BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami kegagalan dalam mengelola dirinya sendiri. Masalah yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan teknik korelasi. Menurut Arikunto (2002 ) penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi variabel-variabel penelitian. Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa. berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES KESABARAN VERSI KEDUA PADA MAHASISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis yang telah disusun. Dalam penelitian yang bersifat kuantitatif ini, maka

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. untuk melihat perbedaan (kepercayaan diri) ditinjau dari jenis kelamin.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. banyak menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2009). B. Identifikasi Variabel Penelitian

cenderung mengalami optimisme yang rendah. BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini terdapat variabel sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu syukur sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Teknik analisis komparasional

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menemukan apakah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Korelasional bivariat kuantitatif, karena penelitian ini melibatkan satu

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006: 12). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. metode korelasional, yaitu dengan melihat hubungan antara dua variabel,

BAB III METODE PENELITIAN. (Suryabrata, 2004). Sedangkan menurut Winarsunu (2006), variabel diartikan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. (X) dengan perilaku caring perawat sebagai variabel terikat (Y). Alat ukur yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel Dependen: Perilaku mengemudi agresif

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

ASSALAMU ALAIKUM WA RAHMATULLAHI WA BARAKATUH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. membuktikan secara empiris hipotesis tersebut maka variabel yang diteliti:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan suatu metode untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. Operasional Variabel Penelitian, (c) Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. B. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Setelah menelaah dan didasari teori yang telah ada dipaparkan pada bab B. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional yang meneliti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan sikap warga terhadap peran polisi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. 2003). Menurut jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Menurut Bambang (2005, h. 53) rancangan penelitian adalah mencatat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12)

BAB III METODOLOGI. satu dari beberapa alternatif keputusan atau tindakan dimana tidak semua

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunuh diri merupakan tindakan yang sangat personal, pribadi dan rumit. Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri menunjukkan bahwa dirinya mengalami kegagalan dalam mengelola dirinya sendiri. Masalah yang muncul dalam kehidupan seseorang tidak diselesaikan dengan tuntas, tetapi justru menggunakan cara alternatif yaitu mengakhiri hidupnya. Oleh karena itu, gejala awal bunuh diri adalah seseorang mengalami gejala depresi, dimana seseorang tidak mampu untuk mengelola dirinya sendiri dengan baik. Perilaku bunuh diri merupakan fenomena yang marak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Kisaran tahun 2000-2012, WHO (2014) memperkirakan ada lebih dari 800.000 orang yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya. Menurut WHO, kasus bunuh diri merupakan peringkat ketiga yang menjadi penyebab kematian pada usia 15-44 tahun pada pria dan wanita. Indonesia menempati peringkat 137 dari 172 negara yang memiliki kasus bunuh diri terbanyak di dunia. Berdasarkan data estimasi WHO (2014), pada tahun 2012 angka bunuh diri di Indonesia mencapai 4,3% per 100.000 populasi. Media massa seperti Tribun Yogya memberitakan sekitar 27 kasus bunuh diri di Yogyakarta pada tahun 2015 (Tribun Yogya, 2015). Tribun Yogya memberitakan banyak cara yang digunakan untuk melakukan tindakan

