BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PERINGATAN HARI BELA NEGARA TAHUN 2017

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Oleh : Uci Sanusi, SH., MH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU INSPEKTUR UPACARA PADA ACARA PERINGATAN HARI BELA NEGARA TAHUN 2015 JAKARTA, 19 DESEMBER 2015

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BENGKALIS ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

bentuk usaha pembelaan negara meliputi:

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU INSPEKTUR UPACARA PADA ACARA PERINGATAN HARI BELA NEGARA TAHUN 2015

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

AMANAT TERTULIS PRESIDEN RI PADA PERINGATAN HARI BELA NEGARA Sabtu, 19 Desember 2015

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

4.4 Uraian Materi Nilai-Nilai Pancasila dalam Hidup Bermasyarakat. Ideologi merupakan seperangkat sistem yang menjadi dasar pemikiran setiap

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

BUPATI BURU. Assalamu alaikum wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua, Saudara-saudara keluarga besar Tentara Nasional Indonesia yang berbahagia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN SENJATA API OLEH ANGGOTA TNI di DENPOM IV/ 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MI STRATEGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. sadar ini menunjukkan sifat pendidikan itu yang memanusiakan manusia.

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis

2) Sanggupkah Pancasila menjawab berbagai tantangan di era globalisasi tersebut?

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENTAS SENI DAN BUDAYA, FESTIVAL DAN LOMBA CIPTA LAGU CAMPUR SARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

ASTAGATRA. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PERANAN KARANG TARUNA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP MENTAL GENERASI MUDA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

Program Bela Negara Sebagai Perwujudan Hak Dan Kewajiban Warga Negara. Dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Oleh: Zaqiu Rahman *

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN PENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6

Potensi Pertahanan di Indonesia sebagai Daya Dukung Pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PELANTIKAN IKATAN PEMUDA PEMUDI ISLAM (IPPI) MANDAU, SEMINAR NARKOBA DAN PERGAULAN BEBAS

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lunturnya rasa solidaritas. Hampir setiap hari orang disibukkan dengan kegiatan

BAB I PENGANTAR. Generasi muda merupakan generasi penerus cita-cita perjuangan yang

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perubahan yang terjadi di Indonesia selama setengah abad ini sesungguhnya telah membawa masyarakat ke arah yang penuh dengan fragmentasi dan kohesi sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam pergaulan antarbangsa yang luas dan era teknologi informasi serta komunikasi yang tidak mengenal batas. Di satu sisi globalisasi membuat kita lebih terbuka akan masuknya teknologi baru, menjadikan bangsa yang berwawasan luas, dan membuat batas antara kita dengan manusia di berbagai belahan dunia semakin dekat. Di sisi lain, globalisasi membawa pengaruh negatif bagi pranata kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Perkembangan teknologi di era globalisasi membawa Indonesia pada tantangan yang baru. Dahulu, peperangan dilakukan secara konvensional dengan menggunakan senjata militer dan pasukan perang. Era selanjutnya bergeser pada kepemilikan senjata nuklir sebagai alat untuk menangkal ancaman dari negara lain. Di era sekarang ini peperangan telah bergeser pada era peperangan modern melalui kultur, diplomasi, teknologi, komunikasi, dan ideologi yang dapat dijadikan sebagai senjata untuk menyerang dan menjajah negara lain. Penjajahan pun bergeser bukan lagi pada kepemilikan wilayah secara de jure namun pada kepemilikan sumber daya strategis dan sumber kekuatan ekonomi. Pada konteks Indonesia, ancaman, tantangan, 1

