BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

DETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN, PENULARAN PENYAKIT TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDOSARI

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar. dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

6. Umur Responden :...Tahun

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia saat ini berada pada ranking kelima negara

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN OLEH PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI POLI PARU RUMAH SAKIT CITO KARAWANG TAHUN 2015

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB 1 PENDAHULUAN. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi TB Paru di Indonesia dan negara negara sedang berkembang lainnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OESAPA

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium


DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Cetakan Kedua belas. Rineka Cipta Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi perhatian di dunia dan menjadi salah satu indikator dalam pencapaiaan tujuan pembangunan global. Data dari World Health Statistics 2013 menunjukkan tingginya angka prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk di beberapa negara ASEAN dan SEAR. Tiga negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi di ASEAN adalah Kamboja dengan 817 per 100.000 penduduk, Laos dengan 540 per 100.0000 penduduk, dan Myanmar dengan 506 per 100.000. Singapura merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis terendah yaitu sebesar 46 per 100.000 penduduk. Sedangkan Indonesia berada di posisi keenam untuk prevalensi tuberkulosis dengan 281 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2013). Jumlah kasus baru BTA positif yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak 202.301 kasus. Jumlah tersebut sedikit lebih tinggi bila dibandingkan kasus baru BTA positif yang ditemukan tahun 2011 yang sebesar 197.797 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang tinggi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kasus baru di tiga provinsi tersebut sekitar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia. Pada tahun 2012 proporsi BTA positif di antara seluruh kasus TB Paru tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Tenggara (94%), Sulawesi Utara dan Jambi masing masing 92%. Sedangkan capaian terendah yaitu Provinsi Papua Barat (31%), DKI Jakarta (33%) dan Papua (38%). Sebanyak 21 dari 33 provinsi (63,6%) telah mencapai target minimal 65% (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang (2011) menggambarkan Penemuan suspek tahun 2011 sebanyak 15.001 orang mengalami peningkatan bila dibanding tahun 2010. Penemuan penderita TB Paru BTA positif sebanyak 989 orang (61%), mengalami peningkatan 110

kasus (8 %) bila dibandingkan tahun 2010 (53%). Penemuan kasus TB paru anak sejumlah 356 kasus (13 %), menurun 2% bila dibandingkan dengan penemuan TB paru anak di tahun 2010 ( 15%). Prosentase penemuan suspek tertinggi di Puskesmas Krobokan (117%) 351 dari target 300 suspek, ini merupakan hasil dari petugas yang aktif untuk melakukan pencarian suspek TB paru. Prosentase penemuan suspek terendah di Puskesmas Gayamsari (17%) 136 dari target 790 suspek. Penemuan Suspek TB paru pada 3 tahun terakhir mengalami peningkatan, tahun 2009 ditemukan sebanyak 8.003 ( 51% ), tahun 2010 ditemukan sebanyak 10.977 ( 69% ) dan tahun 2011 ditemukan sebanyak 15.001 (93%). Penemuan suspek tertinggi di fasilitas pelayanan kesehatan BKPM Semarang sejumlah 2.839 suspek diikuti RS Kariadi sejumlah 1.863 suspek sedangkan RS yang menemukan suspek terendah adalah RS William Booth Semarang dan RS Bhayangkara Semarang. Angka penemuan penderita baru BTA Positif tahun 2011 mencapai 61% mengalami peningkatan 8% bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 53%. Hal ini menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan pelaporan yang lebih baik. Prosentase angka Penemuan Kasus baru BTA Positif tertinggi di capai oleh Puskesmas Mangkang (155%) target 11 kasus menemukan 17 kasus TB paru BTA Positif, prosentase terendah di puskesmas Karangmalang 0%, target 8 dan tidak menemukan kasus BTA Positif. Hal ini disebabkan oleh karena kurang aktifnya petugas dalam pemberdayaan masyarakat di wilayahnya (Dinkes Kota Semarang, 2011). Berdasarkan data dari BKPM Semarang tentang TB paru positif menunjukkan terjadinya peningkatan dalam tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2011 sebanyak 457, tahun 2012 sebanyak 504, tahun 2013 sebanyak 612. Faktor pengetahuan, sikap dan perilaku mempunyai pengaruh besar terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat dan berperan penting dalam menentukan keberhasilan suatu program penanggulangan penyakit dan pencegahan penularannya termasuk penyakit TB paru. Perilaku pencegahan penularan penyakit Tuberculosis paru dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yakni :

1) faktor-faktor dasar (predisporcing factors) meliputi pengetahuan, sikap, kebiaasaan, kepercayaan, norma-norma sosial dan unsur lain 2 ) faktor-faktor pendorong ( reinforcing factors ) meliputi: sikap dan perilaku dari orang lain misalnya tenaga kesehatan atau petugas lain dari masyarakat; 3) faktor-faktor pendukung (enabling factors) meliputi: lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan (Green & Keuter, 2000). Meningkatnya jumlah penderita TB Paru di Indonesia disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Hasil survei di Indonesia oleh Ditjen Pemberantas Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2MPL, 2011), tingginya angka kejadian TB Paru salah satunya disebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan. Pengetahuan masyarakat Indonesia tentang TB Paru masih rendah. Hanya 8% responden yang menjawab dengan benar cara penularan TB, 66% yang mengetahui tanda dan gejala (Kemenkes RI, 2011). Penelitian yang lain dilakukan oleh Wahyuni (2008), didapatkan hasil bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pencegahan penularan penyakit TB Paru di masyarakat adalah pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, kepadatan hunian rumah dan luas ventilasi rumah. Sedangkan faktor yang paling besar pengaruhnya adalah tingkat pendidikan, pengetahuan dan kepadatan hunian rumah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Habibah, Arneliwati, Indriati (2013), mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang TB Paru terhadap perilaku pencegahan penularan penyakit TB Paru. Penelitian lain oleh Novitasari (2012) di BKPM Semarang menunjukkan hasil bahwa perilaku pencegahan TB paru belum sepenuhnya baik, karena sebagian subyek penelitian masih membuang ludah di sembarang tempat, tidak menutup mulut saat batuk, tidur sekamar dengan anggota keluarga yang lain, jarang membuka jendela rumah, jarang menjemur kasur dan bantal dibawah sinar matahari, jarang berolah raga, jarang mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna, dan peralatan makan digunakan anggota

