BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia sedang berkembang dan terus mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS DI RUANG BOUGENVILLE RSUD BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. padalaki-laki dibandingkan perempuan. Sebagai contoh penelitian dari. dan perempuan 35,90% dengan rerata umur 49,13 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. banyak timbul penyakit yang ditimbulkan salah satu hernia, penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dan atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar kapiler. (Heardman,2012). Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit semakin dikenal oleh masyarakat. Salah satu diantaranya adalah apa yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam penyakit yang ada. Salah satu diantaranya adalah Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan dan perkembangan suatu negara telah

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG FLAMBOYAN RSUD dr. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat

BAB I PENDAHULUAN. normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di seluruh dunia (Halbert et al., 2006). PPOK terjadi karena adanya kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup lainya kapanpun diabetes bisa menyerang tanpa kita sadari. Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang akan dicapai dari 2016 pencapaian pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. 1.Latar Belakang. Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Asia Timur seperti Jepang dan China memiliki kejadian terendah PPOK, dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menyerang seperti typhoid fever. Typhoid fever ( typhus abdominalis, enteric fever ) adalah infeksi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB I PENDAHULUAN. hati. Deskripsi sirosis hati berkonotasi baik dengan status pato-fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

mengalami gangguan jiwa ditemukan di negara-negara berpenghasilan rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa (Yosep, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia (BPH) dilaporkan terus meningkat yang banyak dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. somato-psiko-sosio-kultural-spiritual. Dalam mencari penyebab gangguan

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Smeltzer C. Suzanne, 2002).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang semakin pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Persaingan yang muncul dalam usaha memenuhi kebutuhan manusia sebagai makluk bio, psiko, sosio, kultural, dan spiritual, menuntut agar manusia mampu meningkatkan produktifitas kerjanya semaksimal mungkin. Usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan dengan kerja keras yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan stress fisik maupun emosional. Ditambah banyak didirikannya pabrik-pabrik, serta kendaraan yang jumlahnya yang semakin meningkat. Asap yang berasal dari pabrik, kendaraan, maupun asap rokok merupakan suatu polutan dalam udara. Bila tidak diimbangi dengan pembersihan udara seperti penghijauan atau pembuatan taman, maka pertama yang terganggu adalah fungsi pernafasan. Karena manusia bernafas membutuhkan pertukaran gas dimana menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida hasil sisa metabolisme. Bila udara yang dihirup tidak bersih maka akan mengakibatkan gangguan pernafasan seperti, ISPA, bronchitis, asma, emphysema dan lain-lain ( Azizah, 2008). Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian. Penyakit pada saluran pernafasan lebih sering terjadi dari pada sistem lain salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada

penyakit saluran pernafasan adalah penyakit paru obstruktif kronik. Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Chronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronchial, bronchitis kronik, dan emphysema paru-paru. Sering juga penyakit-penyakit ini disebut dengan Chronic Obstruktive Lung Disease ( COLD ) ( Somantri, 2009 ). Data Badan Kesehatan dunia ( WHO ), menunjukkan pada tahun 1990 PPOK menempati urutan ke-6 sebagai penyakit utama kamatian di dunia, sedangkan pada tahun 2002 telah menempati urutan ke 3 setelah penyakit kardiovascular dan kanker. Hasil survai penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & LP di lima rumah sakit provinsi di Indonesia (Jawa Barat, jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan sumatera Selatan) pada tahun 2004 menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%), di ikuti asma bronchial (33%), kanker paru (30%), dan lainnya (2 %). 70 %-80 % pencemaran udara berasal dari gas buang kendaraan bermotor, sedangkan pencemaran udara akibat industry 20-30%. Dengan meningkatnya jumlah perokok dan polusi udara sebagai faktor resiko terhadap PPOK maka diduga jumlah penyakit tersebut juga akan meningkat. Hasil pengamatan di enam provinsi di Indonesia ( Jawa barat, Jawa

Tengah, Jawa Timur, Lampung, Bengkulu, Sulawesi Utara dan Sulawesi selatan ) yang dilaksanakan oleh Subdit Penyakit Konik dan Degeneratif Lainnya pada awal tahun 2006 menunjukkan bahwa belum semua Dinas Kesehatan provinsi mempunyai struktur organisasi atau penanggung jawab program penyakit tidak menular ( PTM ) termasuk PPOK, walaupun sebagian telah melaksanakan kegiatan pengendalian penyakit tidak menular secara terbatas, antara lain dalam bentuk kegiatan Surveilans Epidemiologi kasus untuk penyakit jantung, diabetes mellitus, dan neoplasma bronchial. Subdit Penyakit Kronik dan Degeneratif Lainnya merupakan salah satu Subdit di lingkungan Direktorat pengendalian Penyakit Tidak Menular yang dibentuk oleh Departemen Kesehatan berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan R.I. Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan. Dengan adanya unit baru ini diharapkan program pengendalian penyakit kronik dan degenerative lainnya khususnya PPOK dapat dilaksanakan optimal di Indonesia ( Depkes, 2008 ). Dari data register yang diperoleh di ruang Bougenvile bangsal penyakit dalam Rumah Sakit Umum Banyumas, pada kasus PPOK pada tahun 2012 selama 3 bulan terakhir dari bulan April sampai dengan bulan Juli jumlah pasien yang menderita penyakit paru obstruktif kronik sebanyak 3 orang yaitu pada tanggal 2 sampai 24 Mei 2012 (2 pasien) dan tanggal 11 Juli 2012 (1 pasien). Prevelensi PPOK meningkat dengan meningkatnya usia. Prevelensi ini juga lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Prevelensi PPOK lebih tinggi

