I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

PAPER BIOKIMIA PANGAN

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

5.1 Total Bakteri Probiotik

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

<-- ' ' '\' l~i~ ;~~ B riicl~"':ii

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Media Kultur. Pendahuluan

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengawetan pangan dengan pengeringan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alamnya, terbukti dengan sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perairan dengan luas sekitar 5.193.250 km 2, sehingga hal ini menunjang kemampuan masyarakat Indonesia untuk meningkatkan potensi hasil perairan Indonesia sebagai produk olahan pangan yang menghasilkan keuntungan. Salah satu komoditas perairan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia adalah ikan bandeng (Devina,2012). Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan ikan yang memiliki kandungan protein tinggi sebesar 20 % dan rendah lemak (Muchtadi,2010). Ikan bandeng memiliki tulang ikan yang tersebar di seluruh daging ikan, hal ini membuat masyarakat kesulitan untuk mengkonsumsi ikan tersebut karena banyaknya duri ikan yang menusuk di tenggorokan. Proses perebusan ikan menggunakan alat presto (bertekanan tinggi) adalah suatu proses dengan pemanfaatan suhu dan tekanan yang tinggi sehingga tulang atau duri ikan menjadi lunak. Ikan Bandeng yang diolah melalui proses perebusan menggunakan alat presto (bertekanan tinggi) disebut bandeng presto. 1

2 Proses pembuatan bandeng presto menghasilkan limbah berwujud cair yaitu air rebusan bandeng presto. Air sisa rebusan ini pada umumnya tidak digunakan, padahal dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi produk pangan. Air rebusan bandeng presto masih mengandung 12.83 % karbohidrat, 3,95 % lemak dan 1,27 % protein. Jika limbah cair ini dibuang begitu saja, akan menghasilkan bau tengik karena adanya senyawa amin dan proses oksidasi lemak yang akhirnya akan mengganggu masyarakat. Air rebusan bandeng presto dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk pembuatan produk pangan. Air rebusan bandeng presto yang akan dimanfaatkan haruslah aman, tidak boleh mengandung cemaran mikroorganisme dan cemaran logam berat yang melebihi Standar Nasional Indonesia agar tidak membahayakan konsumen. Air rebusan bandeng presto yang akan dimanfaatkan didapat dari Perusahaan Bunda Bandeng Presto. Jumlah cemaran mikroorganisme yang terdapat dalam air rebusan bandeng presto sebesar 5,6 10 1 cfu/ml, dibawah Standar Nasional Indonesia (Amalia,2016). Selain itu, kadar garam (NaCl) yang terdapat di dalam air rebusan bandeng presto sebesar 1,05 % (Gustina, 2016). Kandungan gizi yang terkandung berupa protein dan garam (NaCl) yang terdapat di dalam air rebusan bandeng presto, serta tidak adanya cemaran mikroorganisme menjadikan air rebusan bandeng presto baik untuk dijadikan bahan dasar dalam pembuatan kecap asin. Air kelapa dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan kecap asin sama seperti air rebusan bandeng presto. Air kelapa merupakan bagian dari buah

3 kelapa yang memilki kandungan nutrisi lengkap bagi kesehatan manusia. Kandungan gizi air kelapa tidak hanya unsur makro tetapi juga unsur mikro. Unsur makro yang terdapat di dalam air kelapa adalah karbon dan nitrogen. Unsur karbon berupa karbohidrat sederhana seperti glukosa, fruktosa dan sukrosa. Unsur nitrogen berupa protein yang tersusun dari asam amino seperti alin, arginin, alanin dan serin. Asam amino yang terkandung di dalam air kelapa lebih tinggi dibandingkan asam amino yang terkandung di dalam susu sapi. Selain karbohidrat dan protein, air kelapa juga mengandung unsur mikro berupa mineral yang dibutuhkan tubuh seperti, kalsium (Ca), magnesium (Mg), fosfor (P) dan sulfat (S) (Kusumawardani,2011). Produksi air kelapa cukup berlimpah di Indonesia namun pemanfaatannya dalam industri pangan belum menonjol, sehingga masih banyak air kelapa terbuang percuma, selain mubazir, buangan air kelapa masih mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk dimanfaatkan, selain itu air kelapa dapat menimbulkan polusi asam asetat akibat proses fermentasi dari limbah air kelapa yang akan merugikan masyarakat karena menghasilkan bau tengik (Leoni,2011). Pemanfaatan air kelapa yang kurang baik dan masih terdapatnya gizi yang dapat dimanfaatkan, menjadikan air kelapa sebagai bahan utama yang baik sebagai bahan dasar pembuatan kecap. Kecap berdasarkan cita rasanya dibedakan menjadi kecap manis dan kecap asin, yang membedakannya adalah untuk kecap manis memiliki konsistensi yang kental, sedangkan kecap asin encer. Pada