keluarga yang lain, sehingga karena perilaku yang tidak tepat akan berdampak terhadap terjadinya penularan TB paru. Berdasarkan hasil survei prevalensi TB paru (2004) mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) menunjukkan bahwa 76% keluarga pernah mendengar tentang TB paru, 26% dapat menyebutkan dua tanda dan gejala utama, 51% memahami cara penularannya, dan hanya 19% yang mengetahui bahwa program pengendalian TB paru menyediakan obat gratis (Pratiwi, Roosihermiatie & Hargono, 2011). Norma dan stigma bahwa penyakit TB paru malu dan menakutkan di masyarakat terutama dapat dikurangi dengan meningkatkan pengetahuan dan persepsi masyarakat mengenai TB paru, menyingkirkan segala mitos TB paru melalui kampanye pada kelompok tertentu dan membuat materi penyuluhan yang sesuai dengan budaya setempat (Kemenkes RI, 2011). Pada prinsipnya upaya-upaya pencegahan dilakukan dan pemberantasan tuberkulosis dijalankan dengan usaha-usaha diantaranya: pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit TBC paru, bahayabahayanya, cara penularannya. Perilaku yang sehat dari penderita TB paru sangat penting untuk upaya pencegahan terjadinya penularan TB paru. Hal ini dapat dicapai dengan adanya peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan seorang penderita TB paru dalam kehidupan sehari hari, khususnya dalam keluarga. Berdasar latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud melakukan penelitian tentang pengetahuan, sikap dan praktik penderita TB paru dalam mencegah terjadinya penularan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang menunjukkan adanya temuan kasus yang meningkat dalam tiga tahun terakhir. Hasil survei Ditjen Pemberantas Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL, 2011), menunjukkan meningkatnya temuan kasus TB disebabkan perilaku yang tidak sehat. Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah

ada hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan penularan TB Paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan penularan TB Paru di wilayah kerja Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang. 2. Tujuan khusus : Sedangkan untuk tujuan khusus dalam penelitian ini meliputi : a. Mendeskripsikan pengetahuan pasien tentang pencegahan penularan penyakit TB Paru di wilayah kerja Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang b. Mendeskripsikan sikap pasien tentang pencegahan penularan penyakit TB Paru di wilayah kerja Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang c. Mendeskripsikan praktik oleh penderita TB paru dalam pencegahan penularan penyakit TB Paru di wilayah kerja Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang d. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan praktik pencegahan penularan penyakit Tb. Paru di wilayah kerja Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang e. Menganalisis hubungan sikap dengan praktik pencegahan penularan penyakit Tb. Paru di wilayah kerja Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pasien dapat memberikan informasi yang bermakna mengenai hal hal yang diperlukan seorang penderita TB paru dalam melakukan pencegahan penularan penyakit TB paru.

2. Bagi keluarga penelitian ini dapat sebagai tambahan pengetahuan dalam merawat anggota keluarga yang menderita sakit TB paru dan melaksanakan pencegahan terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain. 3. Bagi masyarakat dapat sebagai tambahan informasi tentang TB paru terutama dalam upaya pencegahan terhadap terjadinya penularan. 4. Bagi peneliti diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan sehingga berguna bagi pekerjaan dan tugas peneliti sebagai bahan masukan yang digunakan untuk penerapan prilaku keluarga yang baik dalam pencegahan penularan TB paru yang dapat menurunkan penularan TB paru. 5. Bagi institusi pendidikan menambah bahan referensi bagi institusi dan merupakan data awal bagi peneliti selanjutnya. 6. Bagi Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan pada penderita TBC paru dan upaya-upaya dalam pencegahan penularan TBC paru. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti Metodologi Hasil Habibah, 2013 Hubungan Tingkat pengetahuan keluarga Tentang TB paru terhadap Perilaku pencegahan Penularan penyakit TB paru Penelitian ini merupakan Penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Hasil analisis yang diperoleh, ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang TB paru terhadap perilaku pencegahan penularan penyakit TB paru dengan p value = 0,001. Wahyuni, 2008 Determinan Perilaku masyarakat dalam Pencegahan penularan penyakit TBC di wilayah kerja Puskesmas Bendosari Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan paling berpengaruh adalah tingkat pendidikan, kepadatan hunian rumah dan pengetahuan.

Novitasari, 2012 Gambaran Perilaku beresiko penularan Kontak serumah pada pasien TB paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang Surjati, 2014 Perilaku Penderita TB paru dalam upaya pencegahan penularan TB paru pada keluarga Penelitian kualitatif observasional Penelitian non eksperimental dengan pendekatan cross sectional Hasil penelitian menunjukkan perilaku pencegahan TB paru belum baik, karena sebagian subyek penelitian masih membuang ludah disembarang tempat, tidak menutup mulut saat batuk, tidur sekamar dengan anggota keluarga yang lain, jarang membuka jendela, jarang menjemur kasur dan bantal, jarang berolah raga dan peralatan makan dipergunakan anggota keluarga yang lain