BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat. 1 Adapun salah satu program pokok pembangunan kesehatan adalah program pemberantasan penyakit menular dan imunisasi yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian dari penyakit menular dan mencegah penularan serta mengurangi dampak sosial dari akibat penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan. 2 Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia dan endemik di 92 negara dengan 41% penduduk dunia berada dalam keadaan risiko. Malaria tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti India, Amerika Selatan (kecuali Cili), Afghanistan, Sri Lanka, Thailand, Indonesia, Kamboja, Cina, Filipina, Amerika Tengah, Meksiko, dan Afrika. Epidemi malaria terakhir di Cili terjadi pada Maret 1945 dan tidak ditemukan adanya laporan kasus sejak saat itu. Berdasarkan data WHO (2004), di dunia setiap tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus baru dengan kematian lebih kurang 2 juta orang per tahun, separuhnya terdapat pada anak-anak di bawah 5 tahun. Berdasarkan
WHO (2008), di dunia terdapat 243 juta kasus malaria dengan 863.000 kematian dan 85 % kematian terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun. 3,4,5 Transmisi malaria yang tinggi dijumpai di daerah pinggiran hutan di Amerika selatan (Brasil), Asia Tenggara (Thailand dan Indonesia) dan di seluruh Sub-Sahara Afrika. Menurut WHO (2008), malaria menyebabkan 2.414 kematian setiap hari di dunia, dengan lebih dari 90% kematian terjadi di Sub-Sahara Afrika. Malaria adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Asia Tenggara. Annual Parasite Incidence (API) malaria tertinggi dilaporkan dari Timor Leste (42,5 ) diikuti oleh Myanmar (10,2 ) dan Indonesia (3,8 ) sedangkan API terendah dilaporkan dari Sri Lanka (0,1 ) diikuti oleh Nepal (0,17 ) dan Bhutan (0,67 ). 6,7 Di Indonesia penyakit malaria tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut. Malaria merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia, oleh karena penyakit ini endemik di sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di luar Jawa dan Bali. Menurut WHO (2008), API Indonesia selama tahun 2008 sebesar 3,82 atau mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2007 sebesar 3,10. Target Indonesia untuk API tahun 2010 adalah 2,01 per 1.000 penduduk. Daerah dengan kasus malaria tinggi dilaporkan dari kawasan Timur Indonesia antara lain Propinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Sulawesi Tenggara. Di kawasan lain angka malaria dilaporkan masih cukup tinggi antara lain di Propinsi Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Riau. 7,8,9
Menurut Laihad dan Arbani dalam Harijanto (2009), malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Jumlah kabupaten/kota endemik tahun 2004 sebanyak 424 dari 579 kabupaten/kota, dengan perkiraan persentase penduduk yang berisiko penularan sebesar 42,42%. 10 Angka kasus malaria di Jawa-Bali atau yang dikenal dengan API selama tahun 2008 sebesar 0,16. Di luar Jawa-Bali, angka klinis malaria per 1.000 penduduk yang dikenal dengan Annual Malaria Incidence (AMI) selama tahun 2008 sebesar 18,82. Proporsionate Mortality Ratio (PMR) karena malaria berdasarkan survei kesehatan rumah tangga pada tahun 2001 sebesar 2%. Dalam periode ini, KLB malaria terjadi di 23 propinsi, 51 kabupaten/kota, meliputi 108 desa dengan jumlah penderita 11.597 dan kematian 298 jiwa. 10 Di Propinsi luar Jawa dan Bali pada tahun 2008, AMI tertinggi adalah di Papua Barat yaitu sebesar 167,47 per 1.000 penduduk, diikuti oleh NTT (104,10 ), Papua (84,74 ), dan Maluku Utara (51,42 ). Sedangkan untuk wilayah Jawa dan Bali, API tertinggi adalah Propinsi Jawa Timur sebesar 0,71 per 1.000 penduduk, diikuti Jawa Barat 0,58 per 1.000 penduduk. 1 Berdasarkan data Depkes tahun 2007 dalam Harijanto (2009) di Sumatera utara malaria endemis di Kabupaten Nias, Mandailing Natal, Simalungun, Nias Selatan, Padang Lawas, dan Labuhan Batu. 7 Tahun 2006 jumlah kasus malaria klinis di Propinsi Riau sebanyak 28.105 kasus. AMI Propinsi Riau berada pada kisaran
antara 0,28 16,29 per 1.000 penduduk. AMI terendah di Kota Pekanbaru yaitu 0,28 per 1.000 penduduk dan AMI tertinggi di Kab. Pelalawan yaitu 16,29 per 1.000 penduduk. 11 Di Rumah Sakit Moehammad Hoesin Palembang, malaria ditemukan 35 kasus pada tahun 1999, dan 57 kasus pada tahun 2000 dengan Case Fatality Rate (CFR) masing-masing 5,7% dan 5,2%. 3 Berdasarkan data klinis malaria, Kota Dumai termasuk daerah dengan tingkat endemisitas malaria rendah yang diukur dengan indikator AMI yaitu angka kesakitan malaria klinis dalam 1 tahun < 10 kasus per 1.000 penduduk. Namun tingkat mobilisasi penduduk Kota Dumai dari dan ke daerah dengan tingkat endemisitas malaria tinggi seperti Batam, Kepulauan Riau, Tanjung Balai Karimun, Bengkalis serta adanya pembukaan lahan daerah transmigrasi, Kota Dumai mempunyai resiko berjangkitnya penyakit malaria yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa. 12 Sejak tahun 2005 sampai tahun 2009 kasus dan AMI di Kota Dumai adalah sebagai berikut : 909 kasus tahun 2005 (4,21 ), 1.292 kasus tahun 2006 (5,99 ), 1.263 kasus tahun 2007 (5,66 ), 1.158 kasus tahun 2008 (5,03 ), dan 850 kasus tahun 2009 (3,31 ). 12 Berdasarkan data-data di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita malaria di Kota Dumai tahun 2005-2009.
1.2. Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita malaria di Kota Dumai tahun 2005-2009. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria di Kota Dumai tahun 2005-2009 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui trend penderita malaria di Kota Dumai berdasarkan data tahun 2005-2009. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan sosiodemografi antara lain : umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku bangsa. c. Untuk mengetahui Annual Malaria Incidence (AMI) penderita malaria berdasarkan wilayah kerja Puskesmas dan Kecamatan. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan jenis diagnosa malaria (positif dan klinis) di Kota Dumai tahun 2005-2009 e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan penyebab (agent) malaria (P. falciparum, P. vivax dan P. mixed) di Kota Dumai tahun 2005-2009 f. Untuk mengetahui proporsi jenis diagnosa berdasarkan Kecamatan di Kota Dumai tahun 2005-2009
g. Untuk mengetahui proporsi penyebab (agent) malaria berdasarkan jenis kelamin penderita malaria di Kota Dumai tahun 2005-2009. h. Untuk mengetahui proporsi penyebab (agent) malaria berdasarkan umur penderita malaria di Kota Dumai tahun 2005-2009. i. Untuk mengetahui penyebab (agent) malaria berdasarkan Kecamatan di Kota Dumai tahun 2005-2009. 1.4. Manfaat Penelitian a. Sebagai informasi dan masukan bagi pengelola program penanggulangan penyakit malaria di Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kota Dumai. b. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut serta menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam penanggulangan penyakit malaria.