BAB II PEMBENTUKAN KARAKTER

dokumen-dokumen yang mirip
Jangan Salah Menunjukkan Bukti Cinta Kepada Nabi

KEWA KEW JIBAN JIB BERS BER AB S AR

Islam Memuliakan Wanita

Orang Cerdas Tidak Percaya "Orang Pintar"

ANALISIS BUKU TEKS BINA FIKIH UNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH KELAS III KARYA LING TAJUDIN DKK OLEH DIAN RATNA SARI DEWI APRIL YANTI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan bagi setiap orang tua adalah memiliki anak-anak

BAB II PESAN MORAL DAN PERAN IBU

KAIFIAT DOA (2 / 4) WAKTU-WAKTU MUSTAJABAH

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

BAB I PENDAHULUAN. dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Tarbiyah. Oleh HIMMATUL ULYANI NIM.

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan kitab suci bagi umat Islam. Secara definitif, Alquran

Keutamaan Laa Ilaaha Illallah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih

By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

PENANAMAN DISIPLIN SISWA MELALUI SALAT BERJAMAAH DI MADRASAH TSANAWIYAH RAUDHATUSYSYUBBAN SUNGAI LULUT KABUPATEN BANJAR.

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

JADWAL PELAKANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELA PADA SANTRI TKA/ B TPQ PONDOK PEANTREN UMMUL QURA KENDARI TAHUN AJARAN 2017

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI

BAB I PENDAHULUAN. Al-Hafidz Dzaqiyuddin Abdul Adzim Bin Abdul Qawi Al-Mundzir, Terjemah Ringkasan Shahih Muslim, Insane Kamil, Solo, 2012, hlm. 968.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

Islam, Agama Paling Toleran

Azan adalah di antara syiar Islam untuk memanggil orang shalat. Keutamaan azan:

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

PERAN KOMPETENSI GURU AKIDAH AKHLAK DAN MUTU LULUSAN (STUDI PADA MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN KUDUS) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. ( Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 6. Islami, (Jogjakarta: Darul Hikmah, 2009), hlm. 83

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

CILACAP. lampiran foto-foto pelaksanaan kegiatan sosialisasi:

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Kontemporer), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hal. 7.

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik. kedewasaan dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya.

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 115.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

KAIFIAT DOA (4/4) ADAB DALAM BERDOA

BAB I PENDAHULUAN. yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. lebih global. Pendidikan sebagai investment in people untuk pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MEJA KURSI BELAJAR UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) YANG ERGONOMIS

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2009), hlm Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: PT Rineka

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB IV PANDANGAN ULAMA TERHADAP KETELADANAN RASULULLAH SAW.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

dan Allah Memberi Rizki dari Jalan yang Tak Disangka-Sangka

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan secara mendasar, karena membawa kepada perubahan individu sampai

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

Oleh. Salamun Rohman Nudin, S.Kom., M.Kom Etika Profesi/ Teknik Informatika Untag Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

Transkripsi:

BAB II PEMBENTUKAN KARAKTER A. Pembentukan Karater Secara etimologi kata karakter adalah tata-cara, adat-istiadat atau kebijaksanaan, kata karakter mempunyai arti yang sama dengan kata Yunani ethos, yang menurunkan kata etika. Sedangkan dalam bahasa Arab kata karakter berarti budi pekerti adalah sama dengan akhlak. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, dan kata karakter dikenal dengan arti kesusilaan. 1 Filsafat karakter adalah upaya untuk mensistematisasikan pengetahuan tentang hakikat moralitas dan apa yang dituntut dari seorang manusia tentang bagaimana seharusnya manusia hidup dan mengapa demikian. 2 Adapun pengertian dasar mengenai karakter sendiri ialah suatu keputusan tentang hal yang benar dan yang salah, keyakinan yang dimiliki manusia bahwa beberapa perbuatan adalah benar dan sepantasnya dikerjakan, bahwa ada perbuatan yang salah dan sepantasnya tidak dikerjakan.3 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang disusun oleh W.J.S. Purwadarminta, kata karakter berarti ajaran tentang baik buruk perbuatan dan 1 Bambang Daroeso, Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila (Semarang: Aneka Ilmu, 1986), 22. 2 James Rachels, Filsafat Moral, terj. A. Sudiarja (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 17. 3 Poespoprojo, Filsafat Moral (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), 101; Lukman Fahmi, Nilai-Nilai Moral dalam Syiir Sekar Cempaka (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2007), 21. 16

