Tahapan dalam pembuatan tepung segar ubi jalar varietas sukuh dapat dilihat pada diagram berikut ini: Persiapan ubi jalar varietas sukuh

dokumen-dokumen yang mirip
II. BAHAN DAN METODE

3 METODE PENELITIAN. Persiapan Prebiotik (Oligosakarida)

II. METODOLOGI 2.1 Penyediaan Bakteri Probiotik 2.2 Ekstraksi Oligosakarida/Prebiotik

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Seleksi Bakteri Probiotik Karakterisasi morfologi dan fisiologis kandidat probiotik

Lampiran 1 Metode total plate count

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2014 di

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Penyiapan media bakteri Aeromonas hydrophila

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2014, di

III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan Metode Penelitian Persiapan Wadah

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Pembuatan Media Bakteri (SWC dan TCBS).

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

METODE PENELITIAN. Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan April Bahan dan Alat.

II. METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

Gambar 1. Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan Biologi Pada Permukaan Secara Langsung

II. METODE PENELITIAN

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Identifikasi Bakteri Uji Peningkatan Virulensi Bakteri Uji

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

Sampel air kolam, usus ikan nila dan endapan air kolam ikan. Seleksi BAL potensial (uji antagonis)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

Komposisi per liter: Pancreatic digest of casein Enzymatic digest of soya bean Sodium chloride

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Karakterisasi Isolat L. plantarum dan Bakteri Indikator

Koloni bakteri endofit

METODE. A. Peremajaan Salmonella sp. B. Verifikasi Salmonella sp.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

II. METODE 2.1 Rancangan Penelitian 2.2 Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGIPENELITIAN

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan

II. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

II. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

Pengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

Lampiran 1. Komposisi media Sea Water Completed (SWC) untuk 1 L. Yeast extract

3. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

Prebiotik Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) Lahan Rawa untuk Meningkatkan Kemampuan Antagonistik Bakteri Lactobacillus sp. terhadap Bakteri Vibrio harveyi

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Road-map Penelitian

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BABm METODA PENELITIAN

Prosedur pembuatan suspensi alginat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan Ekstrak Bligo (mengacu Sugito 2010)

Transkripsi:

36 Lampiran 1 Pembuatan tepung segar ubi jalar varietas sukuh Tahapan dalam pembuatan tepung segar ubi jalar varietas sukuh dapat dilihat pada diagram berikut ini: Persiapan ubi jalar varietas sukuh Pengupasan dan pengirisan Pengeringan pada suhu 55 o C, 5 jam Penggilingan dengan wiilley mill Pengayakan 60 mesh Tepung segar ubi jalar Gambar 13. Tahapan pembuatan tepung segar ubi jalar

37 Lampiran 2 Ekstraksi oligosakarida ubi jalar varietas sukuh Tahapan dalam ekstraksi ubi jalar varietas sukuh dapat dilihat pada diagram berikut ini: Tepung kukus ubi jalar varietas sukuh Ekstraksi dengan Etanol 70% Pengadukan dengan magnetic stirer, 18 jam Penggilingan dengan wiilley mill Penyaringan Pemekatan dengan evaporator vakum, 40 o C Sentrifugasi, 10 menit Penyaringan Ekstrak Ubi Jalar Gambar 14. Tahapan pembuatan tepung segar ubi jalar

38 Lampiran 3 Hasil penghitungan total padatan terlarut (TPT) dari ekstrak ubi jalar varietas sukuh Berikut ini adalah penghitungan total padatan terlarut (TPT) dari ekstrak ubi jalar varietas sukuh: Rumus perhitungan TPT : TPT = c a b 100 % Keterangan: a = berat cawan sebelum diisi ekstrak oligosakarida (g) b = berat larutan ekstrak kasar oligosakarida (g) c = berat cawan yang berisi ekstrak kering oligosakarida setelah dioven 24 jam (g) Hasil pengukuran TPT dari ekstrak ubi jalar varietas sukuh: a = 26,81108 g b = 1,05898 g c = 26,96922 g TPT = 0,15814 1,05898 100 % TPT dari ekstrak ubi jalar varietas sukuh adalah 14,933% Rumus pengenceran : M1 x V1 = M2 x V2 14,933% x V1= 5% x 100 ml V1 = 33,483 ml Dengan demikian, untuk mendapatkan 100 ml ekstrak ubi jalar varietas sukuh TPT 5 % diperlukan 33,483 ml ekstrak ubi jalar varietas sukuh 14,933%.