4 pembuatan kecap asin diberi tambahan garam (NaCl) sebagai penambah rasa (Purwandari, 2007). Kecap asin merupakan salah satu bahan penyedap yang sering digunakan sebagai bahan pemberi rasa, aroma, berwarna coklat gelap dan berbau tajam. Kecap asin digunakan sebagai flavour enchancer (pembangkit rasa) dalam makanan seperti: bakso, soto, sayur, bubur dan berbagai makanan lainnya. Garam (NaCl) ikut berperan dalam proses pembuatan kecap asin, rasa asin yang terdapat pada kecap asin ditimbulkan dari adanya penambahan garam (NaCl). Garam (NaCl) yang ditambahkan dalam pembuatan kecap asin memerlukan konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi garam yang dibutuhkan per 1 liter kecap asin sekitar 18%-20%, hal ini bertujuan untuk menimbulkan rasa asin yang kuat dari kecap asin (Tara,2010). Garam juga berfungsi dalam reaksi pencoklatan pada kecap asin karena semakin tinggi kadar garam maka reaksi pencoklatan semakin lambat, selain itu kadar garam yang tinggi dapat berfungsi sebagai pengawet pada kecap asin (Widyastuti,2014). Garam dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan membentuk larutan isotonik (Helmiyati,2010). Kandungan protein yang tinggi pada kecap asin adalah hal yang paling penting selain rasa asin yang ditimbulkan. Proses fermentasi yang cukup lama dan harga kedelai yang semakin mahal, mendorong dibuatnya kecap secara lebih sederhana. Air rebusan bandeng presto berbanding air kelapa sebagai bahan dasar pembuatan kecap asin, dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan protein pada produk kecap asin. Bahan dasar yang digunakan, ditentukan dengan

5 beberapa pertimbangan, antara lain ketersediaannya yang terjamin dan masih mengandung protein sebesar 1,27 % untuk air rebusan bandeng presto dan 0,20 % untuk air kelapa, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan kecap asin (Kusumawardani,2011). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui identifikasi masalahnya sebagai berikut : 1. Apakah perbandingan air rebusan bandeng presto berbanding air kelapa berpengaruh terhadap karakteristik kecap asin? 2. Apakah konsentrasi garam (NaCl) berpengaruh terhadap karakteristik kecap asin? 3. Apakah interaksi antara perbandingan air rebusan bandeng presto berbanding air kelapa dan konsentrasi garam (NaCl) berpengaruh terhadap karakteristik kecap asin? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan konsentrasi air rebusan bandeng presto berbanding air kelapa dan pengaruh konsentrasi garam (NaCl) terhadap karakteristik kecap asin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan perbandingan konsentrasi air rebusan bandeng presto dengan air kelapa dan konsentrasi garam (NaCl) terhadap karakteristik kecap asin. Selain itu untuk mengetahui perlakuan penelitian terhadap kecap asin yang dihasilkan secara respon kimia dan organoleptik.