2 hambatan, dan gangguan pun ikut mengalami pergeseran. Ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia bukan lagi dalam bentuk agresi militer akan tetapi berupa penjajahan ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya. Di sinilah globalisasi memegang peranan sebagai pembawa arus ancaman tersebut dari luar menuju ke Indonesia. Arus globalisasi yang kian deras masuk ke Indonesia membawa implikasi negatif pada moralitas bangsa Indonesia. Hari ini kita saksikan beragam persoalan moralitas menjangkiti bangsa Indonesia, mulai dari tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, pelecehan seksual anak di bawah umur, pemerkosaan, kecurangan Ujian Nasional, hingga masalah yang sistemik seperti korupsi dan berbagai macam kejahatan kerah putih lainnya. Globalisasi telah menghadirkan perbedaan-perbedaan yang meruntuhkan totalitas, kesatuan nilai dari kepercayaan. Budaya global ditandai oleh integrasi budaya lokal ke dalam suatu tatanan global. Nilai-nilai kebudayaan luar yang beragam menjadi basis dalam pembentukan sub-sub kebudayaan yang berdiri sendiri dengan kebebasan-kebebasan ekspresi (Abdullah, 2010:44). Persoalan moralitas merupakan fenomena yang harus diberikan perhatian lebih besar, terutama pada kalangan pemuda. Rusaknya moralitas seseorang akan berakibat pada rusaknya moralitas masyarakat dan ujungnya akan bermuara pada keruntuhan moralitas bangsa. Pemuda sebagai pemegang estafet kepemimpinan bangsa ini merupakan aset yang berharga. Masa depan Indonesia ini berada di tangan pemuda. Pemuda memainkan peranan yang penting dalam kehidupan berbangsa dan

3 bernegara. Idealnya pemuda menjadi solusi bagi setiap permasalahan bangsa, namun sayangnya hari ini justru pemuda terlibat di dalam pusaran masalah bangsa ini. Peningkatan angka kriminalitas, angka pecandu narkoba, angka putus sekolah, angka pengangguran menunjukkan adanya krisis jatidiri di kalangan pemuda. Pemuda kehilangan tempat untuk menyalurkan bakat dan minatnya. Pemuda kehilangan sarana dan wahana untuk beraktualisasi sehingga mereka terjebak dalam pergaulan yang negatif. Di sisi lain, banyak pemuda yang abai terhadap kondisi bangsanya. Mereka tidak lagi peduli atas permasalahan yang terjadi di negara ini. Mereka tidak lagi memiliki kepekaan sosial politik terhadap lingkungan sekitarnya. Partisipasi pemuda dalam membangun bangsa dan negara masih rendah dikarenakan pemahaman yang juga masih rendah terhadap kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara. Apabila hal ini berlangsung secara terus menerus akan memperlemah ketahanan wilayah. Dalam lingkup yang lebih luas, hal ini juga akan berpengaruh pada ketahanan nasional Indonesia. Pertahanan dan keamanan Indonesia tidak hanya tersusun atas kekuatan militer namun juga kekuatan sipil. Peran antara kekuatan sipil dengan kekuatan militer harus seiring sejalan dan saling melengkapi, keduanya harus saling mengisi. Di dalam Undang-Undang No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 2 bahwa Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan

4 kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Tentara Nasional Indonesia merupakan komponen utama dalam sistem pertahanan negara, sedangkan warga negara berperan sebagai komponen cadangan dan komponen pendukung. Pertahanan negara dan keamanan dalam negeri merupakan satu kesatuan. Domain keamanan dalam negeri merupakan tanggung jawab kepolisian seperti dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian disebutkan bahwa Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, oleh karena itu pertahanan dan keamanan negara merupakan satu kesatuan antara unsur TNI, Polri, dan warga negara. Negara yang tangguh adalah negara yang memiliki militer yang kuat dan masyarakat sipil yang kuat, namun di Indonesia belum tercipta kesadaran dari masyarakat bahwa ikut serta dalam usaha pembelaan negara adalah merupakan kewajiban mereka. Di tengah kepungan arus globalisasi, modernisasi, dan perkembangan politik global yang begitu cepat, peran serta masyarakat sipil dalam melakukan usaha pembelaan negara dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional adalah penting. Masuknya arus globalisasi secara bebas membutuhkan adanya filter yang kuat dan tangguh. Pancasila sebagai ideologi bangsa memainkan peran sebagai filter dan benteng bagi arus negatif globalisasi yang masuk ke Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara harus dipahami oleh semua elemen bangsa agar tercipta kesadaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

