RESPON PEMUPUKAN N DAN P UNTUK TANAMAN JAGUNG PADA INCEPTISOLS

dokumen-dokumen yang mirip
Respon Tanaman Jagung terhadap Pemupukan Fosfor pada Typic Dystrudepts

PENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP HASIL PADI VARIETAS CIHERANG DAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL, BOGOR

KEBUTUHAN PUPUK MOP PADA TANAH INCEPTISOL BOGOR ( * ) DENGAN STATUS HARA K-POTENSIAL DAN K-TERSEDIA RENDAH UNTUK TANAMAN JAGUNG

PENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK (16:16:15) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L) DI TANAH INCEPTISOLS

Pengaruh Silikat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah pada Tanah Ultisol

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

Hara P merupakan salah satu faktor pembatas. Respon Tanaman Jagung Hibrida terhadap Fosfat Alam pada Tanah Inceptisol. A. Kasno

TAKARAN PUPUK P UNTUK TANAMAN JAGUNG PADA TANAH BERKESUBURAN KIMIA SEDANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI

RESPON TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK MIKRO MAJEMUK

Hasil jagung dapat ditingkatkan dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

PENGARUH PEMUPUKAN FOSFAT TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAH INCEPTISOL DAN ULTISOL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI EFEKTIVITAS PUPUK AMAGRO-S TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SAWAH MINERAL MASAM LAMPUNG TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

Pemupukan berimbang spesifik lokasi merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

IV. HASIL PENELITIAN

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

PENGARUH MIKROBA KONSORSIA Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp. TERHADAP HASIL CAISIM PADA TANAH MASAM ULTISOL JASINGA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

III. METODE PENELITIAN

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

III. BAHAN DAN METODE

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL CAISIM (Brassica rapa convar) DI INCEPSTISOLS

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

RINGKASAN Maspeke, S. P dan Nurdin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA TERPADU TERHADAP NERACA HARA N, P, DAN K PADA VARIETAS PADI VUTB LAHAN SAWAH BERMINERAL DOMINAN LIAT 2:1 (MONSMORILONITIK)

Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering)

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH BAHAN ORGANIK DAN PUPUK NPK TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI JAGUNG DI INCEPTISOL TERNATE

III. BAHAN DAN METODE

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.1, Januari 2017 (22):

III. BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

Pengelolaan Hara Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Lahan Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Potensial

Efektivitas dan Neraca Hara Pupuk SNL dan SNP untuk Jagung pada Tanah Inceptisol di Bogor

UJI EFEKTIVITAS PUPUK NPK MAJEMUK BERKAH PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENGARUH PUPUK ORGANIK BERKADAR BESI TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

NERACA HARA N, P, DAN K PADA PENGELOLAAN HARA TERPADU LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT CAMPURAN DAN 1:1

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

III. BAHAN DAN METODE

Metha Deviana, Dermiyati, Jamalam Lumbanraja, Ainin Niswati & Sutopo Ghani Nugroho

