BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Untuk membedakan penelitian Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Sepeda Motor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. Wacana dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal teringgi atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan luar. Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB II LANDASAN TEORI. dalam Iklan Barang Kebutuhan Rumah Tangga pada Tabloid Wanita dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINDAK TUTUR TOKOH DALAM NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI SKRIPSI

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II LANDASAN TEORI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB TV ONE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada komunikan. Pesan tersebut dapat berupa pikiran, ide,

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian tentang teknik-teknik persuasif pada bentuk wacana tulis sudah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Untuk membedakan penelitian Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Sepeda Motor pada Surat Kabar Suara Merdeka dengan penelitian sebelumnya, maka penulis meninjau dua buah hasil penelitian Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto sebagai berikut. 1. Analisis Wacana Persuasi dalam Iklan Kartu Seluler pada Spanduk oleh Endang Purwanti, Nim 0501040012, Tahun 2009. a. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode simak yang dilanjutkan dengan metode simak bebas libat cakap (SBLC). Proses analisis didasarkan pada ciri-ciri persuasi, tekni-teknik persuasi, tindak tutur dan aspek komunikasi. b. Hasil yang diperoleh Adapun hasil penelitian ini adalah: 1) Teknik persuasi yang terdapat dalam wacana persuasi iklan kartu seluler pada spanduk adalah rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, dan penggantian. Teknik persuasi tersebut dikaitkan dengan tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. 2) Aspek komunikasi yang terdapat dalam wacana persuasi iklan kartu seluler pada spanduk adalah aspek sosial, ekonomi, agama dan budaya. 3) Efek komunikasi yang terdapat dalam wacana persuasi iklan kartu seluler pada spanduk dalah efek positif dan negatif.

2. Kajian Unsur Retorika pada Iklan Radio Metro Fm di Purwokerto oleh Tantika Jaeni Verawati, Nim 0601040091, Tahun 2010. a. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode rekam dan dilanjutkan dengan metode catat. Proses analisisnya didasarkan pada unsur organis dan unsur bahasa. Unsur organis mencakup: teknik pernafasan, nada. Sedangkan unsur bahasa mencakup: gaya bahasa, dinamika ritme bicara, pilihan kata, dan susunan kalimat. b. Hasil yang diperoleh Adapun hasil penelitian ini adalah: 1) Unsur sarana retorika yang terdapat dalam wacana iklan Radio Metro Fm di Puwokerto terdapat unsur organis dan bahasa. Unsur organis meliputi nada dan teknik pernafasan. Sedangkan unsur bahasanya meliputi pilihan kata, gaya bahasa, dan dinamika bicara. 2) Efek komunikasi yang terdapat dalam wacana iklan Radio Metro Fm di Purwokerto adalah efek positif dan negatif. Berdasarkan dua kajian pustaka tersebut, maka penelitian yang penulis lakukan dengan judul Analisis Wacana Persuasi Iklan Sepeda Motor pada Surat Kabar Suara Merdeka, memang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan itu terletak pada data dan sumber data. Penelitian yang dilakukan oleh Endang Purwanti datanya berupa iklan kartu seluler, sedangkan penelitian yang penulis lakukan datanya berupa iklan sepeda motor. Sementara itu penelitian Tantika Jaeni Verawati sumber datanya radio Metro Fm, sedangkan sumber data yang penulis dapatkan dalam penelitiannya adalah surat kabar Suara Merdeka. Oleh karena itu, penelitian yang penulis lakukan perlu diteliti karena berbeda dari penelitian sebelumnya. B. Landasan Teori

1. Wacana a. Pengertian Wacana Wacana (discourse) adalah satuan bahasa lengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap (Kridalaksana, 1982:179). Tarigan (1993:23) mengatakan bahwa istilah wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Menurut Stubbs (dalam Tarigan, 1993:25) wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa. Dengan perkataan lain unit-unit linguistik yang lebih besar daripada kalimat atau klausa seperti pertukaran-pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis. Secara singkat apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran (utterance). Deese (dalam Tarigan, 1993:25) berpendapat bahwa wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan wacana adalah seperangkat alat proposisi yang saling berhubungan dan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar yang dinyatakan dalam bentuk karangan utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata untuk menghasilkan rasa perpaduan, dan kohesi bagi penyimak atau pembaca. b. Jenis Wacana

