HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OESAPA

Transkripsi

1 HUBUGA PEGETAHUA DA SIKAP TERHADAP PERILAKU KELUARGA DALAM PECEGAHA PEULARA PEYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OESAPA a Florida R. Ayurtia,b*, Yasinta Betanb, Maria Y. Goab Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang b Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang * floridaratna@yahoo.com ABSTRAK Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis, biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 insiden kasus TB 12 di seluruh dunia. Berdasarkan data diperoleh di puskesmas Oesapa dari bulan Januari sampai Maret 2016 data kasus tuberkulosis sebanyak 30 orang. Oleh karena itu dilakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Keluarga Dalam Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa. Metode penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif rancangan cross sectional. Total responden sebanyak 30 responden. Pengambilan sampel menggunakan total sampling. Instrument pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada hubungan pengetahuan sikap terhadap keluarga dalam tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas Oesapa. Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, tuberkulosis. 1. PEDAHULUA Tuberkulosis merupakan suatu menular biasanya muncul sebagai paru-paru, karena paruparu merupakan lahan paling empuk bagi tuberkulosis. Tumbuh berkembangnya tuberkulosis bukan lagi hanya paru-paru saja tetapi bisa juga kulit, tulang atau organ-organ penting di dalam pencernaan1. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium tuberculosis, biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus2. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2011 insiden kasus TB 12. Secara global kejadian tuberkulosis turun rata-rata 1,5 per tahun sejak tahun 2000 sekarang 18 lebih rendah dari tingkat tahun Pada tahun 2014, dari,6 juta kasus tuberkulosis 58 berada di Asia Tenggara prevalensi tuberkulosis pada tahun 20 sebesar 42. Laporan Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi penduduk Indonesia didiagnosis tuberkulosis oleh tenaga kesehatan sebesar 0,4. Prevalensi penduduk usa Tenggara Timur (TT) didiagnosis tuberkulosis oleh tenaga kesehatan sebesar 0,3 dari jumlah penduduk jiwa3. Dari puskesmas terdapat di Kota Kupang, jumlah kasus tuberkulosis tertinggi terdapat di puskesmas Oesapa yaitu sebanyak 14 kasus4. Pada tahun 20 ditemukan 141 penderita terdiagnosa tuberkulosis berdasarkan data diperoleh dari bulan Januari sampai Maret 2016 data kasus tuberkulosis sebanyak 30 orang. Tingginya angka kejadian tuberkulosis berhubungan, baik dilakukan oleh penderita 30

2 tuberkulosis maupun keluarga. Perilaku keluarga dalam tuberkulosis adalah kesehatan bertujuan mencegah timbulnya tuberkulosis5. Menurut United States Agency For International Development Health Care Improvement (USAID HCI) pada tahun 200, kedekatan intensitas pajanan merupakan salah satu faktor dapat menyebabkan infeksi. Individu beresiko terpajan basil adalah individu tinggal berdekatan orang terinfeksi aktif, kelompok ini antara lain anggota keluarga pasien2. Pengetahuan keluarga dalam kegiatan tuberkulosis merupakan faktor sangat penting, karena dalam upaya tuberkulosis harus diimbangi pengetahuan baik. amun beberapa hasil penelitian mengenai pengetahuan keluarga tuberkulosis menunjukan hasil tidak konsisten. Penelitian dilakukan Habibah pada tahun 2013 urfadilah pada tahun 2014 menunjukan bahwa ada hubungan pengetahuan 6,7 tuberkulosis. Pengetahuan keluarga kurang, memiliki buruk terhadap tuberkulosis. amun penelitian ini berbeda penelitian dilakukan oleh asirudin pada tahun 2014, bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tuberkulosis8. Oleh karena itu pengetahuan dimasukan sebagai salah satu faktor dalam penelitian ini. Selain itu, sikap keluarga merupakan salah satu faktor berhubungan tuberkulosis namun beberapa hasil penelitian mengenai sikap keluarga tuberkulosis menunjukan hasil tidak konsisten. Penelitian dilakukan Andi Djannah pada tahun 20 Linda pada tahun 2011, menunjukan bahwa ada hubungan antara sikap tuberkulosis,. Sikap keluarga negatif, memiliki buruk terhadap tuberkulosis. amun penelitian ini bertentangan penelitian asirudin pada tahun 2014 ugroho pada tahun 20, bahwa tidak ada hubungan sikap tuberkulosis8,11. Oleh karena itu sikap dimasukan sebagai salah satu faktor dalam penelitian ini. Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi tuberkulosis paru, antara lain melaksanakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Succes Rate), telah dilaksanakan semenjak tahun. Upaya ini merupakan cara paling efektif memberantas tuberkulosis yaitu menghentikan tuberkulosis pada sumbernya. Upaya penanggulangan tuberkulosi strategi DOTS, prioritasnya ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan penggunaan obat rasional guna memutuskan mata rantai serta mencegah meluasnya resistensi kuman tuberkulosis di masyarakat. Puskesmas dalam hal ini merupakan ujung tombak program sebagai unit pelaksana operasional pemberantasan tuberkulosis. Petugas kesehatan seperti dokter diharapkan selalu menambah pengetahuan keterampilan agar dapat lebih sempurna untuk mendeteksi serta mendiagnosa tuberkulosis pada stadium dini12. Dari pernyataan di atas menunjukan bahwa insiden kasus tuberkulosis paru memiliki persentase fluktuaktif dari tahun ke tahun. Data diperoleh dari keterangan koordinator program tuberkulosis Puskesmas Oesapa bahwa 31

