METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

III. METODE PENELITIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA. TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv

STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :

Penentuan Nilai Impedansi Pembumian Elektroda Batang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Response Impuls

STUDI PERFORMANSI PERLINDUNGAN SAMBARAN PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV UNTUK BERAGAM KARAKTERISTIK SAMBARAN

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

TUGAS AKHIR PENGARUH IMPEDANSI SURJA PEMBUMIAN MENARA TRANSMISI TERHADAP TEGANGAN LENGAN MENARA WINDY ROLAND TOBING NIM :

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dan tidak dapat dilanjutkan dari perhitungan yang sebelumnya.

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017

Analisis Arus Kegagalan Perisaian terhadap Konfigurasi Kawat Tanah dan Fasa pada Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 500 kv

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS

SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk

BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan sangat besar

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

Respons Impuls Pada Elektroda Pentanahan Batang Tunggal Untuk Menentukan Nilai Impedansi Pentanahan

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik untuk keperluan manusia akan semakin meningkat

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

Vol.3 No1. Januari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro, Jurusan Teknik

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lebih impuls yang disebabkan oleh adanya operasi hubung-buka (switching. ketahanan peralatan dalam memikul tegangan lebih impuls.

BAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

Dasman 1), Rudy Harman 2)

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

ANALISIS UNJUK KERJASALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 500kV 2 SALURAN DAN 4 SALURAN DI SUMATERA

LAMPIRAN B. Jarak Bebas Minimum Horisontal dari Sumbu Vertikal Menara/Tiang. Jarak Horisont al Akibat Ayunan Kondukt or H (m)

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI

TINJAUAN PUSTAKA. shielding tiang penangkal dan kawat pada gardu induk. Adapun tujuan dari sistem

Studi Pengaruh Backflashover pada Sistem Pentanahan Menara Saluran Transmisi Tegangan Tinggi Terkonsentrasi Menggunakan ATPDraw

III. METODE PENELITIAN

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

ANALISIS PENGARUH RESISTANSI PENTANAHAN MENARA TERHADAP BACK FLASHOVER PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV

Perancangan Perangkat Lunak Untuk Mendeteksi Tingkat Keandalan SUTET Terhadap Sambaran Petir Dengan Metode 2 Titik

1. BAB I PENDAHULUAN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB I PENDAHULUAN. Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola.

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

ANALISIS PERAMBATAN TEGANGAN IMPULS PADA PENTANAHAN GRID GARDU INDUK DENGAN PEMODELAN RUGI SALURAN TRANSMISI

DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

Analisis Kinerja Lightning Arester Pada Jaringan Transmisi 150 kv Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Petir di Gedung Rumah Sakit Permata Hijau dengan Metode Konvensional dan Elektrostatis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA SISTEM PTROTEKSI KAWAT TANAH. TRANSMISI 150 kv SEI ROTAN TEBING TINGGI. Oleh : SADAK NAINGGOLAN Nim :

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA

SIMULASI PENENTUAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN MENARA TRANSMISI 150 KV TERHADAP BACKFLASHOVER AKIBAT SAMBARAN PETIR LANGSUNG

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di Laboratorium Sistem Tenaga Elektrik

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP)

SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV

Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG

Efek Penurunan Tahanan Pembumian Tower 150 kv Terhadap Sistem Penyaluran Petir

Panjang batang konduktor (m)

BAB II SALURAN TRANSMISI DAN KORONA

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Laboratorium Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung dan Mulai Dilaksanakan Desember 2009 hingga Maret 2010. B. Alat Penelitian ini menggunakan satu set komputer untuk mensimulasikan pemodelan menara, isolator, saluran kawat tanah, saluran kawat fasa, petir, dan sistem pentanahan menggunakan perangkat lunak EMTP/ATP. Adapun spesifikasi komputer adalah Intel Core 2 Duo Processor T6400; 4 GB SDRAM,

37 C. Metode Dalam tugas akhir ini, metode yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : a. Data menara transmisi, meliputi konfigurasi dan jenis menara yang digunakan, b. Data isolator saluran, meliputi jumlah, jenis, dimensi, panjang rentengan dan BIL (Basic Insulating Level), c. Data kawat tanah dan kawat fasa, meliputi jenis, diameter, jumlah konduktor berkas, dan panjang kawat, d. Data sistem pentanahan, meliputi sistem pentanahan yang digunakan, diameter, jumlah, panjang, jarak antar batang konduktor dan resistivitas tanah. 2. Simulasi dan Pemodelan Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ATP versi EMTP tahun 2005 dan Microsoft Excel 2007. Untuk membuat simulasi maka parameter-parameter pada saluran transmisi dimodelkan terlebih dahulu. Parameter-parameter pada saluran transmisi meliputi menara transmisi, isolator saluran, kawat tanah, kawat fasa, dan sistem pentanahan.

