BAB I PENDAHULUAN. secara seimbang dan disajikan secara terpadu (Depdikbud, 1999:20 dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2002:30) bahwa teks sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahan ajar

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan menggunakan akal pikiran dan emosi yang dimiliki.

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di suatu Negara. Oleh karena itu pemerintah berupaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rosita, Achmad Ramadhan, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. disusun oleh satuan pendidikan. Dengan mengacu kepada Standar Isi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar merupakan peranan penting dalam usaha meningkatkan

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktiviras belajar dan guru

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

Penerbit AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, hal ) Esa Nur Wahyuni, Baharuddin, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Cetakan III,Mei 2008,

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar para siswa atau sering disebut peserta didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran yang sampai saat ini masih dianggap sulit oleh siswa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

Jurnal Publikasi Pendidikan Volume VI Nomor 2 Juni 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran wajib diajarkan. Pembelajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tantangan tentang peningkatan mutu, relevansi dan efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pikir, sikap, dan ketrampilan yang diperoleh dari hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe. STAD (Student Team Achievement Divisions) Terhadap Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB III METODE PENELITIAN. research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan secara bersama-sama

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dan dipraktekkan. Idealnya pelajaran produktif khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk mewujudkan. sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah program pendidikan berdasarkan nilai-nilai pancasila sebagai wahana

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu dari ilmu dasar yang harus dikuasai oleh

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

PENINGKATAN MEMAHAMI TEKS DRAMA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. dengan isu sosial. Masalah-masalah sosial dalam materi pelajaran IPS khususnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang menjadi tujuan utama Pendidikan di Sekolah Dasar yaitu membaca,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu bidang kajian pembelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. saling terkait sehingga dapat membuahkan hasil belajar yang optimal. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

I. PENDAHULUAN. dimulai dari penguasaan materi sebelumnya.

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW II

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Merujuk kepada hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS III SDN 131/VII TEMENGGUNG. Oleh BADARIA ABSTRAK

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Materi pembelajaran sastra di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia, pembelajaran bahasa dan sastra dilaksanakan secara seimbang dan disajikan secara terpadu (Depdikbud, 1999:20 dan Depdiknas, 2001:14). Materi pembelajaran sastra memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Solchan Rafi udin dan Budiasih (dalam Hafid 2002:30) bahwa teks sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahan ajar yang lainnya, yaitu struktur teks, isi pesan, aspek kejiwaan yang ditumbuh kembangkan dan strategi penangkapan isi teks yang diperlukan. Pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa pendidikan sekolah dasar bertujuan membina kemampuan memahami sastra dan keterampilan mengapresiasi, karena hal ini harus dimiliki bagi setiap peserta didik. Oleh karena itu guru harus melatih murid mengapresiasi dan diharapkan dapat mempertajam perasaan-perasaan penalaran dan daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidupnya. Dalam pencapaian kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur karya sastra di sekolah dasar, murid diberi pengalaman belajar sastra melalui kegiatan diskusi kelompok. Hal ini sejalan dengan Beach dan Marshall (dalam Hafid 2002:7) dalam pembelajaran sastra ada tiga faktor utama yang berinteraksi secara dinamis, yaitu guru, murid, dan teks. Interaksi antara ketiga komponen tersebut 1

dapat mengembangkan potensi anak, karena interaksi dengan karya sastra dapat membantu perkembangan kognitif, bahasa, moral dan sosial anak. Bahan pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama yang dipilih dan dikembangkan di sekolah dasar harus sesuai dengan karakteristik siswa. Olehnya itu kesesuaian antara bahan pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama dengan karakteristik murid yang berkaitan dengan perkembangan jiwa dan kemampuan bahasa serta lingkungan hidupnya, merupakan kriteria yang harus digunakan sebagai pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama dengan bahan yang sesuai. Menurut Santosa, (2006:43) ada empat proses dalam pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama yaitu (1) pemilihan materi, (2) pemilihan metode yang sesuai dengan keadaan siswa, (3) kegiatan pembelajaran apresiasi sastra anak, dan (4) evaluasi belajar sebagai indikator keberhasilan pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama. Guru diharapkan tidak memandang aktifitas pembelajaran sastra sebagai suatu pekerjaan yang selesai dalam waktu yang singkat, tetapi dapat dipandang sebagai suatu proses secara bertahap dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pembelajaran apresiasi sastra, yaitu murid mampu memahami unsur-unsur karya sastra. Harapan tersebut di atas belum sesuai dengan kenyataan, hal ini terungkap melalui prapenelitian pada bulan Januari 2013 kelas VI SDN Waru Timur 2, melalui observasi dan wawancara pada guru dan siswa. Dari hasil observasi terungkap: yaitu (1) guru dalam mengajarkan berbagai unsur drama belum maksimal, guru hanya menentukan tema saja, tidak menentukan unsur-unsur lainya seperti menentukan alur, perwatakan, latar, dan amanat dalam drama, (2) 2

guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, yaitu hanya dapat mendengarkan cerita yang dibaca oleh guru dalam hal ini siswa tidak diajak untuk mendiskusikan tentang tema, alur, perwatakan latar, dan amanat yang terkandung dalam drama tesebut, (3) dalam proses pembelajaran, guru tidak membentuk kelompok diskusi pada siswa, dalam menemukan tema, alur, perwatakan dan latar, dan amanat dalam drama, (4) guru kurang mempresentasekan hasil kerja kelompok mengidentifikasi berbagai unsur drama di depan kelas, tetapi guru hanya mengumpulkan saja hasil kerja kelompok siswa. Kemudian berdasarkan hasil tes prapenelitian kepada siswa kelas VI SDN Waru Timur 2 tersebut terungkap: (1) murid tidak mampu membedakan antara tema dan judul, (2) murid sulit menentukan tema, alur, seting dan amanat yang tekandung dalam sebuah drama tersebut dengan baik, (3) murid sukar menetukan jalannya cerita drama, (4) murid sukar menentukan sifat-sifat tokoh dalam drama. Tes prapenelitian dilakukan yang mencapai KKM=70, hanya 21,74% murid dan di bawah KKM=70, yaitu 78,26% murid yang dapat menentukan unsur-unsur drama dalam teks drama. Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur drama adalah ketidakmampuan guru menggunakan pendekatan yang sesuai sehingga murid tidak dapat menentukan unsur-unsur yang terkandung dalam drama. Jika masalah tersebut tidak dapat diatasi akan berdampak negatif pada siswa, dalam hal ini siswa tidak dapat memahami unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam drama, dan juga akan berdampak pada rendahnya minat belajar siswa. Untuk itu peneliti bermaksud untuk mengatasi permasalahan di atas dengan 3

menggunakan pendekatan cooperatif model STAD (Student Teams Achievement Divisions)/Tim Siswa Kelompok Prestasi, dimana pedekatan ini selain membentuk 4-6 kelompok siswa tapi juga sebagai tim yang bekerja sama dengan kemampuan berbeda, dan heterogenitas yang lain (jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan) untuk tujuan bersama (Slavin, 1995). Alasan pemilihan STAD karena metode tersebut dapat mendorong keaktifan, membangkitkan minat dan kemampuan bekerja sama, saling menghargai dan peduli pada teman. Kemudian berdasarkan fakta kondisi lingkungan di SDN Waru Timur 2 sangat cocok apabila menggunakan pendekatan STAD, dimana lingkungan disana identik dengan kepedulian punya kesadaran untuk saling tolong menolong, saling menghargai, gotong royong, dan kerja sama. Sejalan dengan itu Nur (1998:9) menyatakan bahwa untuk mencapai pembelajaran sastra yang maksimal guru harus menggunakan model cooperatif learning tipe STAD dan membuat kelompok diskusi kecil, sehingga dapat membantu murid dalam meningkatkan keaktifan antar mereka dan saling kerjasama dalam proses pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama. Anggota-anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok-kelompok kecil ini saling berinteraksi satu sama lain dan berusaha menemukan jawaban permasalahan yang dihadapi. Tujuan pembentukan kelompok kecil ini akan memudahkan murid yang berkemampuan rendah dapat berinteraksi dengan teman kelompoknya yang dianggap mampu. Berdasarkan harapan dan kenyataan tersebut di atas, maka peneliti melakukan tindakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas 4

(PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Berbagai Unsur Drama melalui Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas VI SDN Waru Timur 2 Pamekasan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur drama pada siswa kelas VI SDN Waru Timur 2 Pamekasan? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur drama melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VI SDN Waru Timur 2 Pamekasan? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur drama pada siswa kelas VI SDN Waru Timur 2 Pamekasan. 2. Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur drama melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VI SDN Waru Timur 2 Pamekasan. 5

1.4 Manfaat Penelitian Penulis mergharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1.4.1 Guru 1. Menambah pengalaman dan wawasan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif. 2. Mendapatkan alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap mengidentifikasi berbagai unsur drama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3. Memperoleh pengalaman ilmiah dan praktek pembelajaran langsung di SD melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar materi mengidentifikasi berbagai unsur drama. 1.4.2 Sekolah Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang mengidentifikasi berbagai unsur drama dapat digunakan untuk perbaikan RPP, guna meningkatkan mutu pendidikan serta memperbanyak inovasi-inovasi dibidang pembelajaran di sekolah. 6

1.5 Batasan Istilah 1. Kemampuan Siswa adalah kecakapan siswa untuk mengerjakan sesuatu (KBBI 2007:235). 2. Drama adalah jenis karya sastra yang isinya menceritakan kehidupan dan sifat manusia. Drama melibatkan konflik atau emosi (KTSP, 2006). 3. Teks Drama adalah barang cetak atau naskah tertulis yang berbentuk dialog, menggambarkan watak seseorang dalam kehidupan (KTSP, 2006). 4. Model Kooperatif TIPE STAD adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan murid bekerja sama untuk tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama, belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan social (Cooper & Heinich dalam Rosmawan, 2007:13). 7