39 Lampiran 4 Pembuatan mutan rifampisin resisten pada isolat bakteri SKT-b Berikut ini adalah tahapan dalam pembuatan bakteri menjadi resisten terhadap rifampisin (Rf R ): Sebanyak 1 ml biakan cair bakteri SKT-b disentrifuse pada kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang, pelet ditambahkan larutan fisiologis sebanyak supernatan yang dibuang (1 ml) lalu divorteks. Suspensi bakteri ini disentrifuse kembali pada kecepatan 3000 rpm selama 5 menit lalu supernatannya dibuang dan ditambahkan kembali larutan fisiologis sebanyak 1 ml. Sebanyak 100 µl suspensi bakteri uji lalu disebar secara merata pada permukaan Media Thiosulfate Citrate Bile Salt Agar (TCBS) yang telah mengandung antibiotik rifampisin (50µg/ml). Sebagai kontrol, sebanyak 100 µl suspensi bakteri uji hasil pengenceran serial 10-5, 10-6, dan 10-7 disebar secara merata pada permukaan media agar yang tidak mengandung antibiotik. Kultur diinkubasikan pada inkubator bersuhu ruang selama 24-48 jam. Koloni bakteri yang tumbuh merupakan koloni bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik rifampisin. Koloni bakteri yang telah resisten diambil dengan menggunakan ose dan dipindahkan pada agar miring sebagai stok inokulan.

40 Lampiran 5 Pengujian bakteri SKT-b dan Vibrio harveyi secara in vitro Berikut ini adalah hasil pengujian morfologi, fisiologi dan biokimia, sifat antagonistik, dan Total Plating Count (TPC) dari isolat bakteri SKT-b dan Vibrio harveyi (Tabel 5, 6 dan 7). Tabel 5. Karakteristik sifat fisiologi dan biokimia bakteri SKT-b dan Vibrio harveyi Parameter SKT-b V. harveyi Gram egatif egatif Bentuk sel Batang pendek Batang pendek Motilitas Motil Motil Amilase Positif (tidak diuji) Oksidase Positif Positif Uji O/F Positif Positif Tabel 6. Jumlah koloni bakteri SKT-b dan Vibrio harveyi dengan metode kultur bersama Jumlah Koloni Pengenceran 10 6 CFU/ml SKT-b R 10 6 CFU/ml V. harveyi 10-4 TBUD - 10-5 TBUD - 10-6 456-10 -7 97-10 -8 9 - Tabel 7. Total Plating Count (TPC) bakteri SKT-b dan Vibrio harveyi Pengenceran Ulangan SKT-b R Jumlah Koloni V. harveyi 10-6 1 2-335 362 154 10-7 1 2 45 45 63 35 10-8 1 2 8 10 5 7

41 Lampiran 6 Komposisi proksimat pakan Berikut ini adalah komposisi proksimat pakan uji yang ditambahkan dengan sinbiotik dengan dosis berbeda (Tabel 8). Tabel 8. Komposisi proksimat pakan dalam bobot basah (%) Kode Sampel Kadar Kadar Protein Lemak Karbohidrat Air Abu Serat Kasar BET Pakan Kontrol 11,97 11,78 35,07 6,65 1,01 31,09 Pakan A 14,42 11,03 32,49 6,56 3,44 32,87 Pakan B 15,73 10,82 33,70 6,48 2,63 30,64 Pakan C 20,13 10,24 32,50 6,17 2,55 28,41