Klasifikasi diperlukan untuk memahami, mengurai, dan menganalisis wacana secara tepat. Ketika analisis dilakukan, perlu diketahui terlebih dahulu wacana yang akan dianalisis. Pemahaman ini sangat penting dalam proses pengkajian, agar pendekatan, dan teknik-teknik analisis wacana yang digunakan tidak keliru. Jenis-jenis wacana menurut Mulyana (2005:51-55) dapat diklasifikasikan berdasarkan media penyampaian, jumlah penutur, dan berdasarkan sifatnya. Sedangkan menurut Keraf (1995: 6) wacana hanya berdasarkan tujuan. Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti wacana berdasarkan tujuan. Wacana berdasarkan tujuan menurut Keraf dapat digolongkan menjadi lima, yaitu: 1) Wacana Narasi Istilah narasi berasal dari bahasa Inggris narration yang berarti cerita, karenanya wacana narasi sering ditafsirkan sebagai cerita yang bersifat menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan pengertianpengertian yang merefleksikan interpretasi penulisnya (Marwoto dkk, 1985:152). 2) Wacana Deskripsi Wacana deskripsi adalah wacana yang terutama digunakan untuk membangkitkan impresi atau kesan tentang: seseorang, tempat, suatu pemandangan, dan yang semacam itu (Marwoto dkk, 1985:167). 3) Wacana Eksposisi

Wacana eksposisi adalah paparan yang memberikan, mengupas atau menguraikan sesuatu demi sesuatu penyuluhan (penyampaian informasi), dan penyuluhannya disertai desakan atau paksaan kepada pembacanya (Marwoto dkk, 1985:170). 4) Wacana Argumentasi Wacana argumentasi adalah wacana yang isinya terdiri dari paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Pada wacana tersebut, argumentasi digunakan untuk meyakinkan kebenaran pendapat, gagasan, ataupun konsepsi sesuatu berdasarkan fenomena-fenomena keilmuan yang dikemukakan. 5) Wacana Persuasi Wacana persuasi adalah wacana yang berisi paparan berdaya-bujuk, berdaya-ajak, ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembacanya untuk meyakini dan menuruti himbauan, baik implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis atau pembuatnya (Marwoto dkk, 1985:176). Dalam penelitian ini, hanya akan dijelaskan tentang wacana persuasi. Wacana persuasi sebenarnya merupakan sebuah varian dari argumentasi. Wacana ini lebih condong untuk mempengaruhi manusianya daripada mempertahankan kebenaran suatu objek tertentu. Walaupun tidak seratus persen mempertahankan kebenaran tetapi bentuk wacana ini masih termasuk dalam wacana ilmiah bukan wacana fiksi (Keraf, 1995:7). Dengan demikian wacana persuasi adalah suatu seni verbal yang berfungsi untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang (Keraf 1992:118). Menurut Moeliono, (Peny) (2007:864) persuasi dapat berarti, (a) ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya; bujukan halus, (b) karangan yang bertujuan memberikan pendapat. Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau

kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi. Oleh sebab itu, ia memerlukan juga upayaupaya tertentu untuk merangsang orang yang mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya. Upaya yang biasa digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti, walaupun tidak setegas seperti yang dilakukan dalam argumentasi. Bentuk-bentuk persuasi yang dikenal umum adalah: propaganda yang dilakukan oleh golongan-golongan atau badan-badan tertentu, iklan-iklan dalam surat kabar, majalah atau media massa lainnya, selebaran-selebaran, kampanye lisan, dan sebagainya. Semua bentuk persuasi tersebut biasanya mempergunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha membangkitkan dan merangsang emosi hadirin. Persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain, ia berusaha agar orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan, perlu diciptakan suatu dasar, yaitu dasar kepercayaan. Persuasi sendiri adalah suatu usaha untuk menciptakan kesesuaian atau kesepakatan melaui kepercayaan. Orang yang menerima persuasi akan turut puas dan gembira, karena tidak merasa bahwa ia menerima keputusan itu berdasarkan ancaman (Keraf, 1992:118-119). c. Ciri-ciri Wacana Persuasi Adapun ciri-ciri wacana persuasi adalah sebagai berikut. 1) Menggunakan bahasa emotif Bahasa emotif di sini bukanlah suatu bahasa yang membuat orang emosi karena marah, tetapi bagaimana seseorang merasakan suatu perasaan yang datang dari hati untuk melakukan sesuatu. Bahasa emotif juga membuat seseorang penasaran terhadap sesuatu untuk dapat mengalami dan terlibat di dalamnya. 2) Menggunakan stuktur kalimat yang unik. Struktur kalimat yang unik maksudnya adalah struktur kalimat yang cenderung membuat para pembaca menikmati dan mudah mengerti, serta terkesan ketika para pembaca

