BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Materi pembelajaran sastra di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia, pembelajaran bahasa dan sastra dilaksanakan secara seimbang dan disajikan secara terpadu (Depdikbud, 1999:20 dan Depdiknas, 2001:14). Materi pembelajaran sastra memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Solchan Rafi udin dan Budiasih (dalam Hafid 2002:30) bahwa teks sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahan ajar yang lainnya, yaitu struktur teks, isi pesan, aspek kejiwaan yang ditumbuh kembangkan dan strategi penangkapan isi teks yang diperlukan. Pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa pendidikan sekolah dasar bertujuan membina kemampuan memahami sastra dan keterampilan mengapresiasi, karena hal ini harus dimiliki bagi setiap peserta didik. Oleh karena itu guru harus melatih murid mengapresiasi dan diharapkan dapat mempertajam perasaan-perasaan penalaran dan daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidupnya. Dalam pencapaian kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur karya sastra di sekolah dasar, murid diberi pengalaman belajar sastra melalui kegiatan diskusi kelompok. Hal ini sejalan dengan Beach dan Marshall (dalam Hafid 2002:7) dalam pembelajaran sastra ada tiga faktor utama yang berinteraksi secara dinamis, yaitu guru, murid, dan teks. Interaksi antara ketiga komponen tersebut 1
dapat mengembangkan potensi anak, karena interaksi dengan karya sastra dapat membantu perkembangan kognitif, bahasa, moral dan sosial anak. Bahan pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama yang dipilih dan dikembangkan di sekolah dasar harus sesuai dengan karakteristik siswa. Olehnya itu kesesuaian antara bahan pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama dengan karakteristik murid yang berkaitan dengan perkembangan jiwa dan kemampuan bahasa serta lingkungan hidupnya, merupakan kriteria yang harus digunakan sebagai pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama dengan bahan yang sesuai. Menurut Santosa, (2006:43) ada empat proses dalam pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama yaitu (1) pemilihan materi, (2) pemilihan metode yang sesuai dengan keadaan siswa, (3) kegiatan pembelajaran apresiasi sastra anak, dan (4) evaluasi belajar sebagai indikator keberhasilan pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama. Guru diharapkan tidak memandang aktifitas pembelajaran sastra sebagai suatu pekerjaan yang selesai dalam waktu yang singkat, tetapi dapat dipandang sebagai suatu proses secara bertahap dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pembelajaran apresiasi sastra, yaitu murid mampu memahami unsur-unsur karya sastra. Harapan tersebut di atas belum sesuai dengan kenyataan, hal ini terungkap melalui prapenelitian pada bulan Januari 2013 kelas VI SDN Waru Timur 2, melalui observasi dan wawancara pada guru dan siswa. Dari hasil observasi terungkap: yaitu (1) guru dalam mengajarkan berbagai unsur drama belum maksimal, guru hanya menentukan tema saja, tidak menentukan unsur-unsur lainya seperti menentukan alur, perwatakan, latar, dan amanat dalam drama, (2) 2
guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, yaitu hanya dapat mendengarkan cerita yang dibaca oleh guru dalam hal ini siswa tidak diajak untuk mendiskusikan tentang tema, alur, perwatakan latar, dan amanat yang terkandung dalam drama tesebut, (3) dalam proses pembelajaran, guru tidak membentuk kelompok diskusi pada siswa, dalam menemukan tema, alur, perwatakan dan latar, dan amanat dalam drama, (4) guru kurang mempresentasekan hasil kerja kelompok mengidentifikasi berbagai unsur drama di depan kelas, tetapi guru hanya mengumpulkan saja hasil kerja kelompok siswa. Kemudian berdasarkan hasil tes prapenelitian kepada siswa kelas VI SDN Waru Timur 2 tersebut terungkap: (1) murid tidak mampu membedakan antara tema dan judul, (2) murid sulit menentukan tema, alur, seting dan amanat yang tekandung dalam sebuah drama tersebut dengan baik, (3) murid sukar menetukan jalannya cerita drama, (4) murid sukar menentukan sifat-sifat tokoh dalam drama. Tes prapenelitian dilakukan yang mencapai KKM=70, hanya 21,74% murid dan di bawah KKM=70, yaitu 78,26% murid yang dapat menentukan unsur-unsur drama dalam teks drama. Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur drama adalah ketidakmampuan guru menggunakan pendekatan yang sesuai sehingga murid tidak dapat menentukan unsur-unsur yang terkandung dalam drama. Jika masalah tersebut tidak dapat diatasi akan berdampak negatif pada siswa, dalam hal ini siswa tidak dapat memahami unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam drama, dan juga akan berdampak pada rendahnya minat belajar siswa. Untuk itu peneliti bermaksud untuk mengatasi permasalahan di atas dengan 3