pada negara-negara dimana merokok merupakan gaya hidup, yang menunjukkan bahwa rokok merupakan faktor resiko utama. Di dunia penyakit ini penyebab kematian dimana angka kesakitannya meningkat dengan usia dan lebih besar pria dibanding wanita. Kematian akibat PPOK sangat rendah pada pasien usia dibawah 45 tahun, dan meningkat dengan bertambahnya usia (Ikawati, 2011). Resiko terjadinya PPOK sendiri karena terpapar suatu allergen, khususnya pada perokok aktif yang lama kelamaan akan mengakibatkan edema pada bronkus, kemudian terjadi spasme dan ada peningkatan sekret dibronkiolus. Akibat penumpukan sekret maka terjadi sesak nafas pada pasien. PPOK apabila tidak segera ditangani akan menambah jumlah kematian penderitanya. Upaya penatalaksanaan penderita yang utama adalah mempertahankan fungsi paru dan meningkatkan kualitas hidup penderita dengan penanganan berhenti merokok. Lakukan pencegahan terjadinya serangan akut, stabilisasi kondisi terutama untuk mempertahankan fungsi paru sebaik atau seoptimal mungkin, mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas hidup sehingga tetap produktif dan tidak membebani orang lain (Suradi, 2007). Berdasarkan data tersebut diatas mendorong penulis untuk mengangkat permasalahan yang ada pada gangguan sistem pernafasan yaitu penyakit paru obstruktif kronik. Maka penulis berkeinginan ingin memaparkan asuhan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien penderita PPOK dengan judul Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan

Bersihan Jalan Nafas pada Ny.M dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik. B. Tujuan Penulisan. Dalam penulisan laporan studi kasus ini mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan khusus, sebagai berikut 1. Tujuan umum. Melaporkan penerapan asuhan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada Ny.M dengan penyakit paru obstruktif kronik secara terpadu dan komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan di RSUD Banyumas. 2. Tujuan khusus. Tujuan khusus penulisan laporan kasus ini adalah untuk memaparkan a. Pengkajian ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien Ny.M dengan penyakit paru obstruktif kronik. b. Analisa data dari hasil pengkajian dan penetapan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien Ny.M dengan penyakit paru obstruktif kronik. c. Penetapan intervensi keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien Ny.M dengan penyakit paru obstruktif kronik. d. Implementasi keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien Ny.M dengan penyakit paru obstruktif kronik. e. Evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang telah dilakukan pada pasien Ny.M dengan penyakit paru obstruktif kronik.

f. Pendokumentasian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien Ny.M dengan penyakit paru obstruktif kronik. C. Pengumpulan Data. Dalam penulisan laporan studi kasus ini, penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut 1) Observasi Partisipatif Dalam melakukan asuhan keperawatan ini, penulis berinteraksi dengan keluarga pasien untuk menanyakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pasien. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan cara observasi partisipatif dengan perawatan langsung pada pasien dengan cara pelayanan asuhan keperawatan, konsultasi pendidikan kesehatan, dan segala pemenuhan kebutuhan pasien. Sehingga penulis mendapatkan datatentang masalah kesehatan yang dapat menjadi diagnosa keperawatan. 2) Wawancara Berlangsungnya proses keperawatan tidak terlepas dari komunikasi perawat-klien, perawat-keluarga. Penulis menggunakan teknik wawancara dengan klien dan keluarga yang meliputi keluhan-keluhan yang dirasakan, pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien. 3) Studi literatur Tujuan pengumpulan data dengan teknik kepustakaan yaitu

untuk menerapkan teori yang ada dilapangan, dalam rangka mempersiapkan ketrampilan dan pengetahuan perawat sebelum berhubungan dengan klien. Maka diperoleh dengan cara menggali sumbersumber pengetahuan, buku-buku dan jurnal terkini (melalui browsing internet) yang berkaitan dengan kasus Penyakit Paru Obstruktif Kronik. 4) Studi dokumentasi Data yang menunjang untuk menegakkan diagnosa serta rencana yang disusun, penulis menggunakan catatan medis, terapi obat yang diberikan pada pasien. Selain itu penulis juga dapat menggunakan catatan tim kesehatan yang lain seperti hasil laboratorium, hasil rontgen, dan rekam medis untuk melihat data statistik Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. D. Tempat dan Waktu. Asuhan keperawatan ini dilakukan di Ruang Bougenvile (ruang penyakit dalam) Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas selama 2 hari mulai hari Kamis, 12 Juli 2012 sampai dengan Jumat, 13 Juli 2012. E. Manfaat Penulisan Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik, juga diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus yang bersangkutan.

F. Sistematika Penulisan. Sedangkan uraian sistem penulisan laporan kasus sebagai berikut BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V Pendahuluan. Membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, dan tempat serta waktu termasuk sistematika penulisan. Tinjauan Pustaka. Menguraikan tentang pengertian, klasifikasi, etiologi, anatomi dan fisiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, patways, dan uraian masalah prioritas. Laporan Kasus. Membahas tentang tinjauan kasus Pembahasan. Menguraikan tentang pembahasan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, rencana intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Simpulan dan Saran. Berisi tentang kesimpulan dan saran yang diberikan terkait dengan kasus.