BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Menurut UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah sebagai berikut Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan SK Mentri Keuangan RI No 792 Tahun 1990, pengertian bank adalah : Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Menghimpun dana dari masyarakat luas (dalam istilah perbankan dikenal dengan kegiatan pendanaan (funding) merupakan aktivitas yang utama. Berbagai strategi dilakukan oleh bank agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat antara lain giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito berjangka. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh bank dana tersebut diputarkan kembali atau dijual
kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit, debitur akan dikenakan jasa pinjaman oleh kreditur dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Menurut PSAK (2004;31,1), bank didefinisikan sebagai berikut: Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana. 2.1.2. Fungsi Bank Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Namun secara lebih spesifik, menurut Budisantoso dan Sigit Triandaru (2006:9) bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services. a. Agent of trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.
b. Agent of development Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Dengan kata lain, bank berfungsi sebagai lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. c. Agent of services Sebagai agent of services, bank dapat memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan. Dengan kata lain, bank berfungsi sebagai lembaga yang menawarkan jasa perbankan kepada masyarakat. 2.1.3. Sumber Dana Bank Menurut Hermansyah (2005:42), sumber dana dari suatu bank terdiri dari 4 (empat) sumber yaitu : a. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Dana ini merupakan dana murni yang dimiliki oleh bank yang telah ada sejak bank tersebut memulai kegiatan usahanya, bahkan sejak bank tersebut memperoleh izin usaha dari BI (Bank Indonesia).
b. Dana yang bersumber dari masyarakat Merupakan dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti giro, deposito, dan tabungan. Menurut Manurung (2004:137), dana yang berasal dari masyarakat terdiri dari: 1. Simpanan Giro (Demand Deposit) Giro (demand deposit) adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mempergunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan. 2. Tabungan (saving deposit) Tabungan (saving deposit) dapat diartikan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. 3. Deposito Berjangka (Time Deposit) Deposito berjangka (time deposit) diartikan sebagai simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. 4. Sertifikat Deposito (Certificate of Deposit) Sertifikat deposito (certificate of deposit) adalah simpanan dalam bentuk deposito yang sertifikat bukti penyimpannya dapat dipindahtangankan.
c. Dana yang bersumber dari BI (Bank Indonesia) sebagai Bank Sentral Merupakan dana yang diberikan oleh BI melalui fasilitas kredit kepada bank-bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek dan dijamin dengan agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan. d. Dana yang bersumber dari lembaga keuangan bank (LKB) dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) 2.1.4 Jenis dan Usaha Bank Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, berdasarkan jenis dan usahanya, bank terdiri dari: a. Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum ini dapat diselenggarakan atau dimiliki oleh pemerintah, swasta nasional, koperasi. Usaha bank umum meliputi: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Memberikan kredit. 3. Menerbitkan surat pengakuan utang 4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud. 2. Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud 3. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah 4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 5. Obligasi 6. Surat dagangan berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun 7. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah 8. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya. 9. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat-surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga 10. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan suratsurat berharga.
11. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. 12. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat-surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek 13. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat. 14. Menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 15. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi : 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Memberikan kredit
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia 4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. 2.1.5 Kredit a.pengertian Kredit Istilah credit berasal dari bahasa Latin yaitu credo yang berarti I believe, I trust, saya percaya. Dalam artian luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Maksud dari percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali sesuai jangka waktu. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari pengertian ini kita melihat adanya suatu kontraprestasi yang diterima kreditur pada masa yang akan datang berupa jumlah bunga, imbalan atau hasil keuntungan. Menurut Hasibuan (2001:87), Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Kredit menjadi sumber pendapatan dan keuntungan bank yang terbesar. Disamping itu kredit juga merupakan jenis kegiatan penanaman dana yang