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

RESPON PEMUPUKAN N DAN P UNTUK TANAMAN JAGUNG PADA INCEPTISOLS A. Kasno Balai Penelitian Tanah ABSTRAK Pemupukan N dan P pada lahan kering sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi jagung pada lahan kering Inceptisol. Tanah Inceptisol merupakan tanah yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian. Penelitian bertujuan untuk untuk mempelajari pengaruh pemupukan N dan P terhadap pertumbuhan dan hasil jagung pada tanah Inceptisol. Penelitian dilakukan pada lahan kering di Desa Cemplang, Kecamatan Cibungbulang, Bogor pada MH. 2008/2009. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, 10 perlakuan dan 3 ulangan. Sumber pupuk NP yang digunakan adalah pupuk majemuk Mono Amonium Phosphate, N dan P tunggal. Perlakuan terdiri dari 6 dosis pupuk Mono Amonium Phosphate, yaitu 0, 50, 100, 200, 300, dan 400 kg/ha. Ditambah perlakuan Kontrol (-NP), NK (-P) dan PK (-N). Setiap petak percobaan ditambah 2 t pupuk kandang/ha dan 150 kg KCl/ha sebagai pupuk dasar. Petak perlakuan berukuran 5 m x 4,5 m, petak panen dilakukan pada ubinan berukuran 3 x 3 m. Jagung hibrida bisi 16 digunakan sebagai indikator, ditanam dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm dengan 2 tanaman per lubang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan Mono Amonium Phosphate nyata meningkatkan hasil jagung sama dengan pemupukan N dan P dari pupuk tunggal. Berdasarkan grafik, dosis pupuk MAP optimum adalah 200 kg + 250 kg urea/ha. Nilai RAE pupuk MAP > 100, keuntungan tertinggi dicapai pada dosis 100 kg MAP/ha dengan R/C 2,04. PENDAHULUAN Hara N merupakan hara makro, pada kondisi oksidasi hara N banyak diserap tanaman dalam bentuk NO 3 -. Pada lahan kering hara N dalam bentuk NO 3 - lebih tinggi daripada bentuk NH 4 +, tanah dari Sriwijaya dari pupuk urea yang ditambahkan 0,034% N menguap, 3,97% dalam larutan tanah dalam bentuk nitrat, yang tercuci 1,01% amonium dan 18,05% nitrat, yang diserap tanaman 52,9% (Mulyani et al., 2002). Pemberian bentonit dapat memegang dan menurunkan pencucian NH 4 + 38-43% (Sitthhanit et al., 2010). Dalam tanah hara N bersifat mobil, mudah hilang apalagi dengan pemberian yang kurang tepat. Hampir semua tanaman baik di lahan sawah maupun lahan kering sangat membutuhkan hara N. 13

A. Kasno Hara P merupakan hara makro kedua setelah N, dalam tanaman berfungsi dalam penyimpanan dan transfer energi. Hara P merupakan komponen penting dalam asam nukleat, koenzim, nukleotida, fospoprotein, fospolipid dan gula fosfat. Pemupukan P nyata meningkatkan hasil kedelai pada Ultisol Sumatera Utara dan Inceptisol Jawa Barat yang berstatus P sangat rendah dan rendah (Sutriadi dan Nursyamsi, 2003). Pemberian pupuk P pada tanah Ultisol di Jagang, Lampung Utara nyata meningkatkan hasil jagung, dosis optimal pupuk P adalah 90 kg/ha dengan menggunakan pupuk P-alam (Nurjaya et al., 2007). Pemupukan 57 kg P/ha pada Typic Dystropept di Pauh Menang, Jambi nyata meningkatkan hasil jagung, jumlah pupuk P untuk mencapai hasil relatif 85% menurun dari 62, 40, dan 28 kg P/ha untuk tanaman ke 1, 3, dan 4 (Santoso et al., 2000). Tanah Inceptisol merupakan tanah yang potensial untuk pertanian lahan kering, luas mencakup 36,14% (52,03 juta ha) (Hidayat dan Mulyani, 2005). Pemupukan K nyata meningkatkan hasil jagung, kebutuhan pupuk MOP Rusia untuk mencapai keuntungan maksimum sebesar 119 kg/ha (Nursyamsi et al., 2005). Berdasarkan uraian di atas peningkatan produksi jagung pada tanah Inceptisol perlu pemupukan hara N dan P. Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk NP majemuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada tanah Inceptisol. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada lahan kering tanah Inceptisol di Desa Cemplang, Kecamatan Cibungbulang, Bogor pada MH 2008/2009. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (Randomized Complete Block Desing), 10 perlakuan dan tiga ulangan. Sumber pupuk NP yang digunakan adalah pupuk majemuk Mono Amonium Phosphate (MAP), juga pupuk N dan P tungggal dari urea dan SP-36. Perlakuan terdiri atas 6 dosis pupuk MAP, yaitu: 0, 50, 100, 200, 300, dan 400 kg/ha. Pada perlakuan pupuk MAP perlu ditambah pupuk N tunggal agar hara N yang ditambahkan setara dengan dosis standar NP. Sebagai standar digunakan pupuk Urea dan SP-36 dengan dosis 350 kg dan 150 kg/ha. Perlakuan ditambah dengan Kontrol (-NP), NK (-P) dan PK (-N). Dosis pupuk SP-36 dan KCl ditentukan dengan menggunakan PUTK. Setiap petak percobaan ditambah pupuk kandang dengan takaran 2 t/ha dan 150 kg KCl sebagai pupuk dasar. 14