42 Lampiran 7 Prosedur pembuatan media kultur bakteri a. Media Sea Water Complete (SWC): Media SWC merupakan media umum untuk kultur bakteri air laut. Komposisi bahan media SWC per 100 ml terdiri dari bacto peptone 0,5 g, bacto agar 1,7 g, yeast extract 0,1 g, gliserol 0,3 ml, akuades 25 ml, air laut 75 ml. Semua bahan-bahan tersebut dihomogenkan pada penangas air atau waterbath bersuhu 100 o C, lalu disterilkan pada suhu 121 o C selama 15 menit. Media SWC yang sudah steril dibiarkan hingga hangat, kemudian dituang ke dalam cawan petri steril. Untuk pembuatan media cair SWC, bacto agar tidak ditambahkan ke dalam media. b. Media Thiosulfate Citrate Bile Salt Agar (TCBS): Media TCBS merupakan media selektif untuk menumbuhkan bakteri Vibrio. Sebanyak 8,9 g media TCBS dilarutkan dalam 100 ml akuades steril. Kemudian media dihomogenkan pada penangas air atau waterbath bersuhu 100 o C. Media yang telah homogen dapat langsung dituang ke dalam cawan petri steril. Untuk media TCBS yang mengandung antibiotik rifampisin (konsentrasi 50 µg/ml), media yang telah homogen, ditambahkan 200µl larutan stok rifamfisin (konsentrasi 25 mg/ml). Setelah itu dihomogenkan kembali dengan menggunakan magnetic stirer dan dapat langsung dituang ke dalam cawan petri steril. c. Phosfat Buffer Saline (PBS) Media PBS dibuat dengan mencampurkan acl 0,8 g, KH 2 PO 4 0,2 g, a 2 HPO 4 1,5 g, KCl 0,2 g dan akuades 1000 ml. Bahan-bahan tersebut dihomogenkan pada penangas air atau waterbath bersuhu 100 o C, lalu disterilkan pada suhu 121 o C selama 15 menit.

43 Lampiran 8. Penghitungan bakteri dengan metode hitungan cawan Metode hitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni adalah yang mengandung antara 30-300 koloni. Jumlah sel bakteri pada suatu sampel diketahui dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada media tersebut dikalikan dengan faktor pengencernya dengan satuan Colony Forming Unit (CFU/ml atau CFU/g). Eppendorf diisi dengan PBS sebanyak 0,9 ml dan disusun secara berderet Sampel suspensi bakteri divortex hingga kekeruhannya merata Sampel suspensi bakteri diencerkan dengan metode pengenceran serial Pengenceran serial suspensi bakteri dilakukan dengan cara: 0,1 ml dimasukkan ke eppendorf 0,9 ml pertama (10-1 ), kocok atau vortex agar homogen; lalu secara aseptik diambil 0,1 ml sampel dari eppendorf pengencer pertama dan dimasukkan ke dalam tabung pengencer kedua (10-2 ); dan seterusnya untuk tabung-tabung pengencer selanjutnya Disiapkan tiga cawan petri berisi media agar, beri kode sesuai dengan kode eppendorf pengencer yang akan disebar Metode penyebaran: mikropipet 0,1 ml sampel dari 3 eppendorf pada pengenceran tertinggi, disebar pada media agar dengan menggunakan batang penyebar Setelah itu diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam Kemudian jumlah koloni yang tumbuh (30-300) dihitung dan dikalikan dengan faktor pengencernya. Kelimpahan bakteri dihitung dengan menggunakan rumus (Madigan et al. 2003): Total Bakteri Koloni x Keterangan : fp = faktor pengenceran 1 fp x ml 1 sampel 0,1 ml 0,1 ml 0,9 ml Media Agar Sampel 10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 dalam cawan Gambar Prosedur hitungan cawan sebar