17 kelakuan (akhlak, kewajiban, dsb.), sedangkan N. Driyakarya S.J. dalam bukunya Percikan Filsafat dikatakan karakter atau kesusilaan adalah nilai yang sebenarnya bagi manusia.4 Menurut Salam bahwa istilah karakter adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, budi pekerti atau akhlak. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi budi-pekerti, penilaiannya adalah dari dalam jiwa, masih menjadi angan, imaji, cita, niat hati, sampai ia lahir berupa perbuatan nyata. Islam menjadikan al-qur an dan al-sunnah sebagai sumber moral utama. Pada keduanya tersurat dan tersirat apa yang wajib dan tidak wajib dilakukan. Kedua sumber ini sebagai pembimbing. Jika baik diganjar pahala dan jika jelek diganjar siksa.5 Pembentukan karakter adalah tugas pengajaran budi pekerti. Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran budi pekerti tidak lain adalah mendukung perkembangan hidup anak-anak, lahir batin dari sifat kodratinya menuju ke arah 4 Daroeso, Dasar dan Konsep, 22. Burhanuddin Salam, Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2000), 2; Lukman Fahmi, Nilai-Nilai Moral dalam Syiir Sekar Cempaka (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2007), 22. 5

18 peradaban dalam sifatnya yang umum. Pengajaran ini berlangsung sejak anak-anak hingga dewasa dengan memerhatikan tingkatan perkembangan jiwanya. 6 Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa obyek dari karakter sendiri ialah tingkah laku manusia, perbuatan manusia, tindakan manusia, baik secara individual maupun secara kelompok. Dalam melakukan perbuatan tersebut manusia didorong oleh 3 unsur, yaitu: a. Kehendak yaitu pendorong pada jiwa manusia yang memberi alasan pada manusia untuk melakukan perbuatan. b. Perwujudan dari kehendak yang berbentuk cara melakukan perbuatan dalam segala situasi dan kondisi. c. Perbuatan tersebut dilakukan secara sadar dan kesadaran inilah yang memberikan corak dan warna perbuatan tersebut.7 Landasan perbuatan manusia yang sifatnya tergantung pada tempat, waktu dan keadaan ialah berupa norma moral. Sehingga norma moral itu dapat berubah-ubah sesuai dengan waktu, tempat dan keadaannya. Pelaksanaan norma moral yang merupakan perwujudan dari nilai etik itu, tergantung pada manusianya. Penilaian moral dari perbuatan manusia ini meliputi semua aspek penghidupan, dalam hal ini hubungan manusia terhadap Tuhannya, terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat maupun terhadap alam. Tetapi tidak semua perbuatan manusia 6 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 123. 7 Daroeso, Dasar dan Konsep, 26.

19 mendapatkan penilaian moral. Perbuatan manusia dinilai secara moral bila perbuatan itu dilakukan berdasarkan kesadaran moral.8 Manusia sejak lahir mempunyai potensi karakter yang merupakan peralatan hidup sebagai makhluk sosial. Potensi karakter tersebut tumbuh dan berkembang secara bertahap dalam hubungan pergaulan dengan sesama manusia, alam dan masyarakatnya. Tahap-tahap lebih dulu tidak boleh dilewati, karena mendasari tahap berikut. Akhirnya terbentuklah kesadaran karakter dengan melalui tahap-tahap perkembangan.9 Teori tentang pengembangan karakter didasarkan atas 3 jenis teori yang dikemukakan oleh pakar penelitian psikilogi dan kemasyarakatan, yaitu sebagai berikut: a) Teori Pengembangan Kognitif Teori ini dipelopori oleh Piaget, yang prinsipnya perkembangan moral atauu budi pekerti seseorang melalui pola konsep tahapan yang secara berurutan mengalami perkembangan sikap seiring dengan pertambahan usia. Asumsi yang diungkapkan adalah sebagai berikut: 1) perkembangan karakter atau budi pekerti berlandaskan susunan kognitif atau unsur keputusan moral. 2) motivasi yang mengembangkan kesusilaan adalah penerimaan (rangsangan), kewenangan harga diri, dan kesadaran diri. 8 9 Ibid., 27. Ibid., 28.

