1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia, maka tuntutan akan kebutuhan informasi laporan keuangan suatu perusahaan yang akurat juga semakin meningkat. Adanya kebutuhan informasi yang berkualitas tersebut memerlukan peranan auditor yang independen. Auditor independen yang dimaksud adalah Kantor Akuntan Publik, dimana auditor sebagai pihak yang independen bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena itu, setiap KAP memaksimalkan hasil kinerja dari jasa audit yang dilakukan sehingga dapat bersaing dengan KAP yang lainnya, hal tersebut membuat perusahaan memiliki kecenderungan untuk berpindah dari KAP yang satu ke KAP yang lainnya. Adanya kasus kecurangan akuntansi yang terjadi menimbulkan dampak yang merugikan bagi pihak eksternal sebagai pengguna laporan keuangan. Seperti kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma yang merupakan salah satu produsen obatobatan milik Pemerintah dimana PT Kimia Farma melakukan penggelembungan dana oleh pihak direksi untuk menarik investor agar menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM) kemudian dilakukan audit ulang dan ternyata laba bersih yang dilaporkan lebih besar dari yang sebenarnya dan mengandung unsur rekayasa.
2 Terjadinya kasus seperti itu mendorong suatu auditor sebagai pihak independen untuk lebih terdorong dalam menjaga independensinya. Salah satu upaya untuk menilai independensi suatu auditor adalah mengenai pergantian auditor yang telah dilakukan, terlebih untuk negara Indonesia yang notabene merupakan negara yang mendukung dilakukannya pergantian auditor agar tetap dapat menjaga independensinya. Adanya peraturan mengenai pembatasan jangka waktu perikatan KAP dengan kliennya belum menjamin suatu perusahaan tidak mengganti KAP sebelum batas waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut. Pergantian KAP yang disebabkan karena adanya peraturan disebut bersifat mandatory, dan pergantian KAP karena adanya keinginan perusahaan secara sukarela disebut bersifat voluntary (Mahantara, 2013). Maka, pemerintah telah mengatur adanya kewajiban untuk melakukan pergantian KAP tersebut dengan dikeluarkannya PP No. 20 Tahun 2015 tentang praktik akuntan publik untuk menyempurnakan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008. Jika sebelumnya, berdasarkan PMK 17/2008 sebuah KAP dibatasi hanya boleh melakukan audit laporan keuangan historis perusahaan dalam 6 tahun berturut-turut dan Akuntan Publik dalam 3 tahun berturut-turut, maka berdasarkan PP No. 20 Tahun 2015 ini tidak ada pembatasan lagi untuk KAP. Adapun pembatasan hanya berlaku untuk Akuntan Publik yaitu selama 5 tahun buku berturut-turut. Peraturan tersebut sangat jelas ditegaskan karena audit tenure dalam pergantian auditor secara voluntary yang berkepanjangan akan menjadi ancaman pada independensi auditor.
3 Tuntutan kebutuhan akan informasi yang valid hasil dari proses audit memotivasi penulis untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching. Penelitian mengenai auditor switching tersebut sebenarnya sudah pernah dilakukan sebelumnya baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Penelitian di luar negeri telah dilakukan di Negara Iran oleh Chadegani et al. (2011) dengan hasil bahwa hanya kualitas audit yang berpengaruh terhadap auditor switching sedangkan variabel lain seperti ukuran perusahaan, perubahan manajemen, opini audit, dan financial distress tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Kemudian di Negara Iran juga meneliti tentang perputaran institusi audit oleh Abdoli et al. (2014) dengan hasil bahwa tipe opini audit dan ukuran institusi audit tidak berpengaruh terhadap perputaran institusi audit. Pada tahun yang sama di Negara Malaysia dilakukan oleh Theng et al. (2014) yang menemukan hasil bahwa faktor tingkat resiko, konsentrasi kepemilikan, perubahan audit fee, dan isu going concern berpengaruh terhadap auditor switching, sedangkan faktor tingkat kompleksitas perusahaan tidak berpengaruh pada auditor switching. Kemudian, untuk penelitian yang dilakukan di Indonesia antara lain oleh Sinarwati (2010) yang menunjukkan hasil bahwa opini going concern dan reputasi auditor tidak berpengaruh, sedangkan pergantian manajemen dan kesulitan keuangan berpengaruh pada pergantian KAP. Wijaya dan Sudarma (2012) juga melakukan penelitian, dimana ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pergantian KAP, sedangkan faktor reputasi perusahaan, debt ratio, manipulasi income, dan fee audit menunjukkan hasil tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP. Pada tahun
4 yang sama, Salim dan Rahayu (2012) melakukan penelitian yang menghasilkan bahwa opini audit, ukuran KAP, pergantian manajemen, dan financial distress tidak berpengaruh pada auditor switching. Penelitian lain dilakukan oleh Febriansyah (2013) di Indonesia juga, yang mendapatkan hasil penelitian bahwa ukuran KAP, financial distress, audit tenure dan audit fee berpengaruh terhadap auditor switching, sedangkan faktor ukuran perusahaan klien dan tingkat pertumbuhan klien tidak berpengaruh pada auditor switching. Suarjana dan Widhiyani (2015) juga melakukan penelitian dengan hasil bahwa opini going concern berpengaruh terhadap pergantian KAP, sedangkan faktor reputasi auditor, ukuran perusahaan, perubahan rentabilitas, dan reputasi auditor tidak berpengaruh pada pergantian KAP. Hasil penelitian-penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching menunjukkan hasil yang berbeda, dimana perbedaan tersebut menunjukkan adanya ketidakkonsistenan dalam mempengaruhi auditor switching. Misalnya terdapat perbedaan hasil penelitian untuk faktor ukuran perusahaan yang dilakukan oleh Wijaya dan Sudarma (2012) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap auditor switching, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Febriansyah (2013), dan Suarjana dan Widhiyani (2015) tidak berpengaruh pada auditor switching. Financial distress juga mengalami perbedaan antara peneliti Febriansyah (2013) yang menemukan hasil bahwa financial distress berpengaruh terhadap auditor switching, sedangkan peneliti Chadegani et al. (2011) dan Salim dan Rahayu (2012) menemukan hasil bahwa financial distress tidak berpengaruh