44 Lampiran 9 Teknik pengambilan hemolymph dan penghitungan Total Haemocyte Count (THC) pada udang vaname Hemolimph diambii sebanyak 0,1 ml dari pangkal kaki renang pertama dengan syringe 1 ml yang sudah berisi 0,3 ml antikoagulan. Campuran dihomogenkan dengan cara menggoyangkan tangan membentuk angka delapan. Tetesan pertama dibuang, selanjutnya diteteskan ke haemositometer (Improved eubauer type). Sel hemosit diamati dan dihitung jumlah selnya per ml di bawah mikroskop cahaya binokuler dengan pembesaran 400 kali. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat antikoagulan adalah: 30 mm trisodium citrate 0,34 M sodium chloride 10 mm EDTA Semua bahan dilarutkan ke dalam akuades dengan menggunakan botol scott, dihomogenkan dan siap untuk digunakan.

45 Lampiran 10 Teknik preparasi Differential Haemocyte (DH) Hemosit udang penaeid dapat dibedakan atas tiga tipe yaitu hemosit bergranula besar (large granule haemocyte, LGH), hemosit bergranula kecil (small granule haemocyte, SGH) dan hemosit tidak bergranula atau sel hialin (hyaline cell, HC). Pengamatan Differential Haemocyte (DH) pada penelitian ini, digunakan untuk mengetahui persentase tipe sel hemosit hialin dan tipe sel hemosit granular yang terdapat dalam hemolymph. Cara melakukan uji ini adalah: Hemolimph diteteskan pada gelas obyek dan dibuat ulasan, kemudian dikeringkan di udara Preparat difiksasi dengan metanol selama 5-10 rnenit kemudian dikeringkan di udara kembali Preparat direndam dalam larutan pewarna Giemsa selama 15-20 menit Dicuci dengan air mengalir dan dibiarkan kering Ulasan hemolimph diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali dan diidentifikasi jenis selnya Jumlah hemosit dihitung hingga 100 sel dan ditentukan persentase tiap jenisnya.

46 Lampiran 11. Analisis statistik terhadap laju pertumbuhan harian (LPH) (A) dan rasio konversi pakan (B) udang vaname pada akhir perlakuan sinbiotik (A) LPH Between Groups 3.445 4 0.861 2.382 0.121 Within Groups 3.615 10 0.362 Total 7.060 14 1 2 Duncan a 2.00 3 6.2267 1.00 3 6.3100 6.3100 3.00 3 6.9567 6.9567 5.00 3 7.1733 7.1733 4.00 3 7.4467 Sig. 0.102 0.056 (B) FCR Between Groups 0.847 4 0.212 2.911 0.078 Within Groups 0.728 10 0.073 Total 1.575 14 1 2 Duncan a 4.00 3 1.1367 5.00 3 1.3300 1.3300 3.00 3 1.4400 1.4400 2.00 3 1.7400 1.00 3 1.7500 Sig. 0.218 0.106

47 Lampiran 12. Analisis statistik terhadap respon imun udang vaname: Total Haemocyte Count (THC) (A), Aktivitas Phenoloxidase (PO) (B), Aktivitas Respiratory Burst (RB) (C), dan Differential Haemocyte (DH) (D) pada sebelum dan sesudah uji tantang (A) Total Haemocyte Count (THC) THC sebelum uji tantang Between Groups 48.877 4 12.219 3.108 0.066 Within Groups 39.320 10 3.932 Total 88.197 14 1 2 Duncan a 1.00 3 4.4333 2.00 3 4.5667 3.00 3 6.1000 6.1000 4.00 3 6.4000 6.4000 5.00 3 9.4333 Sig. 0.283 0.077 THC setelah uji tantang Between Groups 53.287 4 13.322 10.722 0.001 Within Groups 12.425 10 1.242 Total 65.711 14 1 2 3 Duncan a 2.00 3 1.4200 5.00 3 4.9533 3.00 3 5.2333 5.2333 4.00 3 5.3400 5.3400 1.00 3 7.2167 Sig. 1.000 0.694 0.064

