BAB I PENDAHULUAN. permodalan yang pada umumnya rata-rata relatif lemah. Munculnya kendala

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan lembaga perkreditan desa (LPD).

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

BAB I PENDAHULUAN. selama periode tertentu (Munawir, 2002:33). Rentabilitas suatu perusahaan dapat

I. PENDAHULUAN. untuk mengatasi masalah aksesibilitas kredit yang banyak dialami pelaku Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, salah satu keunikan yang dimiliki adalah eksistensi desa pakraman,

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak saat ini terus dilakukan. Berbagai upaya ke arah itu khususnya di

Kata Kunci: LPD, pertumbuhan laba, pertumbuhan aset.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya dan sumber dana yang tersedia secara optimal. Lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. untuk memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Teori ini

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR BKK WONOGIRI KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi Lembaga Perkreditan Desa atau LPD dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan bagian yang menunjang perekonomian nasional dengan

EVALUASI KEBERHASILAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DALAM MENGGERAKKAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Desa adat merupakan organisasi sosial yang bersifat tradisional. Desa adat

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Indonesia merupakan salah satu sektor yang menunjang

DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361)

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berupa uang/surat-surat berharga lainnya. hidup krama desa untuk menunjang pembangunan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan perusahaan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:1-2)

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana

Abstrak. Kata kunci : Struktur Pengendalian Intern, Independensi, Pengalaman Kerja, Tingkat Pendidikan dan Pelatihan Kerja

Kata Kunci : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bali merupakan suatu wilayah yang didominasi oleh pedesaan. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian pedesaan mempunyai peran sangat penting

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

BAB IV SEJARAH UMUM PERUSAHAAN. 4.1 Profil, Sejarah dan Perkembangan PT. Bank Perkreditan Rakyat Mitra

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama

BAB I PENDAHULUAN. sendi penting dalam perekonomian nasional. Dengan kondisi perbankan yang. dalam menjaga kelangsungan pembangunan ekonomi.

SMAM 3 LHOKSEUMAWE LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN JUDUL MATERI LAT. SELESAI BANK (LKBB) Indikator: Membdakan Lembg Keu Bank & LKBB

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penyediaan dana untuk perkembangan pembangunan atau untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. tercipta masyarakat yang adil dan makmur, sesuai dengan tujuan. menengah yaitu memberikan bantuan kredit. Oleh sebab itu, sangat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/16/PBI/2003 TENTANG PERUBAHAN KETIGA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter merambah ke krisis ekonomi. Dari krisis ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. kemiskinan di Indonesia masih di atas rata-rata. Kondisi ini semakin parah setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pasal 1 Undang-Undang Perbankkan No.10 Tahun 1998 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q

BAB I PENDAHULUAN. yang berkeadilan dan mempercepat pembangunan daerah yang efektif dan kuat.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

BAB I PENDAHULUAN. bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

Mengenal OJK & Lembaga Keuangan Mikro

BAB I PENDAHULUAN. Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara. sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dapat meningkat seperti yang diharapkan. Namun modal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kredit kepada para nasabahnya.

Analisis Kinerja Keuangan I Made Suidarma dan I Gusti Nengah Darma Diatmika 143

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian yaitu sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan, perbankan menempati posisi yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor negara, sektor swasta, dan sektor koperasi. Koperasi adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan terdiri dari lembaga keuangan bank dan non bank. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional, karena UMKM mampu menyerap

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa tidak lepas dari peranan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan mempunyai kekuatan dan peluang yang besar untuk

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Sejarah berdirinya PD BPR BKK Ungaran Cabang Bawen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG,

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA ADAT SUMERTA DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Kesatuan yuridis merupakan badan usaha yang umumnya berbadan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN namun demikian, UU saja masih belum cukup, sehingga diperlukan

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan yang berfungsi melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

METODE CAMEL SEBAGAI ALAT ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BKK JUWIRING KABUPATEN KLATEN S K R I P S I S K R I P S I