membaca sebuah iklan yang menggunakan bahasa persuasif, struktur kalimatnya mudah dimengerti. 3) Pilihan kata yang khusus Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata khusus dan mudah dipahami oleh pembacanya. 4) Ajakan yang efektif Ajakan yang efektif adalah suatu ajakan yang tidak bertele-tele dan tersembunyi secara makna, tetapi ajakan yang dapat membuat hati sesorang tersentuh dan bergerak serta ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Purwanti, 2009: 17-18). d. Teknik-teknik Persuasi Menurut Keraf (1995:15) persuasi sebagai suatu tulisan yang mirip argumentasi, mengikuti jiwa sebuah tulisan argumentasi, kecuali pada sasaran. Untuk mencapai kesepakatan dalam persuasi adalah kesepakatan psikologis, agar pembaca melakukan sesuatu atau menerima sesuatu seperti dikemukakan penulis. karena itu, yang membedakan persuasi dari argumentasi adalah teknik-teknik penyajian. Keraf (1992:124-131) berpendapat bahwa teknik-teknik atau metodemetode yang digunakan dalam persuasi adalah sebagai berikut. 1) Rasionalisasi Rasionalisasi sebuah teknik persuasi dapat dibatasi sebagai: suatu proses penggunaan akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran kepada suatu persoalan, di mana dasar atau alasan itu tidak merupakan sebab langsung dari masalah itu. Kebenaran yang dibicarakan dalam persuasi bukanlah suatu kebenaran mutlak, tetapi kebenaran yang hanya berfungsi meletakkan dasar-dasar dan melincinkan jalan agar keinginan, sikap, kepercayaan, keputusan, tindakan yang telah ditentukan atau diambil dapat dibenarkan. Dalam rasionalisasi, penulis mengajukan alasan

agar pembaca menerima suatu hal, walaupun bila diteliti secara seksama alasan-alasan yang diajukan itu tidak tepat. 2) Identifikasi Dalam persuasi berusaha menghindari situasi konflik dan sikap ragu-ragu. Untuk itu pembicara harus menganalisis hadirin dan seluruh situasi yang dihadapinya dengan seksama. Dengan menganalisis hadirin dan seluruh situasi, maka pembicara dengan mudah dapat mengidentifikasi dirinya dengan hadirin. Agar identifikasi dapat berjalan sebagaimana diharapkan, haruslah diciptakan dasar umum yang sama. Bila dasar umum yang sama itu belum diciptakan, ia harus berusaha mencari dasar umum yang seluas-luasnya. Identifikasi merupakan kunci keberhasilan pembicara. Apabila terdapat situasi konflik antara pembicara dan hadirin, maka pembicara harus berusaha mengaburkan situasi konflik tersebut. Sikap agresif harus dapat dibelokkan sehingga dapat diciptakan dasar umum yang sama. Untuk dapat menemukan dasar umum yang sama, dalam setiap tulisan kita selalu mengajukan pertanyaan untuk siapa tulisan itu diajukan. Dengan berusaha menjawab pertanyaan itu dengan tepat, penulis akan lebih mudah mengidentifikasi dirinya dengan ciri, tingkat pengetahuan, dan kemampuan hadirin atau mereka yang akan membaca tulisannya. 3) Sugesti Sugesti adalah suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar-dasar kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi. Dalam kehidupan sehari-hari, sugesti ini biasanya dilakukan dengan kata-kata dan suara. Rangkaian kata-kata yang menarik dan meyakinkan, disertai nada

suara yang penuh dan berwibawa dapat memungkinkan seseorang mempengaruhi hadirin yang diajak bicara. 4. Konformitas Konformitas adalah suatu keinginan atau tindakan untuk membuat diri serupa dengan sesuatu hal yang lain. Konformitas adalah suatu mekanisme mental untuk menyesuaikan diri atau mencocokkan diri dengan sesuatu yang diinginkan. Teknik konformitas ini mirip dengan identifikasi. Perbedaannya, dalam identifikasi pembicara hanya menyajikan beberapa hal yang menyangkut dirinya dengan hadirin, sedangkan dalam konformitas pembicara memperlihatkan bahwa dirinya mampu berbuat dan bertindak sebagai hadirin. 5) Kompensasi Kompensasi adalah suatu tindakan atau suatu hasil dari usaha untuk mencari suatu pengganti (substitut) bagi suatu hal yang tidak dapat diterima, atau keadaan yang tidak dapat dipertahankan. Dalam persuasi pembicara dapat mendorong hadirin untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan lain atau tindakan yang diinginkan oleh pembicara, yaitu dengan menunjukkan secara meyakinkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk itu. 6) Penggantian Penggantian (displacement) adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud atau hal yang mengalami rintangan, dengan suatu maksud atau hal lain yang sekaligus menggantikan emosi kebencian asli, atau kadang-kadang emosi cinta kasih yang asli. Dalam persuasi, pembicara berusaha meyakinkan hadirin untuk mengalihkan sesuatu objek atau tujuan tertentu kepada tujuan lain.

