JURNAL ILMU PEMERINTAHAN Volume: Nomer: Tahun 2014 Halaman Http//:www.fisipundip.ac.id

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG MASALAH

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

RUANG UTAMA PELAYANAN PUBLIK DI ERA OTONOMI DAERAH. Oleh : Abdul Muis. Abstract

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

Analisis Kualitas Pelayanan E-Procurement pada Pengadaan Barang dan Jasa di Kota Semarang

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol

PERMASALAHAN PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH DAERAH Oleh : Davy Nuruzzaman ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal

REFORMASI PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA. Oleh: Ali Abdul Wakhid 1

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang telah berjalan sejak beberapa tahun yang lalu,

B. Maksud dan Tujuan Maksud

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

BKPPD Kabupaten Bengkulu Utara RENSTRA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebutuhan Pelayanan Publik

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan tidak adanya batas-batas negara (

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tahunan Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. terkandung informasi yang dapat memberikan bahan pertimbangan bagi para

Sehingga dalam kaitan dengan kinerja pegawai, mahsun (2013:25), menjelaskan kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

TINJAUAN PUSTAKA. langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bagian Hukum dan HAM pada Sekretariat Daerah Kota Bandung KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di

BAB VII PENUTUP. Berdasarkan temuan data di lapangan dan analisis yang telah. dilakukan dengan melihat dari pembagian bidang jabatan, pendidikan

SISTEM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK YANG OPTIMAL DALAM BIROKRASI PERIZINAN

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penerapan Good

PELAYANAN PUBLIK DAN KONSEP TENTANG KEPUASAN PELANGGAN. Oleh. Juni Trisnowati. (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNSA) Abstraksi

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pemerintahan

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA KANTOR DINAS BINA MARGA KOTA BANJARMASIN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 28 SERI E

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Lamongan, Januari 2012 Kepala Bagian Bina Pengelolaan Keuangan dan Asset. S U B A N I, SE, MM Pembina NIP

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah.

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN. 2.1 Sejarah Singkat dan Aktivitas Utama Instansi Sejarah Singkat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat

Studi Pelayanan Publik di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Oleh Heri Cahyono, Endang Larasati, Dyah Hariani

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PADA BAGIAN UMUM DAN PROTOKOL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Bagian Humas dan Informasi Setda Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MENUJU WILAYAH BEBAS KORUPSI (WBK) DAN WILAYAH BIROKRASI BERSIH DAN MELAYANI (WBBM) DI DINAS PENANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah. baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

KINERJA PELAYANAN BADAN PERTAHANAN NASIONAL

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

I. PENDAHULUAN Otonomi daerah di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998 telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

Analisis Kualitas Pelayanan Akta Kelahiran Gratis (Bebas Bea) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Klaten

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

pada masa sekarang ini. Masyarakat masih memandang kinerja dari birokrasi publik pada

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan OPD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan pula kinerja dan daya hasil organisasi, sehingga dapat mewujudkan

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

Transkripsi:

JURNAL ILMU PEMERINTAHAN Volume: Nomer: Tahun 2014 Halaman Http//:www.fisipundip.ac.id Evaluasi Efektivitas Pelayanan Publik Kecamatan Kaliwungu Selatan Mashur Ali Fadly, Dr. Reni Windiani, MS, Drs. Yuwanto, M.Si., Ph.D Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Kotak Pos 1269 Website: http://www.fisip.undip.ac.id Email: mailto:fisip@undip.ac.id ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan mengenai evaluasi efektivitas pelayanan publik Kecamatan Kaliwungu Selatan setelah pemekaran Kecamatan Kaliwungu. Tujuan dari program pemekaran ini adalah untuk meningkatkan pelayanan publik terhadap masyarakat serta mendekatkan hubungan antar masyarakat dan Pemerintah. Guna menjelaskan evaluasi efektivitas pelayanan publik Kecamatan Kaliwungu setelah pemekaran Kecamatan Kaliwungu Selatan, maka digunakan metode penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah pemerintah yang diwakili oleh Setda Bagian Tata Pemerintahan, Pemerintah Kecamatan Kaliwungu Selatan dan masyarakat Kaliwungu selatan. Adapun metode pengumpulan data adalah melalui wawancara, observasi, meneliti serta dokumen. Evaluasi efektifitas pemekaran Kecamatan Kaliwungu dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu adanya inisiatif mantan bupati kendal hendy boedoro untuk memekarkan wilayah Kecamatan Kaliwungu yang kemudian menjadi program Pemerintah Kabupaten Kendal untuk memekarkan Kecamatan Kaliwungu yaitu Kecamatan Kaliwungu dan Kaliwungu Selatan. pemekaran Kecamatan ini bertujuan untuk meningkatkan serta mendekatkan pelayanan publik yang lebih kepada masyarakat. Tetapi realita yang terjadi di lapangan kesiapan prasarana bangunan kantor menjadi kendala utama dalam penghambat dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat Kaliwungu selatan pada khususnya. Kata Kunci : Efektivitas Pelayanan publik.