Respon Pemupukan N dan P untuk Tanaman Jagung pada Inceptisols Seluruh dosis pupuk MAP dan SP-36 diberikan pada waktu tanam. Pupuk Urea dan KCl diberikan dua kali, yaitu pada saat tanaman berumur 7 dan 30 hari setelah tanam, masing-masing dengan ½ dosis. Pupuk-pupuk tersebut diberikan dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tugal sesuai takaran dan ditutup dengan tanah. Lubang tunggal dibuat ± 3-5 cm sebelah lubang tanam, dengan kedalaman ± 3 cm. Pupuk kandang yang sudah matang diberikan pada saat tanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam dibawah benih jagung. Petak perlakuan berukuran 5 x 4,5 m, saluran antar petak perlakuan dibuat untuk menghindari kontaminasi pupuk antar petak perlakuan. Jagung hibrida Bisi 16 digunakan sebagai tanaman indikator, ditanam dengan jarak tanam 75 x 25 cm dengan dua tanaman per lubang. Panen dilakukan pada ubinan seluas 3 x 3 m, tanaman yang dipanen yang berada di bagian tengah petakan. Pengamatan pertumbuhan dilakukan terhadap tinggi tanaman saat berumur satu dan dua bulan setelah tanam serta menjelang panen, pengamatan hasil tanaman meliputi berat kering tanaman dan berat kering pipilan biji jagung. Untuk mengetahui kondisi tanah yang digunakan percobaan dilakukan analisis tanah sebelum diberi perlakuan. Unsur hara yang dianalisis: tekstur 3 fraksi, ph, C-organik, N-total, P terekstrak HCl 25% dan Bray 1, K terekstrak HCl 25%, Ca, Mg, K, Na, dan KTK terekstrak NH 4 OAc 1 N ph 7, dan kejenuhan basa, Al dan H terekstrak KCl 1 N. Contoh tanah sebelum diberi perlakuan diambil di setiap ulangan, contoh tanah diambil pada setiap petak perlakuan dengan kedalaman 0-20 cm (lapisan olah) sehingga diperoleh 30 anak contoh, digabungkan, diaduk sampai rata kemudian diambil ± 1 kg dan diberi label. Selanjutnya contoh tanah dikeringanginkan, digerus dan disaring dengan saringan beridameter 2 mm, dan dianalisis di laboratorium. Untuk mengetahui pengaruh pemupukan data pengamatan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung dianalisis statistik dengan program IRRISTAT. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan analisis dengan tingkat ketelitian 5% berdasarkan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Untuk mengetahui efektivitas pupuk majemuk MAP digunakan perhitungan Relative Agronomic Effectiveness (RAE) yang dibandingkan dengan pupuk N dan P tunggal sebagai pupuk standar. RAE adalah perbandingan antara kenaikan hasil karena penggunaan pupuk NP majemuk MAP dengan kenaikan hasil dengan penggunaan pupuk N dan P tunggal sebagai standar dikalikan 100 (Machay et al., 1984; Chien, 1996). 15