20 3) aspek utama pengembangan budi pekerti adalah budaya yang umum, karena mengandung interaksi sosial, peran, dan pertentangan sosial yang seluruhnya berpadu dengan budi pekerti. 4) Norma dan prinsip dasar budi pekerti tersusun melalui pengalaman interaksi sosial, bukan penghayatan peraturan. 5) Perkembanagan budi pekerti lebih disebabkan oleh pengaruh lingkungan, bukan karena kekhususan keluarga, bertindak disiplin, dan mendapat hukuman atau ganjaran. 10 b) Teori Sosialisasi Teori sosialisasi atau belajar sosial dirintis oleh Whiting dan Child dengan mengemukakan asumsi sebagai berikut: 1) Perkembanagn budi pekerti adalah pertumbuhan perilaku dan ranah afektif yang disesuaikan dengan aturan-aturan budi pekerti. 2) Dorongan atas kesusilaan pada setiap tahap perkembangan budi pekerti didasarkan atas kebutuhan jasmaniah, ganjaran dan upaya menghindari hukuman. 3) Perkembangan budi pekerti secara relatif dipengaruhi oleh budaya. 4) Norma budi pekerti adalah penghayatan peraturan budaya dari luar diri seseorang. 10 Zuriah, Pendidikan Moral, 144-145.

21 5) Lingkungan hidup mempengaruhi perkembangan budi pekerti dalam berbagai bentuk penguatan ganjaran, hukuman, dan keteladanan yang ditampilkan orang tua atau pranata kemasyarakatan.11 c) Teori Psikoanalitik Teori ini dikemukakan oleh Freud, yang berasumsi mengenai perkembangan mkarakter sebagai proses penghayatan budaya atau norma orang tua. Tahap perkembangan karakter melalui tahap libidinal-instinctual dan kesusilaan sebagaimana ditampilkan superego tersusun dari pembentukan dan pemantapan pada masa awal perkembangan melalui penghayatan norma orang tua. 12 B. Periode dan Masa-masa Pembentukan Karakter Anak Anak juga merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dengan baik. Sebagai aset keluarga yang paling besar, Anak dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan nutrisi, stimulasi dan pola pengasuhan yang tepat. Agar masa golden age (0-5 tahun) anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.13 Anak adalah bentukan dari kedua bentukan kedua orang tuanya serta tumbuh berdasarkan didikan keduanya. Adapun langkah-langkah keduanya dalam memaksimalkan usahanya dalam mendidik, serta memberikan porsi yang sesuai 11 Ibid., 145. Ibid. 13 Bety Bea Septiari, Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua (Yogyakarta: NuhaMedika, 2012), 1. 12

22 dalam mendidiknya memiliki pengaruh yang signifikan dalam membentuk pribadinya.14 Pendidikan anak memiliki beberapa fase sebelum mencapai baligh, yakni: 1) Masa bayi, berlangsung ketika anak masih dalam keadaan menyusui sampai berusia 2 tahun. Pada masa ini sering ditemukan anak yang sering menangis dalam waktu yang panjang. Hal ini merupakan ungkapan atas ketidaksabarannya. Maka dari sini seorang anak mulai belajar melatih kesabaran dalam mengatasi keinginan dan hawa nafsunya. 2) Masa Awal kanak-kanak (sebelum mumayyiz). Masa ini berlangsung dari usia 2 tahun sampai akhir usia 6 tahun. Pada masa awal pertumbuhan ini anak cenderung meniru segala perbuatan orang-orang yang lebih besar di sekitarnya dan mendengarkan segala hal yang didengarnya. Ia berusaha belajar dan bergabung dengan mereka. 3) Akhir masa kanak-kanak (masa mumayyiz). Masa ini berlangsung dari usia 7 tahun sampai akhir 9 tahun. Anak-anak pada masa ini mulai lebih tenang, lebih berakal dan lebih memiliki benyak pertimbangan dari pada sebelumnya. 4) Masa Murahaqah (masa mendekati akil baligh atau puber). Masa ini berlangsung dari umur 10 tahun sampai umur 15 tahun atau sampai ia mencapai usia baligh (dalam fiqih). Pada masa sebelum seorang anak mencapai baligh, ada sebuah prinsip pendidikan yang harus diperhatikan dari segala sisinya untuk membentuk kepribadian 14 Murshafi, Mendidik Anak, 104.