3 ditemukan penderita kasus tuberkulosis paru setiap tahun. Penelitian sebelumnya tentang hubungan pengetahuan sikap keluarga terhadap tuberkulosis menunjukan hasil tidak konsisten. Berdasarkan data-data tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Hubungan pengetahuan sikap terhadap keluarga dalam tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas Oesapa. 2. METODE PEELITIA Desain penelitian digunakan adalah kuantitatif rancangan cross sectional. Target populasi pada penelitian ini yaitu keluarga penderita tuberkulosis paru di wilayah kerja puskesmas Oesapa. Sampel dalam penelitian ini adalah salah satu anggota keluarga dari penderita tuberkulosis. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total sampling. Proses pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk mengetahui sikap keluarga dalam tuberkulosis. Setelah data dikumpulkan dilakukan editing, coding, scoring, tabulating. Uji test statistik yaitu uji chi square. rentang tahun sebanyak 3 responden (,0). Karakteristik berdasarkan Pendidikan Terakhir Jumlah responden mengenyam pendidikan SD sebanyak 12 responden (40,0), SMP sebanyak responden (30), SMA Perguruan Tinggi masing-masing 5 responden (16,7) 4 responden (13,3) Tabel 1. Karakteristik Responden Kategori Jenis kelamin Umur Pendidikan Terakhir Pekerjaan Hubungan penderita 3. HASIL DA PEMBAHASA Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan tabel 1. diperoleh responden jenis kelamin perempuan sebanyak 16 responden (53,3) jenis kelamin laki-laki adalah 14 responden (46,7). Kasus Baru/Lama Karakteristik berdasarkan Umur Jumlah responden memiliki rentang umur tahun yaitu sebanyak 17 responden (56,7), rentang umur tahun sebanyak responden (33,3), Prilaku Pengetahuan Sikap Kriteria Perempuan Laki-laki tahun tahun tahun SD SMP SMA Perguruan Tinggi IRT Petani Swasta PS Ibu Anak Saudara Suami Istri Baru Lama ,3 46,7 56,7 33,3,0 40, ,7 4 13, ,3 26,7 36,7 3,3 13,3 30,0 20,0 16,7 20,0 40,0 60, ,7 33,3 50,0 50, ,0 30,0 Karakteristik berdasarkan Pekerjaan Jumlah responden merupakan pekerja swasta 11 responden (36,7), IRT, 32