A. Kasno Hasil pada pupuk yang diuji hasil pada kontrol RAE = x 100% Hasil pada pupuk standar hasil pada kontrol Analisis usahatani jagung dilakukan dengan menghitung nilai R/C ratio. Analisis usahatani berupa analisis R/C ratio adalah analisis usahatani untuk mengetahui tingkat keuntungan dengan membagi hasil dalam rupiah (output) dengan biaya produksi yang digunakan (input). Hasil usahatani dikatakan menguntungkan apabila output lebih besar daripada input atau nilai R/C ratio lebih besar daripada satu. HASIL PENELITIAN Karakteristik tanah Tanah yang digunakan bertekstur liat, bersifat agak masam, dengan kadar C-organik dan N-total rendah. Tanah dengan kadar N rendah akan respon terhadap pemupukan N. Kandungan P terekstrak HCl 25% tinggi, namun P terekstrak Bray-1 sedang. Kadar K terekstrak HCl 25% dan NH 4 OAc ph 7 1 N rendah. Kadar Ca dan Mg termasuk rendah (Tabel 1). Kapasitas tukar kation (KTK) tanah yang digunakan untuk percobaan rendah, hal ini berarti bahwa kemampuan tanah memegang hara rendah. Dengan demikian berpengaruh terhadap efisien penggunaan pupuk yang rendah. KTK dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan pembenah tanah, seperti pemberian kapur, dolomit, bahan organik. Terdapat hubungan linier antara peningkatan kadar C-organik tanah dengan hara N dan KTK tanah (Kasno dan Subardja, 2010). Pemberian jerami padi selama empat musim tanam pada lahan sawah tanah Latosol dapat meningkatkan kadar hara N, P, K, Mg, KTK, dan Si dalam tanah (Adiningsih, 1986). Kejenuhan basa tanah yang digunakan rendah, hal ini menunjukkan bahwa kation yang terkandung dalam tanah didominasi oleh kation yang bersifat masam, seperti Al 3+ dan H +. Berdasarkan hasil analisis tanah, lahan yang digunakan untuk percobaan pengujian efektivitas pupuk MAP merupakan tanah dengan tingkat kesuburan rendah dengan kendala utama N dan K. 16

Respon Pemupukan N dan P untuk Tanaman Jagung pada Inceptisols Tabel 1. Sifat kimia tanah lokasi pengujian pupuk Mono Ammonium Phosphate di Desa Cemplang, Cibungbulang, Bogor Sifat tanah Hasil analisis tanah Tekstur Liat Pasir (%) 14 Debu (%) 25 Liat (%) 61 ph (H 2 O) 4,8 KCl 1 N 4,3 Bahan organik C-organik (%) 1,39 N-total (%) 0,09 C/N 15 Ekstrak HCl 25% P 2 O 5 (mg/100 g) 80,30 K 2 O (mg/100 g) 7,90 Bray 1 (mg P 2 O 5 /kg) 15 Ekstrak NH 4 OAc 1 N ph 7 Ca (me/100 g) 4,13 Mg (me/100 g) 0,88 K (me/100 g) 0,13 Na (me/100 g) 0,04 KTK (me/100 g) 13,96 KB (%) 37,00 Pengaruh pupuk MAP terhadap pertumbuhan jagung Pada umur 30 HST, pemupukan N baik dari pupuk majemuk maupun tunggal nyata meningkatkan tinggi tanaman. Pupuk MAP merupakan pupuk majemuk yang mengandung hara N dan P nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung. Pada dosis yang sama, pemupukan NP baik pupuk MAP maupun pupuk tunggal berpengaruh sama terhadap tinggi tanaman jagung. Pada umur 60 hari setelah tanam, pemupukan N nyata meningkatkan tinggi tanaman, sedang pupuk P tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Pemupukan MAP nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan kontrol dan PK (-N). Tinggi tanaman jagung pada dosis pupuk MAP dari 50-400 kg/ha sama, hal ini menunjukkan bahwa 50 kg MAP/ha sudah cukup untuk pertumbuhan jagung. Penggunaan pupuk MAP sama dengan pupuk NP dari pupuk urea dan SP-36, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pupuk MAP dapat meningkatkan tinggi tanaman jagung. 17