2 bunuh diri dengan latar belakang yang sebagian besar karena masalah ekonomi, sakit penyakit dan depresi berat. Menurut Kementrian Kesehatan RI, angka kematian bunuh diri akibat depresi mencapai 160 orang per tahunnya (Banfatin, 2013). Rasa sakit psikologis yang dialami oleh individu dan perasaan frustasi yang bertahan lama menyebabkan individu melihat bunuh diri sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa menghentikan rasa sakit yang dirasakannya. Bunuh diri menjadi permasalahan yang penting untuk segera ditangani dengan benar. Perlu adanya Deteksi dini kecenderungan bunuh diri dapat digunakan membantu seseorang yang telah merasa putus asa dengan hidupnya. Deteksi dini kecenderungan bunuh diri dapat dijadikan acuan awal bagi klinisi, konselor atau tenaga medis untuk membantu seseorang menemukan dan meningkatkan kualitas hidup seseorang yang merasa putus asa terhadap hidupnya. Dalam membuat deteksi dini, perlu diperhatikan mengenai prosedur penyusunan skala psikologi. Pengukuran skala psikologi merupakan prosedur menentukan kualitas atau kuantitas dari karakteristik subjek penelitian. Pengukuran skala psikologi terhadap aspek-aspek psikologis dilakukan dengan mengkuantifikasikan fenomena yang terjadi, sehingga mempermudah penggolongan, penafsiran dan evaluasi terhadap fenomena tersebut. Pengembangan skala psikologi dapat dilakukan dengan membuat skala atau melakukan adaptasi terhadap skala yang telah dibuat di luar negeri (Murti, 2011). Skala yang baik mampu memberikan informasi yang tidak menyesatkan. Informasi yang dihasilkan

3 oleh skala sebaiknya sesuai dengan kondisi yang terjadi sebenarnya pada individu atau fenomena yang terjadi (Azwar,2010). Djaali (2008) menyatakan bahwa instrumen berupa skala psikologi adalah suatu alat yang karena memenuhi persyaratan akademis maka dapat dipergunakan sebagai alat untuk mendeteksi atau mengukur suatu objek atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian. Suatu instrumen ukur yang reliabel dan valid dapat memberikan informasi yang akurat mengenai keadaan subjek yang dikenai tes (Azwar, 2010). Dalam penentuan alat ukur yang baik perlu adanya dilakukan uji validitas dan reliablitas untuk melihat sejauhmana alat ukur mampu memberikan hasil pengukuran yang dapat dipercaya dan memberikan gambaran yang cermat mengenai perilaku seseorang. Hal ini sangat penting dilakukan, karena jika terjadi kesalahan informasi dalam instrumen ukur yaang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kesimpulan dan keputusan, maka tentulah kesimpulan dan keputusan menjadi tidak tepat, sehingga dapat menimbulkan akibat yang parah. Hal ini dikarenakan, nasib manusia ditentukan oleh hasil instrumen ukur (Azwar, 2010). Pencegahan yang efektif dalam tindakan bunuh diri adalah menyadari gejala-gejala yang nampak pada seseorang yang memiliki kecenderungan bunuh diri. Salah satu cara dengan menyusun instrumen untuk mendeteksi kecenderungan bunuh diri. American Psychiatric Assosiation (APA) telah

4 mengembangkan guideline yang bisa digunakan oleh dokter atau perawat untuk menangani pasien dengan tindakan bunuh diri (2010). Seghatoleslam (2012) melakukan penelitian dengan melibatkan 223 wanita yang pernah mencoba melakukan dan memiliki ide bunuh diri. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki sejarah mencoba bunuh diri memiliki indikasi klinisi dengan tingkat psikopatologi yang tinggi. Penelitian mengenai instrumen dilakukan oleh Osman (2000) yang menguji validitas konstruk dan sifat psikometrik dari The Multi-Attitude Suicide Tendency Scale pada pasien rawat inap psikiatri remaja. Tujuan penelitian ini adalah menyusun kecenderungan bunuh diri pada subjek remaja. Dalam skala yang diujinya ada empat subscale yaitu attraction to life, repulsion by life, attraction to death dan repulsion by death. Penelitian osman dilakukan kepada 180 subjek remaja yang mengalami depresi sehingga diperoleh 30 aitem dalam skalanya. Beck (1979) pun menyusun skala untuk mendeteksi seseorang yang memiliki kecenderungan bunuh diri yang dinanamakan Beck Scale for Suicide Ideation (BSSI). Beck melakukan penelitiannya kepada 90 pasien yang mengalami depresi di rumah sakit, serta membandingkan BSSI dengan beberapa skala yang telah diuji validitas dan reliabilitas sebelumnya. Peneliti mengangkat tema penelitian mengenai penyusunan skala deteksi dini kecenderungan bunuh diri karena maraknya bunuh diri di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, seperti yang diberitakan oleh tribun yogya. Disamping itu, kurangnya alat untuk mendeteksi bunuh diri secara cepat dan akurat, oleh karena itu peneliti mengangkat tema ini sebagai bahan penelitian.

