RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 90/PUU-XV/2017 Larangan Bagi Mantan Terpidana Untuk Mencalonkan Diri Dalam Pilkada I. PEMOHON Dani Muhammad Nursalam bin Abdul Hakim Side Kuasa Hukum: Effendi Saman, S.H., dan Nandang Wirakusumah, SH., Konsultan Hukum dari Effendi Saman and Associate Law Firm, memilih domisili hukum pada Jalan Veteran I Nomor 33 Jakarta Pusat, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 9 Oktober 2017. II. III. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Pasal 7 ayat 2 huruf (g), (h), dan (i) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas tentang Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang (selanjutnya disebut UU 10/2016). KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyatakan: Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata 1
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi ; 2. Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyatakan bahwa: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum ; 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang -Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) menyatakan bahwa: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; 4. Bahwa objek permohonan adalah pengujian materiil Pasal 7 ayat 2 huruf (g), (h), dan (i) Undang -Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas tentang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang (selanjutnya disebut UU 10/2016), oleh karena itu Mahkamah berwenang untuk melakukan pengujian Undang- Undang a quo. IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) 1. Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK: Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu: (a) perorangan WNI, (b) kesatuan masyarakat hukum a dat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara 2
kesatuan RI yang diatur dalam undang-undang, (c) badan hukum publik dan privat, atau (d) lembaga Negara. ; 2. Berdasarkan Putusan MK Nomor 006/PUU-III/2005 dan Nomor 010/PUU/III/2005 menyatakan bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional harus memenuhi 5 (lima) syarat yaitu: a. adanya hak konstitusional para Pemohon yang diberikan oleh Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. b. hak konstitusional para Pemohon tersebut dianggap oleh para Pemohon telah dirugikan oleh suatu Undang-Undang yang diuji. c. kerugian konstitusional para Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik atau khusus dan aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi. d. adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan berlakunya Undang- Undang yang dimohonkan untuk diuji. e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi. 3. Bahwa Pemohon adalah warga negara Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Indragiri Hilir dari Partai PKB Partai Kebangkitan Bangsa, melalui Pemilu Legislatif tahun 2014-2019; 4. Pemohon mendalilkan berlakunya ketentuan Pasal UU a quo bersifat diskriminatif dan telah menciderai hak konstitusional seseorang sebagai warga Negara yang juga mempunyai hak untuk di pilih; 5. Pemohon menyatakan kerugian konstitusional yang dideritanya terkait berlakunya ketentuan Pasal 7 ayat 2 huruf ( g), (h), dan (i) Undang -Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas tentang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang (selanjutnya disebut UU 10/2016). 3
V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN Pengujian Materiil UU 10/2016 yaitu: 1. Pasal 7 ayat 2 huruf (g), (h), dan (i): Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: g. tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana; h. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; i. tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat keterangan catatan kepolisian; B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945. 1. Pasal 18 ayat (4): Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah propinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Pemohon berdasarkan surat Petikan Putusan Pengadilan Negeri Tembilahan Nomor 001/PDT.B/2010/PN.TBH. telah mendapatkan putusan pidana selama 3 bulan penjara pada tahun 2010 karena perkara pidana judi. Putusan tersebut telah dijalani dan mempunyai keputusan tetap (inkrah) dan tidak ada amar dalam putusan yang menyatakan hak politik pemohon telah dicabut bukti (P.5); 2. Pemohon mendalilkan berlakunya Pasal 7 ayat (2) huruf (g) pada UU 10/2016 bersifat diskriminatif dan telah menciderai hak konstitusional seseorang sebagai warga Negara yang juga mempunyai hak untuk dipilih; 3. Terkait dengan bunyi Pasal UU a quo, larangan terpidana untuk maju sebagai kepala daerah menjadi tidak berlaku mutlak dalam pasal tersebut. Sebab, dalam pasal itu terdapat frasa "... bagi mantan terpidana telah secara terbuka 4
dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana" Dengan frasa ini, posisi kemutlakan syarat tidak pernah sebagai terpidana pun hilang. Dalam arti, yang berhak menjadi calon kepala daerah bukan hanya orang yang tidak pernah sebagai terpidana saja, melainkan orang yang pernah menjadi terpidana dan atau mantan terpidana, Bahwa pelaku tindak pidana yang tidak diperbolehkan mencalonkan diri menjadi kepala daerah adalah mantan terpidana bandar narkoba, dan kejahatan seksual terhadap anak. 4. Bahwa Pemohon saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Indragiri Hilir yang diperoleh melalui Pemilu Legislatif 2014-2019 dari Partai Kebangkitan Bangsa. Persyaratan yang sama akan diberlakukan kepada calon anggota legislatif tahun 2014-2019. Sesuai dengan UU No 8 Tahun 2012 Bab 7 Bagian Kesatu, tentang persyaratan bakal calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan Kabupaten Kota pada Pasal 51 poin 7 tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena melakukan pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih. VII. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan bahwa Pemohon berhak menggunakan hak politiknya, mencalonkan diri sebagai bupati di Kabupaten Indragiri Hilir, sebagaimana pasal pasal sebagaimana Undang-Undang No 10 Tahun 2016 Pasal 7 ayat (1) yang berbunyi : Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk mencalonkan diri dan di calonkan sebagai calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur, calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, calon Walikota dan Calon Wakil Walikota; 5
3. Memohon kepada hakim, agar pemohon diberikan hak politiknya untuk mendaftarkan diri sebagai calon Bupati dan dapat diterima oleh KPU Kabupaten Indragiri Hilir dalam pilkada Tahun 2018; 4. Memohon kepada Majelis Hakim, agar memberikan penjelasan yuridis dalam amarnya, Karena akan dapat menimbulkan kerugian dimana kerugian tersebut bersifat spesifik dan potensial yang berdasarkan penalaran yang wajar dipastikan akan terjadi. Oleh karena itu, dengan dikabulkannya permohonan ini oleh MK sebagai the sole interpreter of the constitution dan pengawal konstitusi maka kerugian Hak Konstitusional Pemohon tidak akan terjadi lagi; 5. agar pemohon diberikan hak konstitusi untuk dipilih dan bukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf g dan h Tahun 2016 tentang pemilihan gubernur, bupati dan walikota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5898) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 6. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya; 7. Apabila Mahkamah berpendapat lain mohon Putusan seadil-adilnya (ex aequo et bono). 6