A. Kasno Pada saat panen, pemupukan N nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung, sedangkan pemupukan P dan K tidak dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pupuk MAP nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan kontrol, peningkatan dosis pupuk MAP dari 50 sampai 400 kg/ha tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Pada dosis yang sama, pemupukan MAP sama dengan pemupukan NP tunggal. Tabel 2. Pengaruh pupuk MAP terhadap tinggi tanaman jagung di Cemplang, Bogor, MH 2008/2009 Perlakuan Tinggi tanaman 30 HST 60 HST Saat panen... cm... Kontrol (-NP) 74,9 e* 240,9 b* 247,1 b* PK (-N) 83,6 d 246,3 b 246,8 b NK (-P) 83,5 d 276,9 a 282,1 a NPK tunggal 89,8 cdc 290,4 a 282,6 a MAP 50 96,8 abc 283,6 a 283,7 a MAP 100 93,9 c 285,7 a 283,7 a MAP 200 95,1 bc 290,8 a 286,7 a MAP 300 103,3 ab 301,6 a 296,6 a MAP 400 104,0 a 299,4 a 294,3 a NP sesuai MAP 200 89,9 cd 288,5 a 283,8 a KK (%) 5,2 5,0 3,6 Keterangan : * angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5% Pengaruh pupuk MAP terhadap hasil jagung Pemupukan N nyata meningkatkan berat brangkasan kering jagung, sedang pemupukan P cenderung meningkatkan berat kering jagung (Tabel 3). Pemupukan hara N dan P baik dari pupuk MAP maupun dari Urea dan SP-36 nyata meningkatkan berat brangkasan kering tanaman jagung. Berat brangkasan kering tanaman jagung pada dosis pupuk MAP 50-400 kg/ha berpengaruh sama. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk NP dapat meningkatkan berat brangkasan jagung. Pemupukan N nyata meningkatkan berat biji jagung kering. Berat jagung kering tertinggi dicapai pada pemupukan MAP dosis 300 kg/ha + 250 kg urea/ha sebesar 10,19 t/ha dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (-NP), PK (-N), dan NP (-P). Peningkatan dosis pupuk MAP hingga 400 kg/ha tidak meningkatkan berat biji jagung kering. Dengan jumlah hara setara, pupuk MAP 18

Respon Pemupukan N dan P untuk Tanaman Jagung pada Inceptisols 200 kg + 250 kg urea/ha memberikan hasil biji jagung yang sama dengan pemupukan dengan N dan P tunggal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pupuk MAP efektif untuk pemupukan jagung pada lahan kering. Tabel 3. Pengaruh pemupukan MAP terhadap berat brangkasan dan biji kering tanaman jagung di Cemplang, Cibungbulang, Bogor, MH 2008/2009 Perlakuan Berat brangkasan kering Berat biji kering...t/ha... Kontrol (-NP) 4,00 b* 4,74 c* PK (-N) 4,20 b 5,17 c NK (-P) 5,52 ab 7,95 b NPK tunggal 6,20 a 8,50 ab MAP 50 6,34 a 8,56 ab MAP 100 6,52 a 9,14 ab MAP 200 6,56 a 9,64 ab MAP 300 6,98 a 10,19 a MAP 400 7,22 a 8,84 ab NP sesuai MAP 200 6,69 a 9,14 ab KK (%) 15,4 11,9 Keterangan : * angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf nyata 5% Pengaruh pemupukan MAP terhadap berat brangkasan dan biji jagung kering pada Desa Cemplang, Cibungbulang, Bogor disajikan pada Gambar 1. Pemupukan MAP nyata meningkatkan berat biji jagung kering dan berat brangkasan kering. Berdasarkan berat biji jagung kering, produksi jagung maksimum adalah 10,71 t/ha dicapai dengan pemupukan 200 kg MAP/ha. Berdasarkan grafik di atas dosis pupuk MAP yang optimum adalah 200 kg/ha + 250 kg urea/ha. Nilai RAE pada penggunaan pupuk MAP mulai dosis 50-400 kg/ha lebih dari 100%. Pada berat biji jagung kering, nilai RAE tertinggi dicapai pada dosis MAP 300 kg + 250 kg urea/ha yaitu 142%. 19