23 yang normal, yaitu pendidikan psikologis dan mental anak. Karena pada masa ini terjadi peningkatan rasa emosi dan kasih sayang atau rasa simpati, yaitu dengan cara memenuhi kebutuhan anak seperti mainan, canda, cinta, kasih sayang, dan berbagai hal lain yang termasuk dalam kategori kebutuhan psikologis anak. Selain menjadikan anak memiliki kepribadian yang normal, juga supaya anak memiliki keseimbangan emosi, dan membebaskan anak dari tekanan mental.15 Memberi tanggung jawab pada anak secara bertahap dengan menanamkan dasar keimanan dan konsekuensinya yang benar. Ini sesuai dengan yang dicontohkan Allah atas turunnya ayat al-qur an dan hadis, yakni secara tadarruj (bertahap) agar mudah dipahami. Sebagaimana disebutkan Ibnu Khaldun: Didiklah anakmu 7 tahun pertama sebagai amir, 7 tahun ke-dua sebagai asir, dan 7 tahun ke-tiga sebagai wazir. a) Amir (0-7 tahun) di sini diartikan sebagai tuan atau putra mahkota, dilayani kebutuhannya, yakni orang tua memberi kebebasan kepada anak dengan disiplin kasih sayang. Ini adalah masa tahapan penanaman, saat yang tepat untuk menanamkan dan memunculkan dasar keimanan dan konsekuensinya (nilai fundamental) dan materi pengetahuan. Sebagai dasar bersikap yang akan dibawa anak pada masa berikutnya. b) Asir (7-14 tahun) di sini diartikan sebagai tawanan, dibiasakan adab yang sebenarnya, yakni orang tua membiasakan adab yang seharusnya dilakukan anak secara dialogis (memberi kebebasan tetapi disiplin yang bertumpu pada dorongan 15 Hadi, Menuntun Buah, 5.

24 atau pujian dan konsekuensi atau hukuman). Ini adalah tahapan pembiasaan. Penanaman dan pembiasaan inilah ya ng akan membentuk karakter diri yang menjadi akhlak anak. c) Wazir (14-21 tahun) di sini diartikan sebagai perdana mentri, anak seharusnya sudah terbiasa atau mandiri dengan disiplin akhlak yang telah dibiasakan di usia 7-14 tahun. Sehingga orangtua menjadi patner bagi anak memantau dan membimbing dengan memberi kebebasan tetapi tetap dengan disiplin yang bertumpu pada dorongan, kerjasama, dan konsekuensi.16 Adanya hubungan interaksi antara orang tua dengan anak, yang dikaitkan dengan moral, dan tanggung jawab adalah sesuatu yang harus diperhatikan. Bahkan dalam salah satu ayat al-qur an, kewaajiban berbuat baik kepada orang tua berada pada urutan kedua setelah taat kepada Allah. Firman Allah Surat Al-Isra> ayat 23: ك اﻟ ﻜﺒ ـ ﺮ أ ﺣﺪ ﳘ ﺎ أ و ﻛ ﻼ ﳘ ﺎ ﻓ ﻼ ﺗ ـﻘ ﻞ ﱡﻚ أ ﻻﱠ ﺗ ـ ﻌﺒ ﺪوا إ ﻻﱠ إ ﱠ ﻩ و ﻟ ﻮ اﻟ ﺪﻳ ﻦ إ ﺣﺴ ﺎ إ ﻣﱠﺎ ﻳـ ﺒـﻠ ﻐ ﱠﻦ ﻋ ﻨﺪ وﻗ ﻀ ﻰ رﺑ ف وﻻ ﺗ ـ ﻨـﻬ ﺮ ﳘ ﺎ وﻗ ﻞ ﳍﱠ ﻤ ﺎ ﻗـ ﻮﻻ ﻛ ﺮﳝ ﺎ ﳍﱠ ﻤ ﺎ أ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.17 Ketika al-qur an menempatkan kewajiban berbuat baik kepada orang tua (khususnya kepada ibu) pada urutan kedua setelah taat kepada Allah, bukan hanya 16 Suroso Abdussalam, Cara Mendidik Anak Usia Lahir- TK (Surabaya: Sukses Bublishing, 2012), 53-54. 17 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya..., 284.