ABSTRACT This study was conducted to describe the evaluation of the effectiveness of the public service division of the District after the District of South Kaliwungu Kaliwungu. The purpose of this program is to increase the expansion of public services to the community as well as the close relationship between the people and the Government. In order to explain the evaluation of the effectiveness of the public service division of the District Subdistrict Kaliwungu after South Kaliwungu, then used a qualitative research method. Subjects in this study is the government represented by the Regional Secretariat of Governance Section, Southern District Government and society Kaliwungu Kaliwungu south. The data collection method is through interview, observation, research and documents. Evaluation of the effectiveness of the District Kaliwungu expansion can be seen from several factors, namely the incumbent initiative kendal hendy boedoro to split the sub Kaliwungu which later became the Government's program to unzip the District Kendal Kaliwungu the District Kaliwungu and South Kaliwungu. District of expansion and aims to improve public services closer to the community. But the reality is happening in the field of infrastructure readiness office building becomes a major obstacle in the obstacle in providing public services to the community Kaliwungu south in particular. Keywords : the expansion process, the public service. A.PENDAHULUAN Pelaksanaan Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang telah diganti dengan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, telah memberikan peluang pelaksanaan desentralisasi kekuasaan kepada daerah Kabupaten dan Kota. Oleh karenanya, mau tidak mau desentralisasi atau Otonomi Daerah harus diterapkan dan dilaksanakan. Dalam realitas perjalanannya, masing-masing Kabupaten dan Kota secara bersama-sama berusaha memberlakukan kebijakan dan program pembangunan sesuai dengan apa yang sudah digariskan dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Programprogram pembangunan masing-masing daerah pun menjadi berbeda-beda sesuai skala prioritas yang disusun Pemerintah setempat. Keseragaman yang menjadi ciri sebelumnya menjadi keberagaman dalam era otonomi. Hal ini merupakan salah satu ciri dari semangat dan euforia pendekatan bottom-