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. harus selalu menjaga kesehatan, yang merupakan modal utama agar dapat hidup produktif,

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan timbulnya persaingan yang semakin ketat. Kesulitan pendanaan pun menimpa usaha-usaha kecil sampai usaha-usaha

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut baik perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah besar. Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat ditandai dengan adanya pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemandirian kehidupan desa, khususnya dalam meningkatkan pembangunan di bidang perekonomian. Salah satu kendala yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan untuk melakukan aktivitas perekonomian adalah masalah permodalan yang pada umumnya rata-rata relatif lemah. Munculnya kendala lain seperti kesulitan dalam hal jaminan dan akses ke dalam lembaga perkreditan yang rendah, sehingga tidak mengherankan banyak masyarakat di pedesaan berusaha mendapatkan dana melalui pemilik uang yang menjalankan bisnis peminjaman yang illegal seperti halnya rentenir tentunya dengan membayar bunga yang jauh lebih tinggi dari suku bunga lembaga keuangan yang resmi. Kehadiran bisnis peminjaman uang yang illegal dan tingkat bunga yang relatif tinggi di pedesaan merupakan pertanda masih belum terpenuhinya kebutuhan kredit yang amat besar dari masyarakat pedesaan. Pemerintah berusaha memenuhi permintaan akan kredit ini dengan berbagai cara, namun program demi program yang dikembangkan nampaknya selalu menghadapi hambatan yang sama, yaitu belum cocoknya program dengan kebutuhan. 1

2 Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia terdiri dari : bank umum, paling terkenal adalah bank milik pemerintah Bank Rahkyat Indonesia (BRI) dengan sistem Unit Desa-nya yang tersebar luas; Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang tunduk kepada Undang-undang Perbankan dan pengaturan Bank Indonesia dan lembaga keuangan bukan bank dengan nama Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) dibawah pengaturan Departemen Dalam Negeri dan pemerintah Provinsi. Indonesia juga mengenal koperasi yang tunduk kepada UU Koperasi, pegadaian dibawah pengaturan Departemen Keuangan, organisasi-organisasi lokal yang tidak diatur seperti arisan, dan lembaga milik desa seperti Badan Kredit Desa (BKD) yang tidak tunduk kepada pengaturan apapun. (Holloh,2001). Unit-unit lembaga keuangan tersebut memiliki program keuangan mikro yang menawarkan subsidi dana dalam bentuk kredit mikro kepada kelompok sasaran seperti orang miskin, petani kecil, pengusaha dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Meskipun demikian, pembiayaan kelembagaan tersebut masih belum berhasil menjangkau desa. Sulitnya akses dalam permodalan ini sangat membatasi ruang gerak aktivitas usaha di pedesaan, yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan ditambah dengan adanya kendala lain seperti kesulitan dalam hal jaminan dan akses ke dalam lembaga perkreditan yang rendah. Hal tersebut membuat semakin sulitnya usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan. Provinsi Bali yang terkenal dengan adat istiadat yang diatur dalam desa adat tentunya mempunyai hak otonom untuk mengatur kehidupan sosial

3 ekonomi termasuk didalamnya mengatur mengenai pengelolaan kekayaan desa. Dalam hal ini, salah satu kelembagaan keuangan milik masyarakat tingkat desa adalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Sesuai dengan pasal 1 angka 10 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa menyatakan bahwa : Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah Lembaga Perkreditan di Desa Pakraman dalam Wilayah Provinsi Bali. Desa Pakraman merupakan sebutan baru bagi desa adat berdasarkan Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman. Surat Gubernur Nomor: 972 Tahun 1984, tertanggal 1 November 1984, tentang Lembaga Perkreditan Desa (selanjutnya disebut dengan LPD), Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Bali mencetuskan gagasan pembentukan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) pada setiap desa adat (desa Pakraman). Oleh karena jumlah desa adat pada saat itu lebih dari 1000 desa adat, maka pembentukan LPD dilakukan dalam bentuk Proyek Percontohan (Pilot Project) dan dibentuk di seluruh Kabupaten di Bali. Tahap permulaan ditetapkan 8 (delapan) Desa Adat, yaitu Desa Adat Lukluk (Badung), Selumbung (Karangasem), Ekasari (Jembrana), Jullah (Buleleng), Kubu (Bangli), Manukaya (Gianyar), Buahan (Tabanan), dan Penasan (Klungkung). Perbedaan antara Bank atau Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dengan LPD terletak pada asal-usul, latar belakang dan tujuan kelahiran atau pembentukan LPD yang berbeda, dimana LPD lebih menunjukkan sifat komunitas atau lembaga keuangan komunitas yang sangat kuat, yaitu bahwa

