0,02 25,78 97 44. 2-octanone 0,00 27,43 38 45. Benzoic acid 0,00 27,88 47 46. N-(1-dimethylamino-ethylidene) 0,00 30,33 4 47. Epi-Photonerol 0,00 31,27 12
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa hasil kadar total minyak atsiri yang berasal dari bunga cengkeh (12,94%) lebih besar dibandingkan dengan yang berasal dari daun cengkeh (5,68%), sedangkan dari pola kromatogram secara KLT dan GC-MS diketahui bahwa bunga cengkeh dan daun cengkeh memiliki komponen kimia yang sama yaitu Eugenol, meskipun terdapat komponen lain yang berbeda pada daun dan pada bunga. Senyawa kimia pada bunga yang tidak terdapat pada daun diantaranya yaitu Eugenyl Acetate pada Rt 21,35; Methyl eugenol pada Rt 18,71; dan α- Humulene pada Rt 19,18, sedangkan senyawa kimia pada daun yang tidak terdapat pada bunga diantaranya yaitu 4,7,10- Cycloundecatriene pada Rt 19,24; CaryophylleneOxyde pada Rt 22,05; dan 3-Cyclohexen-1-ol,5-(2- butenylide) pada Rt 23,63. DAFTAR PUSTAKA 1. Guenther E. Minyak Atsiri Jilid I, Terjemahan S. Ketaren. Jakarta: Universitas Indonesia; 1987. Hal. 19-59;171-90. 2. Ketaren S. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: PK Balai Pustaka; 1985. Hal.21-73, 239-60. 3. Sutrisno RB. Reverse Approach. Edisi I. Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Pancasila; 1986. Hal. 13-26. 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Material Medika Indonesia. Edisi IV. Jakarta: 1980. Hal. 144-7. 5. Gritter R.J., Bobbit J.M., Schwarting A.E., Pengantar Kromatografi. Terbitan kedua. Bandung ITB; 1991. Hal. 6 11. 6. McNair H.M., Bonelli E.J., Dasar Kromatografi. Penerbit ITB Bandung; 1988. Hal. 15 26. 7. Munson J.W., Analisis Farmasi Metode Modern. The Upjohn Company Kalamazoo, Michigan, 2000. Hal. 130-141