up yang lebih dominan dibandingkan dengan pendekatan top down yang berlaku sebelum era Otonomi. Paling tidak terdapat 4 (empat) isu strategis yang perlu diperhatikan berkaitan dengan perubahan-perubahan dalam Sistem Pemerintahan Daerah, yaitu pengembangan kelembagaan, pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur, Kemampuan Sistem Jaringan Kerja, serta pemeliharaan lingkungan yang kondusif dan sosialisasi. Tanpa mengurangi arti penting isu-isu lainnya dan saling ketergantungannya, isu pengembangan kelembagaan dalam suatu Kabupaten dan Kota menjadi penting dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Daerah, peningkatan pelayanan masyarakat, serta pengembangan dan pemantapan Otonomi Daerah. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka untuk menyelenggarakan fungsi desentralisasi secara utuh dan bulat dan untuk kebutuhan pengembangan kelembagaan, Daerah Kecamatan di Kabupaten Kendal yang masih tergolong wilayahnya cukup luas, jumlah desanya banyak dan jumlah penduduknya cukup banyak akan dilakukan pemecahan, salah satunya adalah Kecamatan Kaliwungu. Terkait dari berbagai permasalahan di atas, maka masalah yang penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Pelayanan Publik di Kecamatan Kaliwungu Selatan hasil Pemekaran? 2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat Efektivitas Pelayanan Publik di Kecamatan Kaliwungu Selatan? B. PEMBAHASAN Sesuai dengan judul Skripsi ini fokus pada penelitian yaitu meliputi faktor-faktor apa saja yang terkait dengan kebijakan pemekaran Kecamatan Kaliwungu Selatan kemudian bagaimana efektivitas pelayanan publik yang terjadi dan dilakukan setelah terjadinya pemekaran Kecamatan Kaliwungu Selatan ini, apakah bertambah baik atau malah sebaliknya dalam hal pelayanan publiknya. Pelayanan adalah pendekatan yang lengkap yang menghasilkan kualitas pelayanan bagi masyarakat/pelanggan. Pelayanan merupakan penggerak utama bagi operasional kegiatan bisnis dan ini memegang peranan yang sangat penting. Reformasi Pelayanan Publik menghendaki perubahan

banyak hal, berawal dari paradigma, visi, misi, kebijakan/strateginya, hingga konsep pelayanan publik yang prima dan implementasinya. Dalam rangka Otonomi Daerah, banyak daerah, terutama Daerah Tingkat II khususnya Kabupaten Kendal, telah mulai mencoba mengimplementasikan beragam model pelayanan publik (yang diharapkan prima), walaupun dalam kenyataannya masih berupa langkah awal yang masih memerlukan tindak lanjut dan kerja keras untuk mewujudkan secara nyata yaitu dengan melakukan pemekaran kecamatan untuk meningkatkan efektivitas pelayanan publik bagi masyarakatnya. Dalam hal ini masyarakat Kaliwungu Selatan. A.Efetivitas Pelayanan Publik Efektivitas merupakan keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang dikehendaki, maka perbuatan itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat atau mencapai maksud sebagaimana yang dikehendaki. Sangat sulit untuk mengukur efektivitas kerja, karena penilaiannya sangat subjektif dan sangat tergantung pada orang yang menerima pelayanan tersebut. Kesukarannya terletak pada penarikan generaliasi yang akhirnya berlaku umum dan dapat diterima oleh setiap orang. Artinya, meskipun individual sifatnya, ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas kerja dari organisasi yang memberikan pelayanan antara lain : 1. Faktor waktu Faktor waktu di sini maksudnya adalah ketepatan waktu dan kecepatan waktu dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan. Hanya saja penggunaan ukuran tentang tepat tidaknya atau cepat tidaknya pelayanan yang diberikan berbeda dari satu orang ke orang lain. Terlepas dari penilaian subjektif yang demikian, yang jelas ialah faktor waktu dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran efektivitas kerja. 2. Faktor kecermatan Faktor kecermatan dapat dijadikan ukuran untuk menilai tingkat efektivitas kerja organisasi yang memberikan pelayanan. Faktor kecermatan disini adalah faktor ketelitian dari pemberi pelayanan kepada pelanggan. Pelanggan akan cenderung memberikan nilai yang tidak terlalu tinggi kepada pemberi pelayan, apabila terjadi banyak kesalahan dalam proses pelayanan, meskipun diberikan dalam waktu yang singkat.