5 Penelitian ini disusun berdasarkan teori yang ada dan didukung oleh olah lapangan melalui wawancara kepada beberapa orang yang gagal melakukan tindakan bunuh diri. Peneliti melakukan wawancara pada subjek-subjek tersebut. Hasil wawancara dengan subjek menunjukkan perilaku-perilaku yang dimunculkan oleh subjek sebelum memutuskan melakukan bunuh diri, yaitu gejala depresi, memikirkan mengenai hidup yang berat untuk dijalani, perasaan bersalah untuk menghantui seumur hidup dan berulang kali berpikir untuk mati. Hal ini menunjukkan bahwa bunuh diri bukan merupakan proses yang tiba-tiba terjadi, tetapi ada runtutan proses dan perilaku awal yang menunjukkan keinginan untuk mati. Jika perilaku awal ini dapat dideteksi dini sehingga orang-orang disekitarnya segera menyadari dan memberikan pertolongan pertama, maka subjek tidak akan melakukan tindakan bunuh diri. Disamping itu, sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai bunuh diri di Indonesia terfokus pada penyebab-penyebab, faktor-faktor, dan peristiwaperistiwa bunuh diri. Penelitian Darmaningtyas (2002) mengenai Pulung Gantung merupakan salah satu penelitian sosial mengenai bunuh diri di Gunung Kidul. Penelitian Darmaningtyas berfokus pada penyebab bunuh diri yang banyak terjadi di Gunung Kidul yang dilihat dari sisi ekonomi hingga mitologi pulung gantung sebagai suatu kepercayaan. Penelitian yang dilakukan di Bali oleh Sudhita (2010) yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab bunuh diri di kalangan pelajar, mengetahui cara/metode apa yang digunakan untuk bunuh diri serta mencari alternatif pencegahan atau penanggulangan bunuh diri di

6 kalangan pelajar di Bali. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Sunarti (2012) berfokus untuk mengetahui keterkaitan antara tipe kepribadian, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi dengan ide bunuh diri. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitrianatsany (2013) yang berfokus pada menelaah tentang motif sosial terhadap tindakan bunuh diri yang dikarenakan masalah keturunan di Desa Wonorejo, Srengat, Blitar, Jawa Timur. Oleh karena itu, peneliti menyusun skala deteksi dini kecenderungan bunuh diri agar dapat mendeteksi kecenderungan seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Instrumen disusun dengan memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitas alat ukur yang dibuat. Pentingnya tingkat kepercayaan dan keajegan alat ukur untuk melihat variabel secara lebih objektif, dan mampu menghasilkan instrumen yang bisa digunakan di berbagai kalangan. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menyusun skala deteksi dini kecenderungan bunuh diri sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi seseorang yang memiliki kecederungan bunuh diri dan mampu menggambarkan kondisi subjek yang sebenarnya. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat yaitu sebagai berikut:

7 1. Bagi praktisi di bidang psikologi dan medis, diharapkan dapat digunakan untuk mendeteksi kecenderungan bunuh diri pada seseorang, sehingga dapat digunakan sebagai referensi untuk menangani permasalahan subjek atau pasien bunuh diri. 2. Bagi peneliti, diharapkan alat deteksi dini kecenderungan bunuh diri dapat digunakan sebagai pijakan langkah penelitian lanjutan. D. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan: 1. Penelitian Seghatolrdls, Habi, Rashid, Mosavi, Asmaee dan Naseri (2012) mengenai prediksi seseorang akan melakukan bunuh diri. Penelitian ini melibatkan 223 wanita telah mencoba melakukan bunuh diri. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki sejarah mencoba bunuh diri memiliki indikasi klinis dengan tingkat psikopatologi yang tinggi. Atas dasar alat ukur yang dibuat oleh para peneliti tersebut, mereka mengklasifikasikan faktor prediksi bunuh diri yaitu pernah melakukan usaha bunuh diri, penyakit mental seperti depresi, memiliki ide bunuh diri, penyakit mental dalam keluarga, usia muda dan penyalahgunaan zat. 2. Penelitian Osman (2000) mengenai uji validitas konstruk terhadap The Multi-Attitude Suicide Tendency Scale. Dalam skala yang diuji ini ada 28 aitem yang terdiri empat subscale yaitu attraction to life, repulsion by life, attraction to death dan repulsion by death. Subjek penelitian ini

8 terdiri dari 180 remaja dengan rentang usia 14 sampai 17 tahun yang diambil dari pasien psikiatri di rumah sakit. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa skor tinggi pada penolakan terhadap kehidupan (koefisien = -1.99, p = 0.046) dan dimensi keinginan (koefisien = 2.21, p = 0.027) untuk mati dapat digunakan untuk memprediksi usaha bunuh diri. Hasil analisis regresi hirarki menunjukkan bahwa penolakan tinggi terhadap hidup dan skor keinginan untuk mati tinggi memiliki kontribusi untuk memprediksi skor pada skala kecenderungan bunuh diri. 3. Penelitian Ghasemi, Shaghaghi, dan Allahvervipour (2015) mengenai pengukuran skala keinginan dan sikap bunuh diri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengumpulkan bukti penelitian yang memperkenalkan skala yang telah di validasi untuk melihat sikap dan keinginan bunuh diri, sehingga memberikan gambaran empiris dalam mengadopsi alat atau skala yang relevan mengenai tindakan bunuh diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa skala mengenai keinginan dan sikap bunuh diri dapat diperkenalkan dan diterapkan pada populasi etnik dan sosila yang beragam. 4. Penelitian Beck, Kovacs dan Weissman (1979) mengenai assesment niat bunuh diri berupa The Scale of Suicide Ideation (SSI). Dalam penelitian ini, Beck dkk menyusun 19 aitem yang diujicobakan kepada 90 pasien yang berada di rumah sakit dengan kasus melukai diri sendiri. Berdasarkan ujicoba SSI kepada 90 pasien diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,89 yang berarti SSI memiliki hasil pengukuran yang akurat.

9 Validitas konkuren SSI merupakan evaluasi dengan membandingkan skor skala dengan skala keinginan bunuh diri atau kecenderungan bunuh diri lainnya. Oleh sebab itu, Skor SSI dibandingkan dengan skor BDI pada dimensi keinginan merusak diri sendiri, dan diperoleh korelasi skor keinginan bunuh diri dan aitem pada BDI sebesar 0,41 (p < 0,001). Korelasi yang relatif rendah mungkin mencerminkan jangkauan terbatas pada aitem BDI. Penggunaan SSI sebagai kriteria pengukuran, memiliki korelatif positif antara keputusasaan dan depresi pada kecenderungan bunuh dri (r = 0,47, p < 0,001, dan r = 0,39, p < 0,001). Faktor analisis yang digunakan menggunakan product moment. Analisis menghasilkan lima komponen, yang terdiri dari tiga komponen bermakna psikologis, sedangkan dua komponen lainnya merupakan komponen tambahan yang memiliki kesamaan yang sulit ditafsirkan. Oleh karena itu, dibagi menjadi tiga komponen yaitu keinginan bunuh diri yang tinggi, rencana untuk melakukan bunuh diri dan keinginan bunuh diri yang rendah, dengan koefisien lebih dari 0,50.