A. Kasno Gambar 1. Pengaruh pemupukan MAP terhadap hasil jagung di Desa Cemplang, Cibungbulang, Bogor Tabel 4. Nilai RAE pupuk MAP terhadap berat brangkasan dan biji jagung kering di Desa Cemplang, Cibungbulang, Bogor Perlakuan Berat brangkasan Berat biji kering...%... NPK tunggal 100 100 MAP 50 106 101 MAP 100 115 116 MAP 200 116 128 MAP 300 135 142 MAP 400 146 108 Analisis usahatani Analisis usahatani dilakukan dengan menghitung besarnya biaya (tenaga kerja, benih, dan pupuk) dan besarnya hasil dalam rupiah. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan harga di tingkat petani pada saat penelitian dilaksanakan, dengan perincian harga benih Rp 48.000/kg, pupuk urea Rp 85.000 per karung (50 kg), Superphos Rp 125.000 per karung (50 kg) dan KCl Rp 400.000 per karung (50 kg), sedangkan harga pupuk MAP ditetapkan sebesar Rp 8.800/kg. Harga jagung pipilan kering di tingkat petani Rp 1.500/kg. 20

Respon Pemupukan N dan P untuk Tanaman Jagung pada Inceptisols Tabel 4. Analisis usahatani jagung dengan pemupukan MAP di Desa Cemplang, Cibungbulang, Bogor, MH 2008/2009 Perlakuan Pengeluaran Total Tenaga Benih Pupuk Input kerja Output Keuntungan R/C... Rp... Kontrol (-NP) 3.250.000 960.000 1.200.000 5.410.000 7.110.000 1.700.000 1,31 PK (-N) 3.250.000 960.000 1.650.000 5.860.000 7.755.000 1.895.000 1,32 NK (-P) 3.250.000 960.000 1.795.000 6.005.000 11.925.000 5.920.000 1,99 NPK tunggal 3.250.000 960.000 2.245.000 6.455.000 12.750.000 6.295.000 1,98 MAP 50 3.250.000 960.000 2.065.000 6.275.000 12.840.000 6.565.000 2,05 MAP 100 3.250.000 960.000 2.505.000 6.715.000 13.710.000 6.995.000 2,04 MAP 200 3.250.000 960.000 3.385.000 7.595.000 14.460.000 6.865.000 1,90 MAP 300 3.250.000 960.000 4.265.000 8.475.000 15.285.000 6.810.000 1,80 MAP 400 3.250.000 960.000 5.145.000 9.355.000 13.260.000 3.905.000 1,42 Keuntungan usahatani jagung dengan hanya dipupuk KCl (kontrol NP) sama dengan pada pemupukan KCl + SP-36 (PK-N), hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan biaya Rp 450.000,- untuk penambahan pupuk SP-36 keuntungan hanya meningkat Rp 195.000,-. Sedangkan penambahan pupuk N (Rp 595.000,-) dapat meningkatkan keuntungan Rp 4.220.000,-. Usahatani jagung dengan menggunakan pupuk MAP cukup menguntungkan. Keuntungan terbesar (Rp 6.995.000) dicapai pada pemupukan 100 kg MAP + 250 kg urea/ha dan tidak berbeda jauh dibandingkan dengan dosis 200 dan 300 kg/ha. Ratio R/C tertinggi diperoleh pada dosis MAP 50 dan 100 kg/ha. Namun dilihat dari nilai RAE dan grafik respon hasil dengan dosis, maka dosis optimum pupuk MAP untuk tanaman jagung berkisar antara 50-100 kg + 250 kg urea/ha. KESIMPULAN 1. Pemupukan N dan P nyata meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada tanah Inceptisol. 2. Hasil jagung, nilai RAE dan keuntungan usahatani jagung dengan Pupuk NP dari pupuk majemuk MAP lebih tinggi dibanding dengan pupuk NP tunggal. 3. Dosis optimum pupuk MAP untuk mencapai hasil jagung yang optimum adalah 50-100 kg/ha + 250 kg urea/ha. 4. Usahatani jagung dengan menggunakan pupuk MAP dapat menguntungkan yang ditunjukkan dengan nilai R/C > 1, Keuntungan tertinggi dicapai antara dosis 100-300 kg MAP/ha + 250 kg urea/ha. 21

