PROGRES PELAKSANAAN EITI DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PENGEMBANGAN EITI DAERAH

RAPAT MSG EITI. Sekretariat EITI 20 Februari 2017

Membedah Laporan EITI KAP SUKRISNO SARWOKO & SANDJAJA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

Pelaksanaan EITI (Extractive Industries Transparency Initiative) di Indonesia. Sekretariat EITI Indonesia 8 Oktober 2015

Pelaksanaan EITI (Extractive Industries Transparency Initiative) di Indonesia. Sekretariat EITI Indonesia 25 Agustus 2015

Inception Report. Pelaporan EITI Indonesia KAP Heliantono & Rekan

PENGELOLAAN PNBP SDA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. Biro Keuangan Kementerian ESDM

RENCANA PEMBERIAN PENGHARGAAN TRANSPARANSI INDUSTRI EKSTRAKTIF. Sekretariat EITI 12 Januari 2017

TRANSPARANSI USULAN PENYALURAN PNBP SDA (SISI TUGAS, FUNGSI DAN PERAN BIRO KEUANGAN KESDM)

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

BUKU PEGANGAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM

REKOMENDASI LAPORAN EITI INDONESIA DAN TINDAKLANJUTNYA SEKTOR MIGAS

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan.

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR

Sosialisasi Laporan EITI Indonesia

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Lapangan Banteng Timur No 2-4 Jakarta Indonesia Telepon ; Fax.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

CATATANKEBIJAKAN. Peta Jalan Menuju EITI Sektor Kehutanan. No. 02, Memperkuat Perubahan Kebijakan Progresif Berlandaskan Bukti.

PENYUSUNAN PELAPORAN DAN EVALUASI RENJA (PP 39/2006 APLIKASI E MONEV BAPPENAS DAN EVALUASI RKA-KL (PMK 249/2011 APLIKASI SMART)

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE TAHUN 2013 SEMESTER I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

EITI Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan Yang Transparan dan Akuntabel

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, SDA dan LH Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahu

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

Kerangka Acuan Pemilihan Wakil Masyarakat Sipil dalam Tim Pelaksana EITI Indonesia Periode

DRAFT. Pelaporan EITI Indonesia KAP Heliantono & Rekan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN DBH SUBDIT DBH DITJEN PERIMBANGAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA MELALUI KPPN DAN BUN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 126/PMK.07/2007 TENTANG

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE - TAHUN ANGGARAN TRIWULAN III

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA)

PENGAWALAN AKUNTABILITAS KEUANGAN DESA

PENDAMPING DESA. oleh: Ahmad Erani Yustika

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

LAMPIRAN L-3 PAGU AUDITABLE UNIT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

2

ORIENTASI RAKORNAS BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2017

Oleh: ARI YANUAR PRIHATIN, S.T. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Bagi Hasil. Sumber Daya Alam. Migas. Perubahan.

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 015 KEMENTERIAN KEUANGAN BAGIAN ANGGARAN PELAKSANA : - - HAL PROG. ID : lui_pend01 % REAL. PEND

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Lapangan Banteng Timur No 2-4 Jakarta Indonesia Telepon ; Fax.

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembar

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Semester 1 Tahun 2013

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

Monitoring Realisasi APBD Triwulan I

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Disampaikan oleh : DEPUTI BIDANG PENGAWASAN Dalam : Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Bidang Koperasi dan UMKM 21 Februari 2017

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Transkripsi:

PROGRES PELAKSANAAN EITI DI INDONESIA Sekretariat EITI FGD Dana Bagi Hasil Jogjakarta, 7 Agustus 2017

Outline Pendahuluan Pelaksanaan EITI Dana Bagi Hasil Profil DBH 2010-2014

Pendahuluan

Pendahuluan Extractives Industries Transparency Initiative (EITI) adalah Standar Global untuk mempromosikan keterbukaan dan akuntabilitas pengelolaan sumber daya alam (migas, pertambangan dan batubara) Penerapan Standar EITI akan memperbaiki proses keterbukaan dan akuntabilitas publik dari perusahaan-perusahaan industri ekstraktif dan pemerintahan negara EITI, yang akan memperbaiki tata kelola Penerapan Standar merupakan salah satu indikator keterbukaan yang dapat memperbaiki iklim investasi dan dapat dipakai sebagai upaya menarik investor Penerapan Standar disertai perbaikan tata kelola memungkinkan pemerintah dan masyarakat mendapatkan informasi-informasi yang lebih rinci tentang industri ekstraktif dan juga informasiinformasi yang sebelumnya sulit diperoleh (seperti informasi Beneficial Ownership)

Standard EITI 2016 1. Oversight by the multi-stakeholder group 2. Legal and institutional framework, including allocation of contracts and licenses 3. Exploration and production 4. Revenue collection 5. Revenue allocations 6. Social and economic spending 7. Outcomes and impact 8. Compliance and deadlines for implementing countries