48 (B) Aktivitas Phenoloxidase (PO) PO sebelum uji tantang Between Groups 2.387 4 0.597 6.318 0.008 Within Groups 0.945 10 0.094 Total 3.332 14 1 2 Duncan a 2.000 3 0.22000 1.000 3 0.22500 3.000 3 0.44000 4.000 3 1.07000 5.000 3 1.11500 Sig. 0.422 0.861 PO setelah uji tantang Between Groups 1.861 4 0.465 8.904 0.002 Within Groups.522 10 0.052 Total 2.383 14 perlakuan 1 2 Duncan a 1.000 3 0.44100 2.000 3 0.59167 3.000 3 1.17667 5.000 3 1.22000 4.000 3 1.28000 Sig. 0.438 0.609

49 (C) Aktivitas Respiratory Burst (RB) RB sebelum uji tantang Between Groups 0.000 4 0.000 0.019 0.999 Within Groups 0.004 10 0.000 Total 0.004 14 Duncan a 2.000 3 0.07700 1.000 3 0.07800 5.000 3 0.07833 3.000 3 0.07967 4.000 3 0.08100 Sig. 0.820 1 RB setelah uji tantang Between Groups 0.611 4 0.153 21.607 0.000 Within Groups 0.071 10 0.007 Total 0.681 14 1 2 3 Duncan a 1.000 3 0.07700 2.000 3 0.10467 4.000 3 0.40567 5.000 3 0.46233 0.46233 3.000 3 0.58600 Sig. 0.695 0.428 0.102

50 (D) Differential Haemocyte (DH) Persentase jumlah sel hialin sebelum uji tantang Between Groups 322.191 4 80.548 2.843 0.082 Within Groups 283.334 10 28.333 Total 605.525 14 1 2 Duncan a 4.00 3 61.2233 1.00 3 71.5033 5.00 3 71.7167 2.00 3 73.3200 3.00 3 73.8267 Sig. 1.000 0.628 Persentase jumlah sel hialin setelah uji tantang Between Groups 1032.760 4 258.190 3.691.043 Within Groups 699.461 10 69.946 Total 1732.221 14 1 2 Duncan a 4.00 3 45.6933 5.00 3 60.8267 60.8267 1.00 3 61.4800 61.4800 2.00 3 61.6067 61.6067 3.00 3 71.5933 Sig. 0.055 0.172

51 Persentase jumlah sel granular sebelum uji tantang Between Groups 322.191 4 80.548 2.843 0.082 Within Groups 283.334 10 28.333 Total 605.525 14 1 2 Duncan a 3.00 3 26.1733 2.00 3 26.6800 5.00 3 28.2833 1.00 3 28.4967 4.00 3 38.7767 Sig. 0.628 1.000 Persentase jumlah sel granular setelah uji tantang Between Groups 1033.136 4 258.284 3.640 0.044 Within Groups 709.495 10 70.950 Total 1742.631 14 1 2 Duncan a 3.00 3 28.4067 2.00 3 38.3933 38.3933 1.00 3 38.5200 38.5200 5.00 3 39.0733 39.0733 4.00 3 54.3067 Sig. 0.179 0.056

52 Lampiran 13. Analisis statistik terhadap sintasan udang vaname pada sebelum dan sesudah uji tantang Sintasan sebelum uji tantang Between Groups 0.000 4 0.000 0.000 0.000 Within Groups 0.000 10 0.000 Total 0.000 14 Sintasan setelah uji tantang Between Groups 6493.333 4 1623.333 40.583 0.000 Within Groups 400.000 10 40.000 Total 6893.333 14 1 2 3 Duncan a 2 3 43.33 3 3 80.00 5 3 93.33 4 3 96.67 1 3 100.00 Sig. 1.000 1.000 0.246