BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB I LATAR BELAKANG

BAB IV METODE PENELITIAN

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Pediculus humanus capitis. Prevalensi dan insidensi PK di seluruh dunia cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dan menyerang semua kelas sosioekonomi (Kim et al., 2013). Hampir 400

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

Aprilia Zulinda 1, Yolazenia 2, Zahtamal 3 ABSTRACT

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PEDICULUS HUMANUS CAPITIS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI 1 BENDUNGAN KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan diperkirakan lebih dari 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN PERSONAL HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PEDIKULOSIS KAPITIS DI SD NEGERI KERTASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,


PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

1. No. Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Lama tinggal dikost :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PERAWATAN RAMBUT PADA LANSIA DI DESA PATALAN, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan berbagai masalah. Masalah yang ditimbulkan kutu pada manusia adalah gatal akibat saliva dan fesesnya. Rasa gatal akan mengakibatkan orang untuk menggaruk kepala. Kebiasaan menggaruk yang intensif dapat menyebabkan iritasi, luka, serta infeksi sekunder. (1) Pediculosis capitis (kutu) adalah suatu penyakit yang sering diabaikan karena dianggap ringan. Terutama pada kejadian Pediculosis capitis di negara dimana terdapat prioritas kesehatan lain yang lebih serius. Walaupun demikian, penyakit ini telah menyebabkan morbiditas yang signifikan di antara anak-anak sekolah di seluruh dunia. (2) Pediculosis capitis (kutu) akan memberikan gejala klinis gatal. Kelainan kulit kepala akan bertambah berat bila digaruk dan dapat menyebabkan infeksi sekunder. Infestasi kronik Pediculosis capitis di antara anak sekolah dapat menyebabkan anemia. Anemia membuat anak-anak menjadi lesu, mengantuk di kelas dan mempengaruhi kinerja belajar dan fungsi kognitif. Selain itu, anak-anak yang terinfestasi juga mengalami gangguan tidur di malam hari karena rasa gatal dan sering menggaruk. Dari sisi psikologis, infestasi kutu kepala membuat anak merasa malu karena diisolasi dari anak lain (3)

Pediculosis capitis (kutu) paling banyak ditemukan di asrama dan di daerah padat penduduk. Umumnya penyakit ini masih tertinggi kedua setelah Scabies terutama pada anak-anak usia sekolah. Kejadian ini sebagian besar tertular secara langsung melalui perantara (sisir, bantal, kasur, kerudung dan topi) karena kebiasaan dari penderita tidak memperhatikan personal hygiene sehingga terinfeksi. (4) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Pediculosis capitis, antara lain : jenis kelamin, anak perempuan lebih banyak terserang dibandingkan anak lakilaki karena biasanya rambut anak perempuan lebih panjang. Kebiasaan tidur sendiri, prevalensi Pediculosis capitis pada anak yang tidur sendiri lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidur bersama anggota keluarga lain. (5) Frekuensi cuci rambut, yaitu seberapa sering seseorang merawat rambutnya karena salah satu faktor Pediculosis capitis adalah kurang menjaga kebersihan dan perawatan rambut (6) Personal hygiene merupakan perilaku perawatan diri indvidu mempertahankan kesehatannya, oleh karena itu personal hygiene termasuk kedalam tindakan pencegahan primer yang spesifik. Personal hygiene menjadi aspek yang penting menjaga kesehatan individu karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan masuknya mikroorganisme yang ada di mana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit baik penyakit kulit penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya infeksi Pediculosis capitis pada rambut kepala. (7)