25 disebabkan karena ibu memikul beban yang berat dalam mengandung, melahirkan dan menyusukan anak. Tetapi juga karena ibu dibebani tugas menciptakan pemimpinpemimpin umat. Fungsi dan peranan inilah yang menjadikannya sebagai umm atau ibu. Demi suksesnya fungsi tersebut, Tuhan menganugrahkan kepada kaum ibu struktur biologis dan ciri psikologis yang berbeda dengan kaum bapak. 18 Ibu yang mengandung 9 bulan, nyawa yang menjadi taruhannya saat melahirkan, menyusui hingga besar, menggantikan popok ketika buang air besar dan kecil, mendekapnya dengan penuh kasih sayang ketika merengek-rengek, dan bahkan segala kebutuhan yang diperlukan oleh sang anak, ibu akan memberikan dengan penuh ketulusan dan kasih sayang yang tidak terhingga. 19 Selain secara fisik, dan reproduksi, perbedaan perempuan dengan lakilaki juga menyangkut seputar spesifikasi daya pikir dan perilaku. Perempuan lebih cenderung melakukan aktifitas yang tenang, tentram dan lebih membutuhkan ketelatenan. ia juga lebih sensitif dalam memahami berbagai perasaan dibanding lakilaki. Sedangkan dalam hal pengetahuan tentang prinsip hidup sehari-hari, perempuan lebih menguasai dibanding laki-laki. Fakta lain yang berhasil ditemukan oleh ilmuan 18 M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 1994), 258. 19 Syaifullah, Rahasia Keajaiban, 10.

26 adalah bahwa pusat-pusat emosional pada perempuan, lebih cepat tumbuh dibandingkan pada laki-laki. 20 Ada sebuah istilah buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitu juga dengan karakter anak-anak. Seperti apa karakter yang mereka lihat sehari-hari, maka karakter itulah yang melekat pada diri mereka. Orangtua, khususnya seorang ibu merupakan sosok pertama yang ditemui anak-anak, yaitu seorang guru pertama yang dapat mendampingi anak-anaknya belajar mengenai hidup. Seorang ibu adalah contoh bagi anak-anak. Mereka melihat dan mendengar apa yang dilakukan dan dibicarakan oleh ibu.21 Islam menegaskan bahwa jiwa anak berada di atas nilai kasih sayang ibu. Kasih sayang adalah suatu yang wajib didapatkan anak dari ibunya. Sebuah ungkapan Bahasa Arab al-ummu al-madrasat al- u>la> ibu adalah tempat pendidikan pertama dalam kehidupan seorang manusia. 22 Ibu sebagai simbol keluarga dan rumah awal kehidupan merupakan sejarah pembangunan nilai dan karakter anak, sehingga sebuah ungkapan mengatakan jika di rumah penuh celaan, maka anak akan biasa memaki. Jika di rumah penuh permusuhan, maka anak belajar berkelahi. Jika di rumah penuh dengan ketakutan, maka anak akan selalu gelisah. Jika di rumah penuh dengan iri hati, maka anak belajar kedengkian. Jika anak di rumah penuh dengan dorongan, maka anak belajar 20 Hisham Thalbah dkk, Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur an dan Hadis 2, terj. Syarif Hade Masyah dkk (t.k.: Sapta Sentosa, 2010), 143-152. 21 Hairuddin, Membentuk Karakter, 9-10. 22 Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani: Pendidikan Karakter untuk Generasi Bangsa (Jakarta : Erlangga, 2012), 11.