Hingga Tahun 2016, sebanyak 52 negara yang telah menjadi negara pelaksana EITI

Perkembangan EITI Indonesia Presiden SBY menandatangani Perpres 26/2010 Indonesia menerbitkan laporan EITI pertama, mencakup penerimaan thn 2009 Indonesia mendapat status compliance EITI country Indonesia menerbitkan Laporan EITI ketiga, mencakup thn 2012-2013 Indonesia menerbitkan Laporan EITI ke-empat mencakup thn 2014 2007 2010 2013 2014 2015 2016 2017 Menkeu Sri Mulyani menyatakan dukungannya kpd EITI Indonesia mendapat status kandidat EITI Indonesia menerbitkan Laporan EITI kedua, yg mencakup data tahun 2010-2011 Status compliance Indonesia ditangguhkan, menunggu laporan EITI thn 2012 Indonesia mendapatkan kembali status compliance

Manfaat Pelaporan EITI 1. Transparansi dan Akuntabilitas pengelolaan industri ekstraktif 2. Memastikan penerimaan negara dari industri ekstraktif (proses rekonsiliasi) 3. Perbaikan tata kelola (governance) 4. Mendukung upaya keberlanjutan pembangunan

Pelaksanaan EITI

Prinsip Pelaksanaan EITI Prinsip Pelaksanaan EITI: Transparansi Akuntabilitas Transparansi: Penerimaan negara Tata kelola Akuntabilitas: Proses Output Rekomendasi

Tingkat Partisipasi Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Minerba: Jlh Prshn Wajib Lapor 72 193 193 108 108 119 Jlh Prshn Yg Lapor 72 53 83 76 99 75 Persentase Migas: Jlh Prshn Wajib Lapor 57 71 71 67 72 71 Jlh Prshn Yg Lapor 57 71 71 69 72 71 Persentase

Hasil Rekonsiliasi Minerba Hasil Rekonsiliasi Minerba 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 3,47 1,54 67106 1,32 52567 53647 51168 43814 43060 0,13 0,20-0,10 2009 2010 2011 2012 2013 2014 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00-0,50 Nilai (milyar Rp) Gap(%)

Beberapa Isu dalam Laporan EITI Transparansi beberapa isu tatakelola antara lain: koordinat wilayah kerja migas, informasi peserta tender, akses publik untuk informasi kadaster (minerba) Perbaikan sistim pelaporan pembayaran PNBP Standarisasi pengukuran dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari pengembangan industri ekstraktif Peningkatan partisipasi daerah dalam pelaksanaan EITI Peningkatan partisipasi perusahaan industri ekstraktif dalam pelaporan Informasi terkait BO (beneficial ownership) Keterbukaan dokumen kontrak

Dana Bagi Hasil

Beberapa Isu Terkait DBH Prinsip DBH Alokasi DBH SDA diatur berdasarkan prinsip origin (derivative) dan prinsip realisasi. Kedua prinsip tersebut harus dipenuhi agar Pemerintah Daerah dapat menerima dana bagi hasil industri ekstraktif. Prinsip derivative berarti sebuah provinsi atau kabupaten/kota harus memiliki aktivitas produksi migas yang dilakukan dalam batas wilayah dan/atau batas kewenangan pengelolaan SDA wilayah laut (dengan batas 12 kilometer dari garis pantai42), dimana daerah penghasil akan mendapatkan porsi yang lebih besar. Sementara prinsip realisasi berarti penerimaan telah diakui serta dicatat dalam Rekening Kas Umum Negara

Beberapa Isu Terkait DBH (2) Tahap penetapan DBH SDA Tahapan penetapan DBH SDA adalah sebagai berikut: Menteri ESDM menetapkan daerah penghasil dan dasar penghitungan DBH SDA paling lambat 60 hari sebelum tahun anggaran bersangkutan dilaksanakan, setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri dan disampaikan kepada Menteri Keuangan. Untuk sumber daya alam yang berada pada wilayah berbatasan atau berada pada lebih dari satu daerah, Menteri Dalam Negeri menetapkan daerah penghasil sumber daya alam berdasarkan pertimbangan Menteri ESDM terkait, paling lambat 60 hari setelah diterimanya usulan pertimbangan dari KementerianTeknis. Ketetapan Menteri Dalam Negeri sebagaimana disebutkan dalam butir 2 di atas menjadi dasar penghitungan DBH SDA oleh Menteri ESDM. Menteri Keuangan menetapkan perkiraan alokasi DBH SDA untuk masing-masing daerah paling lambat 30 hari setelah diterimanya ketetapan dari Menteri ESDM. Perkiraan alokasi DBH SDA Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk masing-masing daerah ditetapkan paling lambat 30 hari setelah menerima ketetapan dari Menteri ESDM sebagaimana dimaksud pada butir 1, perkiraan bagian pemerintah, dan perkiraan unsur-unsur pengurang lainnya