Perilaku penghuni asrama mengenai personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene yang rendah ditunjukkan dari aktivitas saling pinjam meminjam pakaian, perlengkapan mandi, dan alas tidur oleh sesama penghuni asrama. Pada lingkungan asrama, personal hygiene yang rendah dan kelengkapan fasilitas sanitasi dasar yang kurang sangat berarti dalam mencetuskan terjadinya gangguan kesehatan (8) Hal lain yang menjadi faktor-faktor terjadinya penyakit Pediculosis capitis yaitu kepadatan hunian. Kejadian Pediculosis capitis akan lebih meningkat lagi apabila didukung oleh hunian yang padat. Hal ini dipertimbangkan sebagai ancaman kesehatan dikarenakan ruang yang padat dapat menyebabkan sirkulasi udara yang kurang baik, dan pencahayaan kamar terhadap matahari berkurang. Kelembaban kamar yang tinggi akan mempercepat perbiakan tungau (9) Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab penyakit menular. Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO 2 dalam rumah akan cepat meningkat dan akan menurunkan kadar O 2 yang diudara (10). Menurut Kepmenkes RI tahun 1999 kepadatan dapat dilihat dari kepadatan hunian ruang tidur yaitu luas ruangan tidur minimal 8 m 2 dan tidak dianjurkan lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah usia 5 tahun. (11) Indonesia menempati urutan pertama di dunia sebagai negara dengan jumlah panti asuhan terbesar yaitu mencapai 5000 hingga 8000 panti terdaftar dan 15.000 panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak.

Pemerintah Indonesia sendiri hanya memiliki dan menyelenggarakan sedikit dari panti asuhan tersebut. Sekitar 99 persen panti asuhan diselenggarakan oleh masyarakat, terutama organisasi keagamaan (12) Masalah yang sering ditemukan di panti asuhan adalah kurangnya tenaga profesional dalam memberikan penanganan yang menjadikan anak-anak harus mengurus dan mengasuh diri mereka sendiri. Fokus lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kolektif, khususnya kebutuhan materi sehari-hari sementara kebutuhan emosional, pertumbuhan serta kesehatan anak-anak tidak dipertimbangkan. Meskipun pemerintah menyediakan dana yang substansial untuk semua panti asuhan yang terdaftar, namun rendahnya standar minimum pengasuhan dan juga sistem lisensi panti asuhan menunjukkan bahwa dukungan ini tidak menghasilkan pengasuhan yang profesional dan berkualitas (12). Sehingga hal ini dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan termasuk masalah banyaknya kejadian Pediculosis capitis di panti asuhan. Prevalensi penyakit ini cukup tinggi terutama pada anak sekolah.penyakit ini telah menjadi masalah baik di negara berkembang maupun negara maju. Amerika Serikat Pediculosis capitis menginfestasi pada 6 hingga 12 juta orang setiap tahunnya (13). Beberapa penelitian mengenai infestasi Pediculosis capitis pada murid sekolah dasar telah dilakukan di berbagai negara di dunia. Tahun 2000 di Belgia dilakukan penelitian terhadap 224 siswa sekolah dasar di kawasan kumuh area perkotaan dan diperoleh angka insidensi 21,9%. Penelitian di Inggris tahun 2003 terhadap siswa sekolah dasar diperoleh insidensi penderita Pediculosis capitis sebesar 2,03%. Tahun 2004 penelitian Pediculosis capitis dilakukan di China

terhadap 303 pengungsi anak-anak dengan angka insidensi 14,2%. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut diperoleh angka insidensi kejadian Pediculosis capitis tertinggi di negara Argentina pada tahun 2005 yaitu 61,4 %. Pada tahun 2006 diperoleh angka insidensi sebesar 35% dari penelitian yang dilakukan di Malaysia dan pada tahun 2007 angka insidensi sebesar 31, 1 % di Turki dan 3,3% di Perancis. (14) Penelitian yang dilakukan oleh Rassami dan Soonwera pada tahun 2012 di Bangkok, Thailand menyatakan bahwa rasio investasi Pediculus humanus var. capitis pada anak sekolah berkisar 12,26%-29,76%. Pada kelompok usia anak 12 tahun rasionya 26,07% sedangkan untuk kelompok usia anak 8 tahun rasionya meningkat menjadi 55,89%. (15) Di Indonesia data mengenai Pediculosis capitis masih kurang, namun berdasarkan hasil dari survei penelitian sebelumnya yang dilakukan pada sebuah pesantren Muhammaddiyah di Surakarta ditemukan 72,1% terinfeksi Pediculosis capitis. Faktor personal hygiene memiliki peranan yang besar terhadap kejadian Pediculosis capitis. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian Ansyah pada tahun 2013 di Pondok Pesantren Modern Assalam Surakarta menyatakan personal hygiene memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian Pediculosis capitis. (16) Dari hasil penelitian Restiana pada tahun 2010 Untuk kepadatan hunian, terlihat bahwa persentase kejadian Pedikulosis kapitis terbesar terjadi pada kelompok dengan kepadatan hunian yang tinggi (77,8%). Untuk hygiene perorangan, terlihat bahwa persentase kejadian Pedikulosis kapitis terbesar terjadi pada kelompok dengan hygiene yang rendah (87,5%) sedangkan untuk