27 percaya diri. Jika di ruamah penuh dengan toleransi, maka anak akan belajar menahan diri. Jika di rumah penuh dengan pujian, maka anak akan belajar menghargai. Jika di rumah penuh dengan penerimaan, maka anak akan belajar mencintai. Jika di rumah penuh denganm dukungan, maka anak akan belajar menyenangi diri. Jika di rumah penuh dengan rasa berbagi, maka anak akan belajar kedermawanan. Jika di rumah penuh dengan kejujuran dan keterbukaan, maka anak akan belajar kebenaran dan keadilan. 23 Seseorang yang hidup dalam sebuah lingkungan yang terpenuhi jiwanya, berbeda dengan orang yang hidup dalam sebuah lingkungan yang tidak terpenuhi kebutuhan jiwanya. Keadaan jiwa yang meliputi seorang anak sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian dan karakternya.24 Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikofisik, yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sedangkan karakter sebagai cirinya atau bagian dari kepribadian tersebut.25 Karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.26 Jadi karakter merupakan cerminan nilai pendidikan yang ada di suatu lingkungan rumah, sekolah, atau lainnya. Indikasi yang menjadi ciri khas atau 23 Ibid. Murshafi, Mendidik Anak, 57. 25 Rif at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur ani (Jakarta: Amzah, 2011), 16. 26 Nurla Isna, Mencetak Karakter Anak Sejak Janin (Jogjakarta: Diva Press, 2012), 11. 24

28 kebiasaan dari sebuah akhlak pada diri seseorang, sedang kebiasaan menunjukkan hasil dari cara berfikir (konsep berfikir) yang ada dalam diri seseorang atau anak akibat pola asuh, pengetahuan atau pembiasaan yang diterima. 27 Karakter menjadi sebuah gerak dialektis proses pembentukan individu secara dimanis sehingga menghasilkan karakter kepribadian yang stabil. Pendidikan karakter merupakan sebuah kesempatan, bukan aset yang telah dimiliki. Pendidikan karakter adalah sebuah peluang bagi penyempurnaan diri manusia. Dengan demikian pendidikan karakter dapat dipahami sebagai sebuah usaha manusia untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang berkeutamaan. Pendidikan karakter merupakan hasil dari usaha manusia dalam mengembangkan dirinya sendiri. 28 Karakter seseorang dapat dinilai apakah seseorang itu memiliki karakter yang kuat atau lemah. Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang sudah ada ketentuannya. Sedangkan, orang yang memiliki karakter lemah adalah orang yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya. Orang yang berkarakter dengan demikian seperti orang yang membangun dan merancang masa depannya sendiri. Ia tidak mau dikuasai oleh kondisi kodratinya yang menghambat pertumbuhannya. Sebaliknya, ia menguasainya, mengembangkannya demi kesempurnaan kemanusiaannya.29 27 Abdussalam, Cara Mendidik, 78. Doni Koesoema, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2010), 79-81. 29 Ibid., 91. 28

29 Karakter yang berkualitas adalah sebuah respons yang sudah teruji berkali-kali dan telah membuahkan kemenangan. Seseorang yang berkali-kali melewati kesulitan dengan kemenangan akan memiliki kualitas yang baik. Ujian bisa berupa tantangan, tekanan, kesulitan, penderitaan, atau hal-hal yang tidak disukai. Jika ujian itu berhasil dilewati, bukan hanya sekali tapi berkali-kali, maka kualitas itu telah dimiliki.30 Penanaman karakter adalah usaha pembentukan sikap, sifat, ciri-ciri sebuah akhlak tertentu melalui pembiasaan yang ditanamkan, dimunculkan, dilakukan, dan diperlihatkan. Sudah pasti apa yang anak-anak lihat (teladan atau sikap, hal-hal yang visual) dan yang mereka terima (pengetahuan atau informasi, penjelasan atau berbahasa, sikap, rasa) akan membentuk pikiran (konsep atau cara berfikir) yang akan membentuk ciri-ciri atau karakter diri, untuk dijadikan contoh dan acuan bersikap atau berperilaku mereka. Dari bersikap atau berperilaku inilah, terwujudnya akhlak yang menjadi bagian dari dirinya. 31 Upaya pembentukan karakter bagi anak sangatlah penting. Sebab, hal itu bertujuan membentuk pribadi-pribadi yang berakhlak mulia, toleran, senang membantu, gotong-royong, bermental tangguh, dan kompetitif, serta senantiasa memiliki ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Semua kemampuan ini dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan kepada TuhanYang Maha Esa. 32 30 Isna, Mencetak Karakter, 14-15. Abdussalam, Cara Mendidik, 79. 32 Isna, Mencetak Karakter, 23. 31