5 terhadap auditor switching. Faktor yang lain seperti opini audit going concern, menunjukkan hasil yang berbeda pula. Penelitian yang dilakukan oleh Sinarwati (2010) menunjukkan hasil bahwa opini going concern tidak berpengaruh, sedangkan peneliti Theng et al. (2014) dan Suarjana dan Widhiyani (2015) menyatakan bahwa opini going concern berpengaruh pada auditor switching. Meskipun penelitian mengenai auditor switching telah banyak dilakukan, tetapi dapat dilihat masih banyak terdapat perbedaan hasil. Hasil penelitian tersebut beragam, mungkin disebabkan oleh beberapa hal, seperti perbedaan sifat variabel dependen, variabel independen, sumber data yang digunakan, perbedaan tipe industri yang diteliti, proksi penelitian, periode pengamatan yang dilakukan atau metode statistik yang digunakan. Berangkat dari hasil penelitian yang masih memiliki tingkat perbedaan yang mencolok dan menimbulkan ketidakkonsistenan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching, maka penelitian ini meneliti kembali faktor-faktor yang belum konsisten terhadap auditor switching dengan acuan dari penelitian yang dilakukan oleh Sinarwati (2010), Salim dan Rahayu (2012), Wijaya dan Rasmini (2015) dengan melakukan pembaharuan yaitu penggabungan beberapa model yang sejenis dengan perbedaan bentuk penelitian dengan menambah variabel moderasi. Adapun faktor-faktor independen yaitu, ukuran perusahaan, financial distress, dan opini audit going concern, kemudian variabel moderasi yaitu reputasi auditor. Dimana, dengan adanya reputasi auditor diharapkan nantinya akan mengurangi fenomena auditor switching secara sukarela yang dilakukan oleh perusahaan karena manajemen beranggapan dengan menggunakan jasa auditor yang mempunyai reputasi baik, tentu saja memiliki
6 independensi yang baik pula, maka akan menghasilkan laporan audit yang berkualitas sehingga kepercayaan masyarakat terhadap informasi keuangan dari suatu perusahaan akan meningkat. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini: 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap auditor switching? 2. Apakah financial distress berpengaruh terhadap auditor switching? 3. Apakah opini audit going concern berpengaruh terhadap auditor switching? 4. Apakah reputasi auditor memoderasi hubungan ukuran perusahaan terhadap auditor switching? 5. Apakah reputasi auditor memoderasi hubungan financial distress terhadap auditor switching? 6. Apakah reputasi auditor memoderasi hubungan opini audit going concern terhadap auditor switching? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini: 1. Untuk mengetahui bukti empiris apakah ukuran perusahaan mempengaruhi auditor switching. 2. Untuk mengetahui bukti empiris apakah financial distress mempengaruhi auditor switching.
7 3. Untuk mengetahui bukti empiris apakah opini audit going concern mempengaruhi auditor switching. 4. Untuk mengetahui bukti empiris apakah reputasi auditor memoderasi hubungan ukuran perusahaan terhadap auditor switching. 5. Untuk mengetahui bukti empiris apakah reputasi auditor memoderasi hubungan financial distress terhadap auditor switching. 6. Untuk mengetahui bukti empiris apakah reputasi auditor memoderasi hubungan opini audit going concern terhadap auditor switching. 1.4 BATASAN MASALAH Perusahaan yang akan diteliti oleh penulis adalah perusahaan go public dalam kategori perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian pada tahun 2010-2014. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut ini: 1. Manfaat secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan ilmu pengetahuan dan referensi penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap auditor switching suatu perusahaan, sehingga hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengkonfirmasi hasil-hasil penelitian
8 sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah perusahaan melakukan auditor switching yang masih belum konsisten. 2. Manfaat secara praktis Bagi para pembuat regulasi, dapat dijadikan sebagai tambahan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching yang erat kaitannya dengan UU PT dan UU Pasar Modal. 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Adapun gambaran secara umum mengenai bagian-bagian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini diawali dengan landasan teori yang mendukung hipotesis, auditor switching, ukuran perusahaan, financial distress, opini audit going concern, reputasi auditor, penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis dan kerangka pemikiran. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, definisi dan pengukuran variabel penelitian, hipotesis operasional, metode yang digunakan dalam analisis penelitian serta metode pengujian hipotesis.
9 BAB IV: ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diawali dengan deskripsi atau gambaran umum dari obyek penelitian, dilanjutkan dengan analisis data dan pembahasan atas hasil analisis data. BAB V: PENUTUP Bab penutup menyajikan secara singkat mengenai apa yang telah diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam bagian kesimpulan yang dilanjutkan dengan implikasinya. Kemudian, dalam bab ini ditutup dengan keterbatasan dan saran yang dapat dipertimbangkan terhadap hasil penelitian.