6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Dapat menambah nilai guna dan nilai jual dari pemanfaatan air rebusan bandeng presto berbanding air kelapa. 2. Sebagai alternatif untuk mengurangi dan memanfaatkan limbah industri yang belum dikelola secara maksimal. 3. Meningkatkan produksi kecap asin dalam industri perikanan. 4. Mengetahui cara pembuatan kecap asin dari limbah cair yang masih layak digunakan. 1.5 Kerangka Pemikiran Menurut Mulyani (2016), air rebusan bandeng presto masih mengandung 12.83 % karbohidrat, 3,95 % lemak dan 1,27 % protein. Jika limbah cair ini dibuang begitu saja, akan menghasilkan bau tengik karena adanya senyawa amin dan proses oksidasi lemak yang akhirnya akan mengganggu masyarakat. Menurut penelitian Gustina (2016), kadar garam (NaCl) yang terdapat di dalam air rebusan bandeng presto sebesar 1,05 %. Air rebusan di dapat dari Perusahaan Bunda Bandeng Presto. Jumlah cemaran mikroorganisme yang terdapat dalam air sisa rebusan bandeng presto dari Perusahaan Bunda Bandeng Presto didapat 5,6 10 1 cfu/ml, dibawah SNI sehingga air sisa rebusan bandeng presto aman untuk dijadikan bahan dasar pembuatan produk pangan (Amalia,2016). Menurut Kusumawardani (2011), pembuatan kecap air kelapa sama dengan pembuatan kecap kedelai, bahkan jauh lebih mudah karena tidak

7 memakan waktu pembuatan yang terlalu lama. Bumbu pada proses pembuatan kecap air kelapa hampir sama dengan kecap kedelai, hanya yang membedakan proses fermentasi. Air kelapa mengandung senyawa karbohidrat sederhana seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, sorbitol. Protein yang tersusun dari asam amino seperti alanin, sistein, arginin, dan serin. Asam amino air kelapa lebih tinggi dari asam amino susu sapi, selain itu air kelapa mengandung unsur mineral seperti kalsium, magnesium, ferum, fosfor dan sulfur (Suginto,2011). Menurut penelitian Hartoyo (2014), kandungan protein dari air kelapa rendah, maka dari itu perlu dilakukan penambahan bahan yang kadar proteinnya tinggi, yaitu kedelai dengan jumlah yang relatife kecil. Penggunaan bubuk kedelai pada pembuatan kecap air kelapa dapat diganti dengan penambahan bubuk tempe. Menurut penelitian Tara (2015), konsentrasi garam yang ditambahkan pada kecap asin per 1 liter harus tinggi sekitar 18%-20%, untuk mencegah kontaminasi dari mikroba dan memberi rasa asin. Menurut penelitian Rushariandi (2017), hasil analisis diperoleh bahwa kadar protein terlarut kecap yang dihasilkan berkisar dari 3,11%-4,47%, dengan rata-rata umum 3,82%. Bila dibandingkan dengan kandungan protein bahan baku, kadar proteinnya yaitu 5,37%, ini berarti sebagian besar protein diubah oleh mikroba menjadi protein terlarut. Konsentrasi garam berpengaruh terhadap kadar protein terlarut kecap Menurut penelitian Widyastuti (2014), garam juga berfungsi dalam reaksi pencoklatan pada kecap asin karena semakin tinggi kadar garam maka reaksi

8 pencoklatan semakin lambat, selain itu kadar garam yang tinggi dapat berfungsi sebagai pengawet pada kecap asin. Banyaknya penelitian terdahulu yang memberikan informasi mengenai kandungan nutrisi air rebusan bandeng presto, air kelapa serta konsentrasi garam (NaCl) terbaik pada pembuatan kecap asin, maka didapatkan perbandingan air rebusan bandeng presto berbanding air kelapa yaitu 1:2, 1:1 dan 2:1 serta konsentrasi garam (NaCl) yang terbaik antara 17% sampai 20%. 1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat diambil suatu hipotesis, bahwa : 1. Diduga perbandingan air rebusan bandeng presto : air kelapa berpengaruh terhadap karakteristik kecap asin. 2. Diduga konsentrasi garam (NaCl) berpengaruh terhadap karakteristik kecap asin. 3. Diduga interaksi antara perbandingan air rebusan bandeng presto : air kelapa dan konsentrasi garam (NaCl) berpengaruh terhadap karakteristik kecap asin. 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No. 193 Bandung, Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung. Penelitian ini dimulai bulan Juli 2017 sampai dengan Agustus 2017.