karakteristik individu, pada kelompok umur, persentase kejadian Pedikulosis kapitis terbesar terjadi pada kelompok umur 12 tahun (17) Berdasarkan survey awal, peneliti telah melakukan wawancara dengan pengurus Panti Asuhan Asyiyah Padang yang menyatakan banyaknya keluhan gatal pada kepala anak di Panti Asuhan Asyiyah Padang dan diperkuat dengan hasil kuesioner yaitu dari 10 orang anak terdapat 8 orang anak yang mengalami Pedikulosis capitis. Ditambah dengan 70 % penghuni panti memiliki personal hygiene yang kurang baik panti dan kepadatan hunian yang melebihi batas standar hunian. Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti secara langsung ke Panti Asuhan Asyiyah Padang, kepadatan hunian yang dialami oleh anak-anak di panti dikarenakan satu kamar di isi oleh 12-13 orang yang melebihi standar kapasitas hunian. Dan kurangnya ventilasi sehingga kondisi ini berdampak pada tertutupya penyinaran matahari di dalam ruangan, sehingga ruangan menjadi gelap dan lembab. Hal ini masih kurang mendapatkan penanganan, khususnya dari pihak panti asuhan untuk memperbaiki keadaan lingkungan panti asuhan dengan menambah jumlah kamar dan ventilasi sehingga berdampak pada kesehatan anak dan kenyamanan anak di panti asuhan. Dengan mengamati keadaan di atas, diusulkan oleh penulis untuk meneliti hubungan personal hygiene, kepadatan hunian, dan kelembaban kamar dengan kejadian Pediculosis capitis pada penghuni Panti Asuhan Aisyiyah Padang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara personal hygiene, kepadatan hunian, dan kelembaban kamar dengan kejadian Pediculosis capitis pada anak Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang.

1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan personal hygiene, kepadatan hunian, dan kelembaban kamar dengan kejadian Pediculosis capitis di Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang tahun 2017? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene, kepadatan hunian, dan kelembaban kamar dengan kejadian Pediculosis capitis di Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang Tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian Pediculosis capitis di Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang. 2. Mengetahui distribusi frekuensi personal hygiene di Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang. 3. Mengetahui distribusi frekuensi kepadatan hunian di Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang. 4. Mengetahui distribusi frekuensi kelembaban kamar di Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang. 5. Mengetahui hubungan antara personal hygiene terhadap kejadian Pediculosis capitis di Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang. 6. Mengetahui hubungan antara kepadatan hunian terhadap kejadian Pediculosis capitis di Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang. 7. Mengetahui hubungan antara kelembaban kamar dengan kejadian Pediculosis capitis di Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademis Hasil penelitian ini dilakukan sebagai pengembangan dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya untuk mencegah penyakit Pediculosis capitis dan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan peneliti mengenai hubungan personal hygiene kepadatan hunian, dan kelembaban kamar terhadap kejadian Pediculosis capitis di Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang. 3. Bagi Panti Asuhan Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para pengurus dan semua penghuni Panti Asuhan Asyiyah dalam mencegah penularan Pediculosis capitis di Panti Asuhan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memberikan ruang lingkup penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene, kepadatan hunian, dan kelembaban kamar dengan kejadian Pediculosis capitis di Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang. Metode penelitian secara kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu propotional random sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai Juli 2017. Sasaran dari penelitian ini adalah Penghuni Panti Asuhan Asyiyah se-kota Padang. Lokasi penelitian ini dilakukan di empat cabang Panti Asuhan Asyiyah Padang.