A. Kasno DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, S.J. 1986. Peranan limbah pertanian khususnya jerami dalam penerapan pemupukan berimbang. Pros. Pertemuan Teknis Penelitian Tanah. Hlm. 203 215. Cipayung, 18-20 Maret 1986. Chien, S. H. 1996. Evalution of Gafsa (Tunisia) and Djebel Onk (Algeria) phosphate rocks and soil testing of phosphate rock for direct application. In Nutrient Management for Sustainable Crop Production in Asia, Bali, Indonesia, 9-12 December 1996, p.175-185. Edited by A.E. Johnston and J.K. Syers. Hidayat, A. dan A. Mulyani. 2005. Lahan kering untuk pertanian. Dalam Buku Teknologi Pengelolaan Lahan Kering, Hlm. 7-38. Penyunting A. Adimihardja dan Mappaona. Lehr, J.R. and G.H. McCleallan. 1972. A revised laboratory reactivity scale for evaluating phosphate rock for direct application. Bull. 4-43. TVA. Alabama. U.S.A. Machay, A. D. J. K. Syers. and P.E.H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction procedures to assess the agronomic effectiveness of phosphate rock material. New Zealand Journal of Agricultural Research 27: 219 230. Mulyani, N.S., M.E. Suryadi, dan S. Dwiningsih. 2002. Pengaruh transformasi urea terhadap ketersediaan nitrogen lahan kering masam. Pros. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan, Hlm. 315-340. Cisarua-Bogor, 6-7 Agustus 2002. Nurjaya, A. Kasno, dan D. Setyorini. 2007. Pembandingan pemberian P-alam China dengan sumber P lain terhadap sifat kimia tanah Ultisol dan hasil jagung. Pros. Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian, Hlm. 114-124. Bogor, 7-8 November 2007. Nursyamsi, D., Husnain, A. Kasno dan D. Setyorini. 2005. Tanggapan tanaman jagung (Zea mays, L.) terhadap pemupukan MOP Rusia pada Inceptisols dan Ultisols. Jurnal Tanah dan Iklim No. 23:13-23. Santoso, D., J. Purnomo, IG.P. Wigena, Sukristiyonubowo, and R.D.B. Lefroy. 2000. Management of phosphorus and oeganic matter on an acid soil in Jambi, Indonesia. Jurnal Tanah dan Iklim, No. 18:74-82, Desember 2000. Sutriadi M.T. dan D. Nursyamsi. 2003. Rekomendasi pemupukan P untuk kedelai di Ultisol Sumatera Utara dan Inceptisol Jawa Barat. Pros. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim, Hlm. 87-101. Bogor, 14-15 Oktober 2003. Sitthhanit, S., Richard W. Bell and Vriya Limpinuntana. 2010. Effect of clay amendments on nitrogen leaching and forms in a sandy soil. 2010 19 th World Congress of Soil Science, 1-6 August 2010, Brisbane, Australia, Published on DVD. 22