30 Orang tua tidak hanya diwajibkan memberi pendidikan kepada anak, tetapi juga mencetak karakter anak. Sebab, tidak kalah penting bagaimana orang tua mampu mencetak karakter anak agar benar-benar sejalan dengan nilai-nilai pendidikan yang diajarkan. Perlu disadari bahwa antara pendidikan dan karakter terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Secara sederhana, dapat digambarkan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang diketahui oleh anak. Sedangkan karakter adalah sesuatu yang harus diperbuat atau dilakukan oleh anak. 33 Jika seorang anak hanya mendapat pendidikan tanpa mendapat bimbingan untuk berprilaku baik sebagaimana nilai-nilai pendidikan yang dipelajarinya, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual, tetapi tindakan dan prilaku serta mentalnya seperti orang yang bodoh. Pendiddikan yang dilakukan tanpa dibarengi dengan pembentukan karakter sama halnya dengan jasad tanpa jiwa. Seseorang yang hanya terdidik, tetapi tidak terlatih atau terbentuk karakternya, maka ia hanya menjadi manusia tanpa mata, yang segala tindakannya cendrung pada halhal yang deskriminasi dan merusak.34 Perlu diketahui, bahwa pengalaman dan perhatian yang didapatkan anak semenjak dua tahun pertama dari kehidupannya juga sangat mempengaruhi anak dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan rasa malu dan raguragu. Dengan demikian, jenis pengalaman itu menpengaruhi kemampuannya dalam 33 Ibid., 13. Ibid., 13-14. 34

31 menciptakan hubungan-hubungan di masa depan bersama orang-orang yang berada di luar lingkup keluarganya.35 Menurut para ilmuan, 90 persen dari rasa rendah diri yang diderita banyak orang dewasa, harus dicari faktor penyebabnya pada perlakuan yang dialaminya sebelum dewasa, terutama pada awal masa pertumbuhan.36 Rasulullah SAW bersabda: : ﺎل ﺣ ﱠﺪﺛـ ﻨ ﺎ ﺳﻌ ﻴ ﺪ ﺑ ﻦ ﻋ ﻤ ﺎ رة ﻗ : ﺎل ﱡﺎش ﻗ ﺣ ﱠﺪﺛـ ﻨ ﺎ ﻋﻠ ﱡﻲ ﺑ ﻦ ﻋﻴ : ﺎل س اﻟ ﻮﻟ ﻴ ﺪ اﻟ ﺪ ﻣ ﺸ ﻘ ﱡﻲ ﻗ ﺣ ﱠﺪﺛـ ﻨ ﺎ اﻟ ﻌﺒﱠﺎ ﺎل ﺻﻠﱠﻰ ﷲ ﻋﻠ ﻴ ﻪ و ﺳﻠﱠ ﻢ ﻗ ﻞ ﷲ ﻋ ﻦ رﺳ, ث ﻚ ﳛ ﺪ ﺲ ﺑ ﻦ ﻣ ﺎﻟ ﺖ أ ﻧ ﲰﻌ : ﺎل ث ﺑ ﻦ اﻟﻨﱡـ ﻌﻤ ﺎ ن ﻗ ﱐ اﳊ ﺎر أ ﺧﺒ ـﺮ ٣٧ " ﺴﻨـ ﻮ ا أ دﺑـ ﻬ ﻢ "أ ﻛ ﺮ ﻣﻮا أ و ﻻ د ﻛ ﻢ و أ ﺣ : Menceritakan kepadaku Abbas bin Walid Ad-Dimashqi, ia mengatakan: bahwa Ali bin Ayyash mengatakan kepada kami, ia berkata: Sa id bin Umarah menceritakan kepada kami, ia mengatakan :Harits bin al-nu man memberi kabar kepadaku, ia mengatakan : Aku mendengar Anas bin Malik berkata, Rasulullah saw, bersabda : ". Hormatilah anak-anakmu dan jadikan bagus akhlak mereka." 35 Murshafi, Mendidik Anak, 105-106. M. Quraish Shihab, Lentera Hati..., 263-264. 37 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (Riyadh: Maktabah al-ma arif. t.t), 609. 36