sering menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah besar. Maka dapat dinyatakan bahwa usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengelola kredit. Usaha bank yang berhasil mengelola kreditnya akan berkembang, sedangkan usaha bank yang selalu dirong-rong kredit bermasalah akan mundur. b. Tujuan dan Fungsi Kredit Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Adapun yang menjadi tujuan pemberian kredit menurut Kasmir (2002:96) adalah: 1. Mencari keuntungan Keuntungan diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. 2. Membantu usaha nasabah Bank memberikan fasilitas kredit untuk membantu usaha nasabah yang membutuhkan dana, baik untuk investasimaupun untuk modal kerja. Dengan dana ini maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. 3. Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Fungsi kredit sebagaimana dikemukakan oleh Kasmir (2008:101) adalah:
1. Untuk meningkatkan daya guna uang, Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, yang berarti jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. 2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya 3. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang menjadi berguna atau bermanfaat. 4. Untuk meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat meningkatkan jumlah barang yang beredar. 5. Sebagai stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat c. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Adapun salah satu prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan
adalah dengan analisis 5 C menurut Manurung (2004:193) dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Karakter (Character) Karakter (character) mencakup keinginan (kuat) calon debitur untuk memenuhi janji atau melunasi kewajiban sesuai jadwal, dalam kondisi baik dan buruk.). 2. Kapasitas (Capacity) Menurut Manurung (2004:193),defenisi kapasitas adalah : kapasitas (capacity) berkaitan dengan kemampuan calon debitur untuk melunasi kredit sesuai jadwal. Penilaian kemampuan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya pendekatan materiil, yaitu melakukan penilaian terhadap keadaan neraca, laporan laba-rugi, dan arus kas (cash flow) usaha dari beberapa tahun terakhir. 3. Modal (Capital) Penilaian atas modal (capital) yang dimiliki calon debitur, dimana bank ingin melihat kekuatan permodalan, juga komitmen dalam usaha. 4. Jaminan (Collateral) Jaminan (collateral) amat dibutuhkan oleh bank untuk menghindari atau mengurangi risiko kerugian, bila terjadi hal-hal yang buruk dari usaha yang dikelola nasabah. 5. Kondisi (Condition) Dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut. 2.1.6 Surat-Surat Berharga Surat berharga (disebut juga sekuritas atau efek) merupakan bentuk penanaman dana sementara dalam rangka pemanfaatan dana yang belum digunakan. Surat berharga dapat diperjualbelikan dengan segera bila terdapat kebutuhan dana untuk membiayai kegiatan usaha bank dalam jangka waktu dekat. Surat berharga yang biasa diperjualbelikan oleh bank terdiri atas surat pengakuan utang, wesel, sertifikat Bank Indonesia, ataupun obligasi
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar uang. Sebagai cadangan sekunder (secondary reserve), surat berharga dapat dijadikan sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi cadangan primer (primary reserve). Karena sifatnya yang dapat menghasilkan pendapatan bagi bank selain berfungsi sebagai cadangan, secondary reserve dapat memberikan manfaat bagi bank, yaitu untuk menjaga likuiditas dan meningkatkan profitabilitas bank. 2.1.7 Penempatan dana pada bank lain Menurut Dendawijaya (2001:67), penempatan dana pada bank lain adalah penanaman dana bank pada bank lainnya berupa giro, call money, deposito berjangka, kredit yang diberikan dan penempatan lainnya, yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Kegiatan penempatan dana pada bank lain dapat dilakukan melalui pasar uang (money market) maupun dilakukan secara langsung ke bank yang dituju. Kegiatan penempatan dana melalui pasar uang pada umumnya dilakukan melalui fungsi dealing room yang berada di pusat bank. Beberapa instrumen pasar uang yang dapat digunakan sebagai sarana penempatan dana pada bank lain antara lain penempatan call money pada bank lain (placement), fasilitas BI (FAS BI) dari bank Indonesia untuk pembelian SBI dan sebagainya. Sedangkan instrumen pasar uang yang dapat digunakan untuk mendapatkan dana dari bank lain antara lain interbank call money dari bank lain (borrowing), pinjaman diterima dari bank lain (termasuk Bank
Indonesia dan bank lainnya), dan sebagainya. 2.1.8 Penyertaan Modal pada Lembaga Keuanagan Non Bank Penyertaan merupakan penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan lain untuk tujuan investasi jangka panjang. Menurut Dendawijaya (2001:67), penyertaan adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang tidak melalui pasar modal, serta dalam bentuk penyertaan modal sementara pada perusahaan debitor untuk mengatasi akibat kegagalan kredit. Keterlibatan bank dalam penyertaan dapat diakibatkan oleh adanya pengalihan kredit, bila debitur dipandang beresiko tinggi, sementara kredit sudah diberikan maka bank dapat melakukan inisiatif untuk menyelamatkan kredit tersebut melalui pengalihan kredit menjadi penyertaan bank dalam perusahaan tersebut. 2.1.9 Profitabilitas Bagi perusahaan pada umumnya, masalah profitabilitas merupakan hal yang penting disamping masalah laba, karena laba yang besar saja belum merupakan suatu ukuran bahwa suatu perusahaan telah bekerja secara efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal atau kekayaan (aktiva) yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain adalah menghitung profitabilitasnya.