5 Tantangan yang tidak kalah signifikan adalah permasalahan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Dalam konteks pertahanan, aspek ini berdimensi pertahanan nirmiliter yang memerlukan penanganan dengan pendekatan multisektoral dan integratif (Departemen Pertahanan, 2008). Di tengah maraknya persoalan kebangsaan yang pelik dan kompleks, pemahaman masyarakat akan ideologi bangsa, kepekaan masyarakat akan kondisi politik, sosial, budaya, dan kemandirian dalam bidang ekonomi merupakan suatu hal yang mutlak harus dimiliki. Masyarakat, terutama pemuda harus berperan aktif dalam usaha pembelaan terhadap negara. Pemahaman pemuda yang masih rendah akan pentingnya bela negara merupakan sebuah permasalahan yang harus diatasi. Jangan sampai pemuda terbawa arus negatif globalisasi. Pemuda harus aktif ikut ambil bagian dalam usaha pembelaan negara. Penanaman kesadaran akan pentingnya bela negara ini harus dilakukan sejak seorang manusia disebut pemuda yaitu pada usia 16 tahun. Penanaman kesadaran bela negara sejak usia muda akan membentuk karakter pemuda yang tangguh, disiplin, memiliki jatidiri dan bangga akan identitasnya sebagai bangsa Indonesia. Organisasi kepemudaan memiliki peran penting dalam mewujudkan penanaman kesadaran bela negara di kalangan pemuda. Jiwa muda para pemuda yang memiliki semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi harus diarahkan pada hal-hal yang positif, salah satunya adalah dengan mengaktualisasikan diri dan potensinya di organisasi kepemudaan.

6 Salah satu organisasi kepemudaan yang ada dan hadir di tengah-tengah pemuda Indonesia adalah organisasi Purna Paskibraka Indonesia (PPI). PPI sebagai perkumpulan pasukan pengibar bendera pusaka merupakan wadah bagi para pemuda untuk mengaktualisasikan dirinya. Di organisasi ini mereka ditempa, digembleng, dibina baik secara fisik maupun mental untuk menjadi pemuda yang tangguh, disiplin, dan berkarakter. Sebagai organisasi para pasukan pengibar bendera, PPI menanamkan nilai-nilai nasionalisme, cinta tanah air, dan nilai-nilai bela negara. Keberadaan PPI sebagai organisasi yang menjunjung tinggi kedisiplinan dan doktrin nasionalisme akan membuat para pemuda memiliki semangat bela negara yang tinggi terhadap bangsanya. Semangat bela negara yang tinggi di kalangan pemuda akan membentuk sebuah kekuatan di dalam masyarakat. Kekuatan ini akan mampu menjadi penggerak sekaligus benteng bagi ketahanan nasional. Dengan hadirnya para pemuda yang tangguh, disiplin, berkarakter, serta memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi maka akan muncul pemuda-pemuda berprestasi. Pemuda yang berprestasi inilah yang nantinya berperan sebagai komponen pendukung dalam pertahanan dan keamanan negara, dalam wujudnya yang beraneka ragam. Dengan memiliki pemuda yang semangat bela negaranya tinggi, maka suatu wilayah akan memiliki ketahanan yang kuat terhadap berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang ada. Pemuda harus mampu menjadi unsur utama dalam upaya bela negara di kalangan masyarakat sipil.

7 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, fokus permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1.2.1 Bagaimana partisipasi dan pemahaman pemuda Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kabupaten Klaten dalam kegiatan bela negara? 1.2.2 Apa implikasinya terhadap ketahanan wilayah Kabupaten Klaten? 1.3 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran terhadap referensi penelitian, ditemukan ada beberapa karya tulis yang terkait dengan Partisipasi Pemuda Purna Paskibraka Indonesia Dalam Kegiatan Bela Negara dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah. Sejauh ini penelusuran peneliti terhadap referensi keaslian penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penelitian tentang Pemahaman Nilai Bela Negara dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Ketahanan Wilayah (Studi Tentang Masyarakat Kota Solo Jawa Tengah) oleh Muhammad Nur Ali pada tahun 2009. Inti dari hasil penelitian tesis tersebut adalah bahwa tingkat pemahaman masyarakat Solo tentang nilai bela negara masih relatif kecil, sebagian saja dari masyarakat ada yang mengetahui bela negara, namun sebagian besar masyarakat pada tataran tertentu masih belum paham mengenai bela negara, baik dari maknanya maupun implementasinya. Masyarakat Solo dalam menyikapi pengaruh budaya asing menyatakan menerima