4 Petani, PS masing-masing adalah responden (33,3), 8 responden (26,7) 1 responden (3,3). Karakteristik berdasarkan Hubungan penderita Karakteristik berdasarkan hubungan penderita masih didominasi oleh hubungan sebagai anak yaitu sebanyak responden (30,0), paling sedikit memiliki hubungan Ibu yaitu sebanyak 4 responden (13,3). Karakteristik berdasarkan Kasus baru/lama menderita tuberkolosis Berdasarkan Tabel 1. jumlah responden penderita tuberkolosis kasus lama sebanyak 18 responden (60,0), responden kasus baru sebanyak 12 responden (40,0). Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan keluarga dalam tuberkulosis Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukan bahwa dari 30 responden sebagian besar responden berpengetahuan yaitu 20 responden (66,7) berpengetahuan baik yaitu responden (33,3). Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden di wilayah kerja Puskesmas Oesapa memiliki pengetahuan kurang, hal ini di sebabkan oleh faktor pendidikan sebagian besar pendidikan dimiliki oleh keluarga sangat rendah yaitu dari 30 responden, 12 responden memiliki tingkat pendidikan SD. Penulis berasumsi, hal ini disebabkan karena sebagian besar keluarga memiliki pengalaman cukup lama merawat pasien serta memiliki informasi cukup tentang tuberkulosis. Hal ini didukung oleh teori Green mengatakan bahwa pengetahuan seseorang tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi diperoleh dari pendidikan non formal13. Informasi memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah tetapi jika mendapatkan informasi baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme bersangkutan. Oleh karena itu dalam hal pengobatan tuberkulosis dilakukan, keluarga sangat berperan supaya tidak terjadi dalam anggota keluarga lainnya. Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan terhadap keluarga dalam tuberkulosis. Keluarga melakukan upaya cara menerapkan pola hidup sehat (makan makanan bergizi, istirahat cukup, olah raga teratur, hindari rokok, alkohol, obat bius hindari stres), bila batuk mulut ditutup, jangan meludah di sembarang tempat. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya dilakukan oleh ugroho tahun 20 tentang hubungan tingkat pengetahuan sikap tuberkulosis paru pada keluarga di wilayah kerja puskesmas kota wilayah utara Kediri, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tuberkulosis. amun hasil penelitian dilakukan oleh Habibah pada tahun 2013 menunjukan ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang tuberkulosis terhadap tuberkulosis6. Hal ini disebabkan karena aya faktor internal eksternal terjadi pada responden yaitu tingkat kecerdasan, jenis kelamin, lingkungan, sosial budaya ekonomi. Menurut peneliti dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada kesesuaian antara teori fakta, dimana pengetahuan tidak berpengaruh terhadap keluarga dalam tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Oesapa. Hal ini disebabkan karena faktor pendidikan responden, dimana hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden pendidikan SD. Pengetahuan keluarga kurang dalam tuberkulosis, bila tidak ditunjang faktor-faktor lain seperti sarana prasarana kurang 33

5 mendukung terjadinya, tokoh masyarakat dianggap sebagai landasan dalam ber belum mewujudkan baik pengalaman orang lain dianggap paling penting sebagai acuan, maka tuberkulosis sangat minim. Karakteristik responden berdasarkan sikap keluarga dalam tuberkulosis Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukan bahwa dari 30 responden, responden mempunyai sikap kurang yaitu responden (50,0) sikap baik yaitu responden (50,0). Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan p value = 0,427 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara sikap keluarga terhadap keluarga dalam tuberkulosis. Hasil penelitian ini tidak sejalan penelitian dilakukan oleh Linda pada tahun 2011 menunjukan ada hubungan antara sikap keluarga tentang menular tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Wringianom Gresik. Dalam primer keluarga dapat mempengaruhi pemilihan gaya hidup dapat mencegah. Hal ini di karenakan terbatasnya pemberian informasi didapatkan oleh keluarga jarang sekali ada penyuluhan kesehatan di desa wringinanom. Keluarga hanya mendapatkan informasi dari petugas kesehatan ada di puskesmas saat keluarga pasien berobat di puskesmas. Dari hasil penelitian di wilayah kerja puskesmas Oesapa, didapatkan keluarga memiliki sikap baik. Hal ini di karenakan oleh lamanya responden merawat pasien penderita tuberkulosis. Selain itu peran aktif keluarga dalam tuberkulosis seperti menganjurkan penderita tuberkulosis untuk menutup mulut pada waktu batuk atau bersin, membuang dahak pada wadah tertutup, melakukan pemeriksaan secara rutin di puskesmas atau rumah sakit serta menggunakan peralatan makan atau minum berbeda penderita tuberkulosis. Seperti kita ketahui bahwa semakin tinggi pengetahuan dimiliki seseorang maka akan mendukung sikap seseorang menjadi lebih baik, Sehingga didapatkan keluarga cukup dapat disimpulkan bahwa sikap keluarga juga berpengaruh terhadap tuberkulosis13. Secara teori, sikap sebagai suatu pola, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Secara sederhana, sikap adalah respon terhadap situasi sosial telah terkendali. Menurut peneliti berdasarkan hasil diperoleh menunjukan tidak ada kesesuaian antara teori fakta dimana sikap keluarga tidak berhubungan terhadap keluarga dalam tuberkulosis. Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden memiliki sikap baik dalam tuberkulosis. Peneliti berasumsi hal ini disebabkan karena faktor umur responden, dimana hasil penelitian didapatkan paling banyak responden umur tahun, dimana pada usia tersebut seseorang telah mencapai kematangan dalam berpikir bertindak. Upaya dilakukan keluarga agar terhindar dari tuberkulosis diantaranya adalah membiasakan pola hidup bersih sehat. Selain itu upaya dilakukan adalah jika batuk harus tutup mulut tidak meludah di sembarangan tempat, mengisolasikan secara langsung peralatan makan minum penderita, mengurangi hubungan atau komunikasi penderita membuka pintu jendela setiap pagi. Karakteristik responden berdasarkan keluarga dalam tuberkulosis Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukan bahwa dari 30 responden sebagian besar ber kurang yaitu 21 responden (70,0) ber baik yaitu responden (30,0). Hubungan pengetahuan terhadap keluarga dalam tuberculosis 34