menggunakan pendekatan cooperatif model STAD (Student Teams Achievement Divisions)/Tim Siswa Kelompok Prestasi, dimana pedekatan ini selain membentuk 4-6 kelompok siswa tapi juga sebagai tim yang bekerja sama dengan kemampuan berbeda, dan heterogenitas yang lain (jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan) untuk tujuan bersama (Slavin, 1995). Alasan pemilihan STAD karena metode tersebut dapat mendorong keaktifan, membangkitkan minat dan kemampuan bekerja sama, saling menghargai dan peduli pada teman. Kemudian berdasarkan fakta kondisi lingkungan di SDN Waru Timur 2 sangat cocok apabila menggunakan pendekatan STAD, dimana lingkungan disana identik dengan kepedulian punya kesadaran untuk saling tolong menolong, saling menghargai, gotong royong, dan kerja sama. Sejalan dengan itu Nur (1998:9) menyatakan bahwa untuk mencapai pembelajaran sastra yang maksimal guru harus menggunakan model cooperatif learning tipe STAD dan membuat kelompok diskusi kecil, sehingga dapat membantu murid dalam meningkatkan keaktifan antar mereka dan saling kerjasama dalam proses pembelajaran mengidentifikasi berbagai unsur drama. Anggota-anggota kelompok memiliki tanggung jawab dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok-kelompok kecil ini saling berinteraksi satu sama lain dan berusaha menemukan jawaban permasalahan yang dihadapi. Tujuan pembentukan kelompok kecil ini akan memudahkan murid yang berkemampuan rendah dapat berinteraksi dengan teman kelompoknya yang dianggap mampu. Berdasarkan harapan dan kenyataan tersebut di atas, maka peneliti melakukan tindakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas 4
(PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Berbagai Unsur Drama melalui Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas VI SDN Waru Timur 2 Pamekasan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur drama pada siswa kelas VI SDN Waru Timur 2 Pamekasan? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur drama melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VI SDN Waru Timur 2 Pamekasan? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur drama pada siswa kelas VI SDN Waru Timur 2 Pamekasan. 2. Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi berbagai unsur drama melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VI SDN Waru Timur 2 Pamekasan. 5
1.4 Manfaat Penelitian Penulis mergharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi : 1.4.1 Guru 1. Menambah pengalaman dan wawasan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif. 2. Mendapatkan alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap mengidentifikasi berbagai unsur drama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3. Memperoleh pengalaman ilmiah dan praktek pembelajaran langsung di SD melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar materi mengidentifikasi berbagai unsur drama. 1.4.2 Sekolah Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang mengidentifikasi berbagai unsur drama dapat digunakan untuk perbaikan RPP, guna meningkatkan mutu pendidikan serta memperbanyak inovasi-inovasi dibidang pembelajaran di sekolah. 6
1.5 Batasan Istilah 1. Kemampuan Siswa adalah kecakapan siswa untuk mengerjakan sesuatu (KBBI 2007:235). 2. Drama adalah jenis karya sastra yang isinya menceritakan kehidupan dan sifat manusia. Drama melibatkan konflik atau emosi (KTSP, 2006). 3. Teks Drama adalah barang cetak atau naskah tertulis yang berbentuk dialog, menggambarkan watak seseorang dalam kehidupan (KTSP, 2006). 4. Model Kooperatif TIPE STAD adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai metode pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan murid bekerja sama untuk tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sambil bekerja sama, belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan social (Cooper & Heinich dalam Rosmawan, 2007:13). 7