3.Faktor gaya pemberian pelayanan Gaya pemberian pelayanan merupakan salah satu ukuran lain yang dapat dan biasanya digunakan dalam mengukur efektivitas kerja. Yang dimaksud dengan gaya disini adalah cara dan kebiasaan pemberi pelayanan dalam memberikan jasa kepada pelanggan. Bisa saja si pelanggan merasa tidak sesuai dengan gaya pelanggan yang diberikan oleh pemberi pelayanan. Jika berbicara tetang sesuatu hal yang menyangkut kesesuaian, sesungguhnya apa yang dibicarakan termasuk hal yang tidak terlepas kaitannya dengan nilai-nilai sosial yang dianut oleh orang yang bersangkutan. B. Pengertian Pelayanan Publik Pelayanan yang diberikan Pemerintah Kecamatan Kaliwungu Selatan tergolong dalam jenis pelayanan publik. Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : 1. Perihal atau cara melayani 2. Servis, jasa 3. Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa Kata pelayanan itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah asing, yaitu service. pengertian service adalah pekerjaan yang harus dilakukan seorang pelayan pada tuannya. Pelayanan masyarakat merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang maupun suatu instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan pada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian di atas terlihat bahwa service atau pelayanan merupakan jasa yang diberikan oleh orang perorangan organisasi swasta maupun instansi pemerintah. Suatu pelayanan akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor : 1. Kesadaran para pejabat pimpinan dan pelaksana 2. Adanya aturan yang memadai 3. Organisasi dengan mekanisme sistem yang dinamis 4. Pendapatan pegawai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum 5.Kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugas/pekerjaan yang dipertanggungjawabkan 6. Tersedianya sarana pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk tugas/pekerjaan pelayanan.

Dari pengertian di atas tersirat bahwa suatu pelayanan pada dasarnya melibatkan dua pihak yang saling berhubungan yaitu organisasi pemberi pelayanan di satu pihak dan masyarakat sebagai penerima pelayanan di pihak lainnya. Jika organisasi mampu memberikan pelayanan yang optimal dan memenuhi tuntutan dari masyarakat, maka dapat dikatakan organisasi tersebut telah mampu memberikan pelayanan yang memuaskan pada masyarakat. Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas dan juga merupakan salah satu unsur yang mendorong perubahan kualitas Pemerintahan Daerah. Bagaimanapun kecilnya suatu negara, negara tarsebut tetap akan membagi bagi pemerintahan menjadi sistem yang lebih kecil (Pemerintahan Daerah) untuk memudahkan pelimpahan tugas dan wewenang. C. Indikator Kualitas Pelayanan Publik Terdapat beberapa indikator kualitas pelayanan publik. Komitmen pelayanan jasa yang baik dalam upaya mempertahankan dan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas, maka suatu institusi pemerintah atau organisasi publik harus melakukan pengukuran terhadap kualitas pelayanan yang telah di sajikannya. Tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat, untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang tercermin dari: 1. Transparansi - Transparansi adalah pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. 2. Akuntabilitas adalah pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. 3. Kondisional - Kondisional adalah pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efesien dan efektifitas. 4. Partisipasi - Partisipasi adalah pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat. 5. Kesamaan hak - Kesamaan hak yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain -lain. 6. Keseimbangan hak dan kewajiban serta keseimbangan hak dan kewajiban yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

D. Permasalahan Pelayanan Publik Permasalahan utama pelayanan publik pada dasarnya adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Pelayanan yang berkualitas sangat tergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya (tata laksana), dukungan sumber daya manusia, dan kelembagaan. Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik masih memiliki berbagai kelemahan antara lain: a. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan, mulai pada tingkatan petugas pelayanan (front line) sampai dengan tingkatan penanggungjawab instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali. b. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat. c. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut. d. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan lainnya sangat kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang terkait. e. Birokratis. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan dengan penyelesaian masalah pelayanan, kemungkinan staf pelayanan (front line staff) untuk dapat menyelesaikan masalah sangat kecil, dan dilain pihak kemungkinan masyarakat untuk bertemu dengan penanggungjawab pelayanan, dalam rangka menyelesaikan masalah yang terjadi ketika pelayanan diberikan, juga sangat sulit. Akibatnya, berbagai masalah pelayanan memerlukan waktu yang lama untuk diselesaikan. f. Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar keluhan/saran/ aspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu

g. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan perijinan) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan. Dilihat dari sisi sumber daya manusianya, kelemahan utamanya adalah berkaitan dengan profesionalisme, kompetensi, empathy dan etika. Berbagai pandangan juga setuju bahwa salah satu dari unsur yang perlu dipertimbangkan adalah masalah sistem kompensasi yang tepat.