38 a. Menara Transmisi Menara transmisi yang digunakan pada penelitian ini adalah menara jenis silinder. Maka representasi dari menara transmisi adalah : Gambar 20 Model menara isolator Dimana :

39 V t adalah kecepatan propagasi petir yang sama dengan kecepatan cahaya sebesar 300 m/µs. [ { ( *}] Dimana ( ) adalah radius puncak, tengah dan dasar menara adalah tinggi menara dari tengah ke puncak menara adalah tinggi menara dari dasar ke tengah menara b. Isolator Isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah isolator jenis gantung (suspension insulator). Maka isolator dapat dimodelkan sebagai berikut : Gambar 21 Model isolator Nilai kapasitansi tipikal untuk isolator gantung adalah 80 pf/unit.dan S adalah sakelar yang pengopersiannya diatur oleh tegangan.

40 c. Back Flashover Untuk menentukan besarnya tegangan lompatan api kritis dari rentengan isolator dapat digunakan persamaan : ( * Dimana : K 1 = 0,4 x L K 2 = 0,71 x L L = panjang renteng isolator t = waktu tembus atau waktu lompatan api (µdet) d. Sistem Pengetanahan Pada penelitian ini sistem menggunakan sistem driven rod, yaitu sistem pengetanahan dengan cara menanamkan batang-batang konduktor tegak lurus ke dalam tanah (vertikal). Sistem yang digunakan adalah menggunakan 4 (empat) batang konduktor dengan panjang l, jarak antar batang konduktor s, dan masing-masing batang konduktor mempunyai radius r, serta ditanam tegak lurus dalam tanah, maka pengetanahan memiliki tahanan, induktansi, dan kapasitansi adalah : ( ) ( ) [ ]

41 Dimana : = permitivitas relatif tanah Sistem pengetanahan dimodelkan sebagai berikut : Gambar 22 Model sistem pengetanahan e. Kawat Fasa Untuk menghitung induktansi dan kapasitansi pada saluran ganda tiga fasa dapat digunakan metode GMR dan GMD sebagai berikut : meter ( ) meter ( ) meter Dimana, (Geometric Mean Distance) = Jarak rata-rata geometrik (Geometric Mean Radius) = Radius rata-rata geometrik r = radius kawat fasa r = 0,7788 r

42 sehingga nilai induktansi kawat fasa adalah : Dan nilai kapasitansi kawat fasa adalah : ( ) Maka impedansi surja ekivalen dan kecepatan propagasi kawat fasa adalah : Gambar 23 Model untuk kawa fasa f. Kawat Tanah Kawat tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawat tanah tunggal. Sehingga perhitungan impedansi surja kawat tanah bila tidak terjadi korona adalah: Bila tidak terjadi korona ( * Dimana : Z s = impedansi surja kawat tanah

43 h t = tinggi rata rata kawat tanah r = radius kawat tanah Gambar 24 Model untuk kawat tanah 3. Pengambilan dan pengolahan data Kurva tegangan impuls pada isolator dari rangkaian simulasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi lompatan api balik (back-flashover) atau tidak. Maka untuk mendapatkan kurva tegangan impuls pada isolator pada rangkaian simulasi, data-data dari PT. PLN (Persero) pada saluran transmisi dimodelkan sedemikian rupa sehingga dapat disimulasikan dalam perangkat lunak ATP/EMTP. Langkah-langkah pengambilan data untuk mendapatkan kurva tegangan impuls pada isolator : 1. Membuat rangkaian pengganti atau model dari beberapa parameter saluran transmisi. Diantaranya : model menara, model isolator, model sistem penetanahan, kawat fasa, dan kawat tanah, 2. Menghitung data-data yang didapat dari PT. PLN (Persero) sebagai nilai pada parameter saluran transmisi, 3. Memberikan arus surja sebagai model petir pada rangkaian simulasi dengan waktu muka dan waktu ekor menurut standar IEEE 1,2 x 50 µs dan standar CIGRE 3 x 77,5 µs,

