BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti menginginkan setiap karyawannya memiliki disiplin kerja yang baik. Hal ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan mencapai tujuannya. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan padanya. Disiplin kerja yang baik akan mendorong gairah kerja dan semangat kerja, sehingga apa yang menjadi tujuan perusahaan maupun karyawan dapat dicapai. Menurut Hasibuan (2002:212), disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Menurut Sastrohadiwiryo (2002: 231), disiplin kerja karyawan memiliki tujuan khusus yaitu agar karyawan mampu melaksanakan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan maksimum kepada pihak tertentu yang memiliki kepentingan dengan perusahaan. Artinya, dengan adanya disiplin yang baik maka tujuan perusahaan dalam memberikan pelayanan maksimum kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan dapat tercapai. Dilihat dari faktor penyebabnya, disiplin kerja dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Hasibuan (2002:213), faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kedisiplinan karyawan diantaranya ialah; tujuan dan kemampuan pimpinan; teladan pimpinan; balas jasa (gaji dan kesejahteraan); keadilan; pengawasan; sanksi hukum; ketegasan; dan hubungan komunikasi.
Menurut Robbins (2010:182), pengawasan adalah proses mengawasi (monitoring), membandingkan (comparing), dan mengoreksi (correcting) kinerja. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen apabila terlaksana dengan teratur terutama saat karyawan bekerja, memberikan perhatian, pengarahan, dan petunjuk serta memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh karyawan, maka karyawan akan bersikap positif terhadap pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen sehingga akan mempengaruhi perilaku karyawan seperti perilaku disiplin dalam bekerja. Menurut Daft (2003:133), komunikasi adalah proses dimana informasi dipertukarkan dan dimengerti oleh dua orang atau lebih, biasanya dengan maksud untuk memotivasi atau mempengaruhi perilaku. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan pertukaran informasi yang bertujuan untuk memberikan kejelasan tentang arah kerja sehingga pekerjaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan tujuan tercapai. Komunikasi sangat penting dalam mengendalikan tindakan anggota organisasi yang tidak sesuai dengan keinginan organisasi. PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia merupakan perusahaan yang senantiasa menjaga kedisiplinan kerja karyawannya. Berkaitan dengan faktor yang berpengaruh terhadap disiplin kerja tersebut, PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia menjaga disiplin kerja karyawannya dengan melakukan pengawasan terhadap karyawan dan menciptakan komunikasi organisasi yang harmonis. Akan tetapi, seiring upaya perusahaan dalam meningkatkan disiplin kerja karyawannya, ternyata disiplin kerja karyawan cenderung menurun. Penurunan tingkat kehadiran
karyawan yang mencerminkan rendahnya tingkat disiplin karyawan PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia seperti yang disajikan pada Tabel 1.1: Tabel 1.1 Absensi Karyawan PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia Periode Januari-Desember 2013 Keterangan Bulan Jumlah Persentase Karyawan Sakit Izin Tanpa (%) Keterangan Januari 57 0 3 1 7,01 Februari 57 0 0 0 0 Maret 57 0 0 2 3,5 April 57 0 1 0 1,75 Mei 57 1 0 2 5,26 Juni 57 0 0 1 1,75 Juli 57 0 0 4 7,01 Agustus 57 1 0 3 7,01 September 57 0 0 3 5,26 Oktober 57 0 2 5 12,28 November 57 0 0 4 7,01 Desember 57 1 0 6 12,28 Sumber: Bagian Personalia/SDM PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa tingkat kehadiran karyawan PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia pada tahun 2013 cenderung menurun. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah karyawan yang tidak masuk kerja tanpa keterangan khususnya yang terjadi pada bulan Juli hingga Desember. Peraturan tentang absensi yang berlaku pada PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia menekankan bahwa standar absensi karyawan hanya sebesar 3%. Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa absensi karyawan lebih dari 3% bahkan mampu mencapai 12,28%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan karyawan PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia sangat rendah.
Sejalan dengan terjadinya penurunan tingkat disiplin kerja karyawan, penurunan juga terjadi pada tingkat penjualan karyawan PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia seperti yang disajikan pada Tabel 1.2: Tabel 1.2 Target dan Realisasi Penjualan PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia Tahun 2011-2013 Tahun Target Penjualan Realisasi Penjualan +/- 2011 Rp. 3.098.926.321,- Rp. 3.264.752.491,- Rp. 165.826.170,- 2012 Rp. 3.332.178.840,- Rp. 3.342.156.948,- Rp. 9.978.108,- 2013 Rp. 3.582.988.000,- Rp. 2.367.951.700,- -Rp. 1.215.036.300,- Sumber: Divisi Penjualan PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia Berdasarkan data pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan penjualan karyawan pada tahun 2013. Pada tahun 2011 perusahaan mampu mencapai penjualan melebihi target yang ditentukan yakni sebesar Rp. 165.826.170,-. Tahun 2012 perusahaan juga mampu mencapai penjualan melebihi target yang ditentukan yakni sebesar Rp. 9.978.108,-. Akan tetapi, pada tahun 2013 perusahaan hanya mampu mencapai target sebesar Rp. 2.367.951.700,- dan mengalami defisit penjualan sebesar Rp. 1.215.036.300,-. Artinya, perusahaan tidak mampu mencapai target penjualan yang ditetapkan yakni sebesar Rp. 3.582.988.000,-. Hal ini tentunya sangat merugikan bagi PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia. Penelitian ini memfokuskan kepada faktor pengawasan dan komunikasi yang berpengaruh terhadap disiplin kerja. Alasan dipilihnya pengawasan dan komunikasi yakni dikarenakan berdasarkan hasil prasurvei diketahui bahwa karyawan PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia merasa bahwa komunikasi yang tercipta dalam organisasi belum efektif baik antara pimpinan dengan karyawan
maupun antar sesama karyawan. Karyawan merasa pimpinan kurang aktif memberikan bimbingan kepada karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka. Hubungan komunikasi yang kurang terjalin dengan baik ini mengakibatkan kurangnya keterbukaan antara karyawan dengan pimpinan. Selain itu, karyawan merasa bahwa pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan juga belum berjalan dengan baik. Pimpinan tidak rutin mengevaluasi hasil kerja karyawan ketika pekerjaan telah selesai. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengawasan dan Komunikasi Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah pengawasan dan komunikasi berpengaruh signifikan terhadap disiplin kerja karyawan pada PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengawasan dan komunikasi terhadap disiplin kerja karyawan pada PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia Sebagai sumbangan pemikiran bagi PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia untuk mengetahui apakah penurunan tingkat disiplin karyawan dipengaruhi oleh pengawasan dan komunikasi. Berdasarkan hasil tersebut maka perusahaan akan mampu membuat kebijakan untuk meningkatkan disiplin karyawannya. 2. Bagi Penulis Memberikan kontribusi bagi pemikiran untuk mengembangkan wawasan dalam bidang manajemen khususnya bidang Sumber Daya Manusia. 3. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan perbandingan dan dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi pihak lain untuk mendukung penelitian ini di masa yang akan datang.