BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, bagi masyarakat, swasta maupun pemerintah untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga merupakan Tujuan Pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang dicetuskan WHO (World Health Organization) pada tahun 2000. Indonesia termasuk salah satu dari 189 negara yang menyepakati 8 (delapan) tujuan Millenium Development Goals (MDGs), yang pencapaianya dicanangkan paling lambat pada tahun 2015. Indonesia menargetkan pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) diturunkan menjadi 170 bayi per 10.000 kelahiran. 1,2 Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1997, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah 46 bayi per 1.000 kelahiran kemudian mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 35 bayi per 1.000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia pertahun atau 430 bayi meninggal per hari. Hal ini menunjukka n bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sekarang ini merupakan kematian bayi tertinggi di negara ASEAN. 2 Penanganan kesehatan reproduksi juga dilakukan pengelolaan dan meningkatkan potensi reproduksi manusia, sehingga mengangkat kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Dalam ruang lingkup kesehatan, reproduksi dapat mengalami gangguan, yang mengakibatkan kegagalan fungsi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan bayi sehat. Salah satu dari penyebab yang mempengaruhi
adalah infeksi TORCH (Toxoplas, Orther s, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex virus). 3 Infeksi ini jika terjadi pada awal kehamilan dapat menyebabkan abortus, lahir mati, premature, atau kelainan kongenital berupa hydrocephalus, mikrophtalmia, mikrosephalus, dan endophtalmia. Jika infeksi terjadi pada akhir kehamilan dapat menyebabkan retardasi mental, retinokoroiditis, dan lesi pada organ tubuh.di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital seperti hydrocephalus, kejang, korioretinitis, hepatospenomegali dan lain lain. 3,4 Kelainan kongenital merupakan penyebab penting terjadinya abotus/keguguran, lahir mati atau kematian segera setelah lahir (perinatal). Kadang - kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi. Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula beberapa kelainan kongenital yang terjadi secara bersamaan yang disebut kelainan kongenital multiple. 2 Hydrocephalus dapat terjadi pada setiap golongan umur, karena berbagai hal yang menyebabkannya. Sekarang dokter mulai mengidentifikasi dan menemukan hal yang berbeda dari hydrocephalus yang muncul pada golongan dewasa. Tekanan normal pada intrakranial ditemukan pada orang dewasa yang menderita hydrocephalus. Berbeda dari hydrocephalus yang di diagnosis pada masa bayi dan kanak-kanak. 5 Data di Amerika Serikat pada tahun 2006 menyatakan 15%-30% wanita mempunyai antibodi terhadap toxoplasma. Menurut Sunaryo (2006), infeksi TORCH di Indonesia pada kehamilan menunjukkan prevalensi cukup tinggi, berkisar antara
5,5% sampai 84%. Beberapa penelitian di Indonesia memperoleh, dari ibu yang menderita Toxoplasmosis, sebanyak 56% bayi dapat menderita Toxoplasmosis kongenital bila ibu tersebut tidak diberi pengobatan selama kehamilan. Infeksi TORCH oleh Cornain dan kawan kawan (1994) pada 67% wanita kasus infertilitas didapatka sebanyak 10,3 Toxoplasma, 13,8% positif Rubella, 13,8% positif infeksi CMV. Prevalensi toxoplasmosis di Jakarta sebesar 61,6%, Bandung 74,5%, Surabaya 55,5%, Yogyakarta 55,4%, Denpasar 23,0%, dan Semarang 44,0%. 3 Insiden kelainan bawaan di Indonesia tahun 2009 berkisar 15 per 1.000 kelahiran. Angka kejadian ini akan menjadi 4 5% bila bayi diikuti terus sampai berusia 1 tahun. Menurut Maryuni tahun 2009, angka kejadian kelainan kongenital dibeberapa rumah sakit di Indonesia yaitu RSCM Jakarta tahun 1975 1979 sebanyak 11,61 per 1.000 kelahiran hidup dan RS Pirngadi Medan tahun 1977 1980 sebanyak 3,3 per 1.000 kelahiran hidup. 2 Hydrocepkalus Komunikans merupakan salah satu dari klasifikasi hydrocephalus berdasarkan sirkulasi cairan cerebrospinal. Hydrocephalus Komunikans dapat disebabkan oleh meningitis bakterialis, toksoplasmosis, infeksi virus sitomegalo, dan perdarahan subaraknoid. Hydrocephalus ini terjadi ketika aliran CSF diblokir setelah keluar dari ventrikel. 6,7 Secara keseluruhan insiden dari Hydrocephalus Infantil di dunia tahun 2002 adalah sekitar 1-2 per 1.000 kelahiran. Insiden hydrocephalus yang diperoleh pada orang dewasa tidak diketahui karena terjadi sebagai akibat dari cedera, penyakit, atau faktor lingkungan. Hydrocephalus pada orang dewasa dapat terjadi pada 1 per 1.000 orang. 8,9
Di Inggris pada tahun 2005 hydrocephalus terjadi 6,46 per 10.000 kelahiran, 1 kematian janin akibat hydrocephalus dan 5 kasus aborsi diinduksi terjadi setelah diagnosis pralahir hydrocephalus. 10 Insidens Hydrocephalus Kongenital di Amerika Serikat pada tahun 2008 adalah 3 per 1.000 kelahiran hidup, kasus spina bifida disertakan bawaan hydrocephalus terjadi pada 2-5 kelahiran per 1.000 kelahiran. Sedangkan insidens Hydrocephalus Akuisita tidak diketahui persis karena berbagai gangguan yang menyebabkan itu. 8,11 Prevalensi hydrocephalus pada tahun 2008 di dunia cukup tinggi, di Belanda dilaporkan terjadi kasus sekitar 6,5 per 10.000 kelahiran pertahun dan di Amerika Serikat 2 per 1.000 kelahiran pertahun. 12 Pada tahun 1996 kasus hydrocephalus di Indonesia mencapai 20 kasus per 10.000 kelahiran. Sementara itu Thanman (2006), melaporkan bahwa insidens hydrocephalus antara 2 40 setiap 10.000 kelahiran. 2 Dari hasil survei pendahuluan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005-2009 diperoleh jumlah penderita hydrocephalus sebanyak 141 orang, dengan rincian tahun 2005 sebanyak 33 orang, 2006 sebanyak 36 orang, 2007 sebanyak 39 orang, tahun 2008 sebanyak 21 orang dan tahun 2009 sebanyak 12 orang. Bardasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita hydrocephalus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2005 2009.
1.2. Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita hydrocephalus yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2005 2009. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita hydrocephalus yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2005 2009. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kecenderungan kunjungan penderita hydrocephalus ke RSUP H.Adam Malik berdasarkan data pada tahun 2005 2009. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus menurut sosiodemografi: umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan keluhan utama. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan klasifikasi hydrocephalus. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan lama keluhan rata rata. f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan penatalaksanaan medis yang didapatkan penderita. h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan sumber biaya. i. Untuk mengetahui lama rawatan rata rata penderita hydrocephalus. j. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hydrocephalus berdasarkan keadaan sewaktu pulang. k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan klasifikasi hydrocephalus. l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi keluhan utama berdasarkan klasifikasi hydrocephalus. m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan sumber biaya. n. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata rata berdasarkan sumber biaya. o. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang. p. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Sebagai bahan masukan dan memberikan informasi bagi RSUP H.Adam Malik Medan terutama pembuatan keputusan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam perawatan dan pengobatan bagi penderita hydrocephalus. 1.4.2. Menambah wawasan penulis serta menerapkan ilmu yang telah diperoleh penulis selama masa perkuliahan di FKM USU.