Dengan menghitung profitabilitas dapat diketahui sampai sejauh mana kemampuan suatu bank dalam menghasilkan keuntungan baik yang berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil non operasionalnya. Didalam perbankan, profitabilitas juga merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menilai sehat atau tidaknya sebuah bank selain faktor modal, kualitas aktiva, manajemen, dan likuiditas. Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik. Tingkat profitabilitas atau yang lazim disebut rentabilitas merupakan tolak ukur kinerja bank, karena profitabilitas merupakan salah satu rasio keuangan yang menunjukan hasil dari sejumlah besar kebijakan dan keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Rasio rentabilitas menurut Totok budisantoso (2006:62), dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu: 1. Return On Asset (ROA) 2. Return On Equity (ROE) 3. Rasio Biaya Operasional dan 4. Net Profit Marjin Menurut Lukman Dendawijaya Return On Asset (ROA) (2009:118) ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: ROA = Laba Sebelum Pajak x 100% Total Aktiva Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoretis dan perhitungan
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL, laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Bagi perbankan hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu kemampuan bank untuk mengetahui apakah kondisi bank itu sehat atau tidak sehat yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas perbankan. Salah satu indikator untuk mengukur tingkat keuntungan (profitabilitas) bank dari segi penggunaan asset digunakan analisis Return On Assets (ROA), Return On Assets (ROA) adalah rasio yang menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestaikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan atau dengan kata lain untuk menggambarkan produktivitas bank. Menurut Lukman Dendawijaya (2009:118), mengatakan Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat kuntungan yang dicapai bank tersebut dari segi penggunaan asset. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa kredit bermasalah dapat mempengaruhi kemampuan bank untuk memperoleh profitabilitas. Artinya profitabilitas akan tergantung pada besar kecilnya kredit bermasalah yang dihadapi oleh bank. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Siswanto Sutoyo (2008:25) Sebuah bank yang dirongrong oleh kredit bermasalah dalam jumlah besar cenderung menurun profitabilitasnya, Return on Assets (ROA) yaitu salah satu tolok ukur
profitabilitas akan menurun, dengan akibat nilai kesehatan operasi di masyarakat dan di dunia perbankan pada khususnya akan ikut menurun. 2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh kredit, surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain,dan penyertaan modal pada lembaga keuangan non bank terhadap profitabilitas pada bank umum diringkas dalam tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Ringkasan Peneliti Terdahulu Tahun Nama Judul Variabel Kesimpulan 2008 Suartana Pengaruh pertumbuhan aktiva produktif dan dana pihak ketiga pada profitabilitas BPR di kabupaten Bandung 2006 Cindy Anggreni 2003 Rahmaw ati Pengaruh kualitas aktiva produktif terhadap profitabilitas pada BNI Hubungan aktiva produktif terhadap Variabel independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan kredit yang diberikan, pertumbuhan tabungan,dan pertumbuhan deposito, sedangkan variabel dependen nya adalah profitabilitas Variabel independen dalam penelitian ini adalah kredit,penempatan dana pada bank lain, suratsurat berharga, sedangkan variabel dependen nya adalah profitabilitas Variabel independen dalam penelitian ini adalah kredit,penempatan dana Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan aktiva produktif( kredit yang diberikan, pertumbuhan tabungan, dan dana pihak ketiga hanya berpengaruh secara parsial pada profitabilitas pada BPR di kabupaten Bandung (2003-2007) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas aktiva produktif hanya berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktiva produktif hanya berpengaruh secara
rentabilitas pada Lippo Bank (1995-2002) pada bank lain, suratsurat berharga, sedangkan variabel dependen nya adalah rentabilitas simultan rentabilitas terhadap 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan penjelasan sementara gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan tentang hubungan antar variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan (Sugiyono, 2004 : 47). Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Kredit yang diberikan (X 1 ) Surat-surat berharga (X 2 ) Penempatan dana antar bank (X 3 ) ROA (Y) Penyertaan (X 4 ) Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual
Profitabilitas (ROA) merupakan hal yang penting disamping masalah laba, karena laba yang besar saja belum merupakan suatu ukuran bahwa suatu perusahaan telah bekerja secara efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal atau kekayaan (aktiva) yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain adalah menghitung profitabilitasnya. Melalui kerangka konseptual diatas ingin dilihat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap profitabilitas bank. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalah profitabilitas bank, sedangkan yang menjadi variabel independen adalah kredit, surat-surat berharga, penempatan dana pada bank lain,dan penepatan modal. Dari kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan bahwa kredit yang diberikan (X1) akan berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA), semakin banyak kredit yang diberikan maka akan semakin meningkatkan laba (profitabilitas), surat-surat berharga (X2) akan berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) yaitu penanaman dana sementara dalam rangka pemanfaatan dana yang belum digunakan, penempatan dana pada bank lain (X3) akan berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA), semakin besar penempatan dana maka akan semakin tinggi laba yang diperoleh, penyertaan (X4) akan berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) yang bertujuan untuk mengatasi kegagalan kredit, sehingga dapat meningkatkan laba, dan secara simultan atau bersama-sama kredit, surat-surat berharga, penempatan dana, dan penyertaan modal akan berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA).
2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah perumusan masalah, maka yang menjadi hipotesis adalah : H1 : kredit, surat-surat berharga, penempatan dana bank lain, dan penyertaan modal pada lembaga keuangan non bank berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap profitabilitas