4 lembaga tersebut dibentuk dan dikelola oleh, dan untuk desa pakraman (desa adat) sebagai suatu bentuk komunitas. (Putra : 2011:65). LPD di Bali adalah sebagai mediator bagi masyarakat yang membutuhkan dana dan yang mempunyai kelebihan dana. Penggunaan dan pemanfaatan LPD ditujukan kepada usaha-usaha baik yang menyangkut kepentingan Desa Adat maupun peningkatan taraf hidup masyarakat yang bersangkutan melalui usaha pengembangan potensi sektor-sektor ekonomi yang ada dipedesaan dan ikut serta dalam menunjang pembangunan daerah. LPD merupakan bagian dari kekayaan Desa Adat yang memiliki potensi meningkatkan perekonomian rakyat. LPD sebagai Lembaga Keuangan Desa bergerak dalam usaha simpan pinjam, dimana produk jasa yang ditawarkan dalam usahanya yaitu berupa: tabungann, deposito dan pinjaman dari masyarakat yang kemudian disalurkan dalam bentuk pemberian kredit yang efektif. LPD menyediakan pelayanan jasa keuangan bagi seluruh masyarakat desa termasuk penduduk miskin. Pelayanan yang diberikan LPD sesuai dengan kebutuhan nasabah, yaitu prosedur yang sederhana, proses yang singkat, pendekatan personal, serta kedekatan lokasi dengan nasabah menjadi faktor keberhasilan LPD dalam menumbuhkan kepercayaan pada masyarakat desa, sehingga masyarakat mempunyai rasa aman dalam menyimpan dan meminjam uang pada LPD. Kedekatan budaya dan psikologi dengan nasabah, serta karakter bisnis yang luwes merupakan kekuatan dan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja

5 LPD sebagai lembaga keuangan mikro serta dalam bertahan dan berdaya saing terhadap lembaga keuangan yang sejenis. Didirikannya LPD bertujuan untuk mendorong pembangunan ekonomi masyarakat melalui tabungann yang terarah, penyaluran modal yang efektif, dapat memberantas sistem ijon dan gadai gelap yang sering terjadi di masyarakat pedesaan dan menciptakan daya beli masyarakat, serta dapat melancarkan arus lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di desa. Disamping itu kehadiran LPD dapat menciptakan pemerataan dan kesempatan kerja bagi warga pedesaan, baik yang bisa bekerja secara langsung di LPD maupun yang bekerja pada usaha-usaha produktif masyarakat yang dibiayai oleh LPD. Penyaluran dana kepada usaha-usaha produktif didaerah pedesaan, tentu akan berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan regional daerah Bali pada umumnya. Berdasarkan Keputusan Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2003 tentang Penyetoran dan Penggunaan Keuntungan Bersih LPD ditentukan sebagai berikut : Cadangan Modal 60 %, Dana Pembangunan desa 20%, Jasa Produksi 10%, Dana Pembinaan, Pengawasan dan Perlindungan 5%, dan Dana Sosial 5%. Manfaat nyata dari keberadaan LPD dapat dilihat dari kontribusi sebesar 20% dari keuntungan bersih tiap tahun untuk dana pembangunan desa, serta 5% untuk dana sosial berupa uang (fresh money), maupun bentuk materi lainnya untuk menunjang pembangunan desa di Bali, sehingga dapat meringankan beban masyarakat dalam hal pembangunan desa maupun iuran dana sosial.