Beberapa Isu Terkait DBH (3) Skema Dana Bagi Hasil untuk Industri Ekstraktif

Beberapa Isu Terkait DBH (4) Alokasi khusus (earmarked) untuk program tertentu. Tambahan DBH migas sebesar 0,5% dialokasikan khusus (earmarked) untuk dana pendidikan di daerah tersebut Dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus berdasarkan UU otonomi khusus, terdapat dua provinsi yang berstatus Daerah Otonomi Khusus, yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang mendapatkan persentase dana bagi hasil migas lebih tinggi dibandingkan daerah lain pada umumnya

Beberapa Isu Terkait DBH (5)

Beberapa Isu Terkait DBH (6)

Beberapa Isu Terkait DBH (7) 2 Metode akuntabilitas dan efisiensi pemakaian DBH Pemantauan dan evaluasi Untuk DBH yang dialokasikan khusus untuk pendidikan dasar, PP No. 55 /2005, pasal 32 dan 34 mengatur mengenai ketentuan pemantauan dan pengawasan yang ditugaskan kepada Menteri Keuangan, yaitu : Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan anggaran pendidikan dasar yang berasal dari DBH Migas. Apabila hasil pemantauan dan evaluasi mengindikasikan adanya penyimpangan penggunaan anggaran untuk alokasi pendidikan dasar, Menteri Keuangan meminta aparat pengawasan fungsional untuk melakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengalokasian DBH untuk tahun anggaran berikutnya.

Beberapa Isu Terkait DBH (8) Untuk DBH yang non-earmarked, Pemerintah Pusat memperhatikan dana bagi hasil yang menganggur (idle) di daerah. Jika terdapat dana menganggur maka Pemerintah Pusat tidak akan melakukan transfer dalam bentuk dana melainkan dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) ke Pemerintah Daerah. Ketentuan ini berlaku jika dana menganggur tersebut berada di kas daerah selama 3 bulan ke depan dan jumlahnya di atas rata-rata nasional

Beberapa Isu Terkait DBH (9) Transparansi dan akuntabilitas Harga komoditas yang berfluktuasi dan penerimaan kas negara dari industri ekstraktif yang tidak dapat direkonsiliasi akan menyulitkan publik dalam melakukan monitoring. Kondisi tersebut menyebabkan pentingnya Pemerintah Pusat untuk memberikan informasi yang transparan mengenai informasi rinci tentang kuantitas penerimaan dari industri ektraktif, beserta formula yang digunakan sehingga publik dapat melakukan pengawasan secara memadai. Untuk menyederhanakan dasar perhitungan DBH, Kementerian Keuangan dalam arah kebijakan ke depan akan melakukan reformulasi (menyederhanakan perhitungan) DBH dengan menggunakan prognosa pada akhir tahun, dan selisihnya dengan realisasi akan diperhitungkan pada tahun berikutnya

Profil Alokasi DBH 2010-2014

Profil DBH Migas DBH Migas 2010-2014 18.000.000.000.000 16.000.000.000.000 14.000.000.000.000 12.000.000.000.000 10.000.000.000.000 8.000.000.000.000 6.000.000.000.000 4.000.000.000.000 2.000.000.000.000 - Kalimantan Timur Riau Sumatera Selatan Kepulauan Riau Kalimantan Utara 2010 2011 2012 2013 2014 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah

Profil DBH Minerba 7.000.000.000.000 6.000.000.000.000 5.000.000.000.000 4.000.000.000.000 3.000.000.000.000 DBH Minerba 2010-2014 Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI JAKARTA Jawa Barat Banten 2.000.000.000.000 1.000.000.000.000 Papua Kalimantan Utara Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah - - - - - 2010 2011 2012 2013 2014 Kalimantan Selatan Kalimantan Timur

1,6E+13 1,4E+13 1,2E+13 1E+13 8E+12 6E+12 4E+12 2E+12 0 Realisasi DBH Minerba Realisasi (Rp) Pagu(Rp) 2011 2012 2013 2014 Pagu(Rp) Realisasi (Rp)

Realisasi DBH 70.000.000.000 DBH Riau 2014 60.000.000.000 50.000.000.000 40.000.000.000 30.000.000.000 20.000.000.000 10.000.000.000 - Alokasi DBH Realisasi

Realisasi DBH 3.500.000.000.000,00 DBH Kalsel 2014 3.000.000.000.000,00 2.500.000.000.000,00 2.000.000.000.000,00 1.500.000.000.000,00 1.000.000.000.000,00 500.000.000.000,00 - Alokasi DBH Realisasi

TERIMA KASIH