44 4. Amplitudo Arus surja petir yang digunakan dalam simulasi adalah 10 ka sampai 120 ka, 5. Menjalankan rangkaian simulasi pada perangkat lunak ATP/EMTP, 6. Mencuplik kurva tegangan impuls pada isolator hasil running rangkaian simulasi pada perangkat lunak ATP/EMTP, dan 7. Menyimpan kurva tegangan impuls tersebut dalam berbagai bentuk file sebagai bahan untuk mengolah data. Langkah-langkah untuk mendapatkan kurva V-t lompatan balik (backflashover) isolator : 1. Berpedoman kepada rumus untuk menentukan besarnya tegangan lompatan api kritis dari rentengan isolator, yaitu : ( * Dimana : K 1 = 0,4 x L K 2 L t = 0,71 x L = panjang renteng isolator (m) = waktu tembus atau waktu lompatan api (µdet) 2. Menentukan panjang renteng isolator saluran, kemudian menghitung nilai K 1 dan K 2. 3. Menentukan waktu tembus atau waktu lompatan api dan menghitung. 4. Menghitung nilai tegangan lompatan api kritis back-flashover V 50% menggunakan persamaan diatas.

45 5. Menggabungkan nilai tegangan lompatan api kritis V 50% dan waktu tembus atau waktu lompatan api menggunakan Microsoft Excel 2007 agar dapat dijadikan kurva V-t lompatan balik (back-flashover) isolator. Setelah kurva tegangan impuls pada isolator dan kurva V-t back-flashover isolator didapat, maka kedua kurva tersebut dapat diolah untuk menganalisis lompatan api balik (back-flashover). Langkah-langkah pengolahan data untuk menganalisis lompatan api balik (back-flashover) : 1. Menyimpan cuplikan tegangan impuls pada isolator dalam bentuk file.txt agar dapat diolah pada perangkat lunak Microsoft Excel 2007, 2. Menggabungkan kurva V-t lompatan balik (back-flashover) isolator dan cuplikan tegangan impuls pada isolator menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007, 3. Menemukan titik potong antara kedua kurva tersebut untuk mendapatkan titik lompatan balik (back-flashover) isolator dan kemudian menganalisisnya. Langkah-langkah pengolahan data untuk mengetahui jumlah sambaran yang dapat mengakibatkan back-flashover : 1. Menentukan arus surja petir minimum yang yang dapat mengakibatkan back-flashover pada Fasa A, B, dan C 2. Menghitung nilai probabilitas distribusi harga puncak arus petir dengan menggunakan rumus empiris menurut Anderson-Eriksson sebagai berikut:

46 ( ) Dimana : = Probabilitas arus petir I = Amplitudo arus petir (ka) 3. Menghitung probabilitas yang menimbulkan gangguan back-flashover, menggunakan persamaan (56) : * ( )+ 4. Menghitung jumlah sambaran yang dapat mengakibatkan back-flashover pada setiap Fasa menggunakan persamaan (55): ( ) Sambaran per 100 km/ tahun. 4. Rangkaian Penelitian Gambar 25 Model Rangkaian 2 (dua) Menara

47 5. Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Literatur Gambar model parameter parameter simulasi Gambar model parameter menggunakan ATP Draw Data saluran transmisi dari PT. PLN (Persero) Hitung nilai parameter pada rangkaian simulasi Masukkan nilai parameter pada rangkaian simulasi Data arus surja pada rangkaian simulasi Simulasi EMTP/ATP Cuplik bentuk gelombang isolator saluran transmisi Simpan cuplikan gelombang isolator Buat grafik fungsi V-t backflashover isolator Gabungkan grafik fungsi V-t back-flashover isolator dan cuplikan gelombang isolator Arus minimum Penyebab back-flashover Tidak Ya Analisis fasa mana saja berapa besar tegangan dan waktu back-flashover Menghitung Probabilitas dan Jumlah Sambaran yang menyebabkan back-flashover Selesai Gambar 26 Diagram Alir Penelitian