6 LPD Desa Adat di Kabupaten Jembrana salah satunya, yang diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat pedesaan secara optimal, ditambah pada tahun 2013 kini telah berdiri LPD di setiap desa pakraman (desa adat). Jumlah LPD di Kabupaten Jembrana saat ini tercatat sebanyak 64 unit dari 64 desa pakraman (desa adat), hal tersebut menunjukkan bahwa pada masing-masing desa pakraman (desa adat) di Kabupaten Jembrana telah memiliki LPD.(Profil Kabupaten Jembrana, 2012) Peningkatan jumlah unit LPD Kabupaten Jembrana menunjukkan bahwa keberadaan LPD sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat desa adat (krama desa pakraman). LPD di Kabupaten Jembrana salah satunya adalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pekutatan Kecamatan Pekutatan yang merupakan LPD dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) tertinggi di Kabupaten Jembrana, pengembangan LPD Desa Adat Pekutatan ditujukan untuk memantapkan dan menumbuhkan swadaya LPD sebagai pusat pelayanan kegiatan perekonomian pedesaan yang berdaya guna dan berhasil guna yang dimiliki oleh desa itu sendiri, untuk keperluan masyarakat dan pembangunan pedesaan sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai acuan atau contoh untuk pengembangan pada LPD lainnya di Kabupaten Jembrana. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan mengenai evaluasi keberhasilan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pekutatan yang ditinjau dari 3 aspek, diantaranya adalah sebagai berikut :

7 1. Bagaimana pengelolaan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pekutatan? 2. Bagaimana Kinerja keuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pekutatan? 3. Bagaimana keberhasilan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pekutatan dalam menggerakkan aktivitas sosial ekonomi masyarakat pedesaan melalui kredit yang disalurkan? C. Batasan Masalah Batasan masalah yang ditunjukkan agar pembahasan yang dilakukan tidak melebar dan meluas atau mencakup hal-hal lain yang tidak ada hubungannnya dengan tujuan permasalahan, maka dibatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Pengelolalaan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) agar dapat beroperasi secara berkelanjutan maka yang dianalaisis adalah pengelolaan melalui metode POAC yaitu : Planning, Organizing, Actuating dan Controling. 2. Kinerja keuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pekutatan yang digunakan adalah kinerja keuangan ditinjau dari aspek CAEL diantara Capital (Permodalan), Activa Productive (Kualitas Aktiva Produktif), Earning, dan Liquidity (Likuiditas), dengan tahun kajian 2011 dan 2012. 3. Evaluasi keberhasilan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pekutatan meliputi inferensi peran sosial LPD yang ditinjau dari laporan keuangan, kemudian peran LPD dalam penyaluran kredit dipedesaan

8 berupa perbedaan produksi, biaya, serta sumber modal kerja maupun pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menggunakan jasa kredit pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pekutatan. D. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan pokok permasalahan yang dikemukakan adalah : 1. Mendeskripsikan pengelolaan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pekutatan sehingga dapat beroperasi secara berkelanjutan. 2. Untuk mengetahui kinerja keuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pekutatan. 3. Menganalisis dan Mendeskripsikan keberhasilan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Pekutatan di Kabupaten Jembrana dalam menggerakkan aktivitas sosial ekonomi masyarakat pedesaan melalui kredit yang disalurkan. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan keilmuan, dimana penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, pemahaman dan wawasan mengenai keberhasilan suatu Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam menggerakkan sosial ekonomi masyarakat pedesaan. 2. Sebagai bahan masukan bagi Pemilik dan pengurus Lembaga Perkreditan Desa (LPD) serta pemangku aparatur desa, pemerintah daerah dan instansi

9 terkait dalam pengelolaan keuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) sehingga dapat mempertahankan eksistensi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) sebagai Lembaga Keuangan komunitas desa adat ditengah bermunculannya lembaga-lembaga keuangan mikro lain.