8 hal-hal yang bermanfaat dengan alasan untuk kepentingan kemajuan bagi masyarakat Solo. Kesadaran dan kewaspadaan masyarakat Solo terhadap ancaman dipahami secara terbatas. Letak perbedaan dengan yang peneliti lakukan adalah pada lokasi penelitian. Penelitian ini mengambil sampel pada masyarakat kota Solo, Jawa Tengah, sedangkan peneliti akan mengambil sampel pada pemuda anggota Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten. 2. Penelitian mengenai Model Strategi Pembinaan Kesadaran Bela Negara Bagi Mahasiswa Dalam Rangka Pertahanan Negara (Studi Di Institut Manajemen Telkom Bandung) oleh Asep Suryana Natawiria pada tahun 2009. Inti dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa ada tiga permasalahan pokok dalam pelaksanaan bela negara, yaitu : (1) Tidak dimil ikinya budaya unggul oleh sebagian masyarakat Indonesia, (2) Melemahnya kesadaran ideol ogis terhadap Pancasila dan (3) Tergesernya nilai kejuangan oleh nilai-nilai global. Kaitannya dengan pembangunan kapabilitas pertahanan, perlu komitmen semua pihak, agar sense of defence yang turunannya adalah state defence awareness (kesadaran pertahanan negara) dapat melekat pada setiap warga negara dari mulai grass root sampai elit. Letak perbedaan dengan yang peneliti lakukan adalah pada prosesnya. Penelitian ini mengambil memfokuskan pada strategi pembinaan, sedangkan yang peneliti lakukan adalah pada peran dan partisipasi pemuda anggota Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten dalam rangka bela negara. 3. Penelitian tentang Partisipasi Masyarakat Terhadap Bela Negara Dalam Rangka Ketahanan Nasional (Studi Kasus di Kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok Jawa

9 Barat) oleh Edy Permana Wahyu Siswanto pada tahun 2014. Inti dari hasil penelitian tesis tersebut didapatkan bahwa pemahaman masyarakat Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok tentang nilai-nilai bela negara dapat dikatakan tinggi. Hal ini tercermin dari kecintaan masyarakat terhadap tanah airnya, yang dapat mengenali dan memahami dengan baik wilayah Indonesia, bangga menjadi warga negara Indonesia, memiliki keyakinan yang kuat terhadap Pancasila sebagai ideologi negara, menjunjung tinggi hasil cipta, rasa dan karsa budaya bangsa. Letak perbedaan dengan yang peneliti lakukan adalah pada obyek materialnya. Penelitian ini mengambil sampel di masyarakat Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok, sedangkan yang peneliti lakukan adalah mengambil sampel pada pemuda anggota Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Klaten. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, fokus permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1.4.1 Mengetahui dan menganalisis bagaimana partisipasi dan pemahaman dalam kegiatan bela negara di kalangan pemuda yang dilakukan oleh Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kabupaten Klaten. 1.4.2 Mengetahui dan menganalisis bagaimana implikasi kegiatan bela negara yang dilakukan oleh pemuda Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kabupaten Klaten terhadap ketahanan wilayah Kabupaten Klaten.

10 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian yang dilakukan adalah: 1.5.1 Bagi Lingkungan Akademis Memberikan sumbangan pemikiran bagi studi Ketahanan Nasional dengan cara mencermati dan menganalisa fenomena yang ada pada wilayah penelitian, serta mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian tentang bela negara dan ketahanan wilayah dengan sudut pandang yang berbeda. 1.5.2 Bagi Kementerian Pemuda dan Olahraga Memberikan sumbangan pemikiran bagi Kementrian Pemuda dan Olahraga selaku pemangku kebijakan di bidang kepemudaan. Memberikan masukan di bidang partisipasi pemuda dalam bela negara dalam rangka memperkuat ketahanan wilayah, dan kepada organisasi kepemudaan yang bergerak di dalamnya untuk merumuskan suatu kebijakan ketahanan wilayah yang lebih efektif, efisien dan strategik serta lebih berdaya guna bagi pengembangan ranah kepemudaan. 1.5.3 Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan pengetahuan tentang pentingnya partisipasi masyarakat terutama pemuda dalam bela negara dalam rangka memperkokoh ketahanan wilayah dalam kehidupan sehari-hari.

11 1.5.4 Bagi Peneliti Untuk menambah ilmu pengetahuan dan mempraktekkan teori-teori ke dalam praktek nyata mengenai partisipasi masyarakat dalam bela negara dan sebagai referensi bagi para peneliti lainnya di kemudian hari.