6 Tabel 2. Hubungan pengetahuan terhadap keluarga dalam tuberkulosis Perilaku Pengetahuan Total 12 60,0 8 40,0 20 0,0 1,0 Jumlah 21 70,0 30,0 30 Tabel 2. menunjukan bahwa responden pengetahuan kurang berjumlah 20 responden (). Dari 20 responden () terdapat 12 responden (60,0) memiliki kurang, responden (0,0) memiliki baik. segkan dari responden () memiliki pengetahuan baik. Dari responden () terdapat responden (0,0) memiliki kurang, 1 responden (,0) memiliki baik. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan p value = 0,204, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan terhadap keluarga dalam tuberkulosis. Hubungan sikap terhadap keluarga dalam tuberculosis Tabel 3. Hubungan sikap terhadap keluarga dalam tuberkulosis Sikap Jumlah Perilaku 60, , ,0 6 40,0 3 20,0 30,0 Total n 30 Tabel 3. menunjukan bahwa responden sikap kurang berjumlah responden () terdapat responden (60,0) memiliki kurang, 12 responden (80,0) memiliki baik. Segkan responden sikap baik berjumlah responden () terdapat 12 responden (80,0) memiliki kurang,3 responden (20,0) memiliki baik. Berdasarkan uji statistik menunjukan p value = 0,427, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan sikap terhadap keluarga dalam tuberkulosis. KESIMPULA Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan keluarga dalam tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Oesapa. Tidak ada hubungan sikap keluarga dalam tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Oesapa. Tidak ada hubungan pengetahuan terhadap keluarga dalam tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Oesapa. Tidak ada hubungan sikap terhadap keluarga dalam tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Oesapa. DAFTAR PUSTAKA [1] Saydam, G Memahami Berbagai Penyakit: Penyakit Pernapasan Pangguan Pencernaan Pangungan Pencernaan. Bandung: IKAPI. [2] Corwin, E.J Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. [3] Balitbang Kemenkes RI Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. [4] Dinkes Kota Kupang Profil Kesehatan Kota Kupang. Kupang: Dinkes Kota Kupang. [5] Widari,.P. 20. Perbandingan pengaruh penyuluhan kesehatan konseling terhadap perubahan pada penderitatbc. Thesis, Surakarta: Universitas Sebeleas Maret. [6] Habibah Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang tb paru terhadap tb paru. ream/handle/ /4238/jur AL20HABIBAH.pdf?sequence=1. Diakses April

7 [7] [8] [] [] [11] [12] [13] urfadilah Hubungan pengetahuan tindakan pada keluarga penderita tuberkulosis paru di ruang rawat inap paru rsud arifin achmad provinsi. JOM FK, Vol 1. o. 2. asirudin, M.R Hubungan tingkat pengetahuan sikap tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas gemplak Kabupaten Boyolali. Skripsi, Surakarta : Universitas Muhamadiyah Surakarta. Djannah, S.., Suryani, D. & Purwati, D.A Hubungan tingkat pengetahuan sikap tuberculosis pada mahasiswa di asrama manokwari sleman Yogyakarta. Jurnal KES MAS UAD, Vol. 3. o. 3 September 200. Linda, P.F Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Keluarga Tentang Pencegahan Penyakit Menular Tuberkulosis. Jurnal Keperawatan, Vol. 1 (1), Januari 2011 Desember ugroho, F.A. 20. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru Pada Keluarga Jurnal STIKES RS. Baptis Volume 3 (1), Juli 20. Media, Y Pengetahuan, Sikap Perilaku Masyarakat Berakitan Penyakit Tuberkolosis (TB) Paru Di Puskesmas Koto Katik Kota Pag Panjang Sumatera Barat. Jurnal Pembangunan Manusia Vol.5 o3. otoatmodjo, S Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta 36