7) Proyeksi Proyeksi adalah suatu teknik untuk menjadikan sesuatu yang tadinya subjek menjadi objek. Sesuatu watak yang dimiliki seseorang tidak ingin diakui lagi sebagai sifat atau wataknya, tetapi dilontarkan sebagai sifat dan watak orang lain. Jika seseorang diminta untuk mendeskripsikan seseorang yang tidak disenanginya, ia akan berusaha untuk mendeskripsikan hal-hal yang baik mengenai dirinya sendiri. Kesalahan yang dilakukan seseorang dilemparkannya kepada orang lain, bahwa orang lain itu yang melakukannya. e. Iklan sebagai Bentuk Wacana Persuasi Iklan termasuk bentuk wacana persuasi, karena iklan mempunyai perbedaan dengan informasi atau pengumuman biasa. Perbedaan tersebut terletak pada ragam bahasa, retorika penyampaian, dan daya persuasi yaitu mempengaruhi masyarakat agar tertarik dan membeli. Sehubungan dengan tujuan tersebut, Jefkin (dalam Mulyana, 2005:64) dengan jelas mengemukakan bahwa adverstising aims to persuade people to buy iklan bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat untuk membeli produk. Bahasa iklan memiliki ciri dan karakter tertentu. Dalam iklan, penggunaan bahasa menjadi salah satu aspek penting bagi keberhasilan iklan. Oleh karena itu, bahasa iklan harus mampu menjadi manifestasi atau presentasi dari hal yang diinginkan pihak pengiklan kepada masyarakat luas. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi masyarakat agar tertarik dengan sesuatu yang diiklankan (Mulyana, 2005:65) 2. Iklan a. Pengertian Iklan Iklan di sini disejajarkan dengan konsep advertising. Kata advertising berasal dari bahasa latin ad-vere yang berarti menyampaikan pikiran dan gagasan kepada pihak lain (Klepper dalam

Mulyana,2005:63). Sementara itu Spriengel (dalam Mulyana, 2005:63) menyampaikan bahwa advertising adalah setiap penyampaian informasi tentang barang atau jasa dengan menggunakan media nonpersonal yang dibayar. Lebih lanjut Wright (dalam Mulyana, 2005:63-64) menambahkan iklan merupakan proses komunikasi yang mempunyai kekuatan penting sebagai sarana pemasaran, membantu layanan, serta gagasan dan ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang bersifat persuasi. Moeliono, (Peny) (2007:421) menyebutkan bahwa iklan adalah (a) berita dan jasa yang ditawarkan, (b) pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat umum. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan adalah penyampaian informasi kepada khalayak ramai tentang barang atau jasa yang ditawarkan melalui media massa maupun melalui media yang dipasang di tempat umum. b. Tujuan Iklan Prosedur di dalam membuat iklan mempunyai beberapa tujuan (Susanto, 1989:213). Adapun tujuan iklan adalah sebagai berikut. 1) Menyadarkan komunikan dan memberi informasi tentang suatu barang, jasa, atau idea. 2) Menimbulkan dalam diri komunikan suatu perasaan suka akan barang, jasa ataupun idea yang disajikan, dengan memberikan preferensi kepadanya. 3) Meyakinkan komunikan akan kebenaran tentang apa yang dianjurkan dalam iklan, dan karena menggerakkannya untuk berusaha memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang dianjurkan. c. Jenis-jenis Iklan

Jenis-jenis iklan berdasarkan tujuan menurut Kotler (2002: 658) dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Iklan Informatif (Informatif Advertising) Iklan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. a) Bertujuan untuk membentuk atau menciptakan kesadaran atau pengenalan dan pengetahuan tentang produk atau fitur-fitur baru dari produk yang sudah ada, b) Menginformasikan perubahan harga dan kemasan produk, c) Menjelaskan cara kerja produk, d) Mengurangi ketakutan konsumen, dan e) Mengoreksi. 2) Iklan Persuasif (Persuasif Advertising) Iklan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. a) Bertujuan untuk menciptakan kesukaan, preferensi, dan keyakinan sehingga konsumen mau membeli dan menggunakan barang dan jasa, b) Mempersuasif khalayak untuk memilih merk tertentu, c) Menganjurkan untuk membeli, d) Mengubah persepsi konsumen, dan e) Membujuk untuk membeli sekarang. 3) Iklan Reminder (Reminder Advertising) Iklan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. a) Bertujuan untuk mendorong pembelian ulang barang dan jasa, b) Mengingatkan bahwa suatu produk memiliki kemungkinan akan sangat dibutuhkan dalam waktu dekat, c) Mengingatkan pembeli di mana membeli produk, d) Menjaga kesadaran akan produk (consumer s state of mind), dan e) Menjalin hubungan baik dengan konsumen. 3. Pragmatik Bidang pragmatik dalam linguistik dewasa ini mulai mendapat perhatian para peneliti dan pakar bahasa di Indonesia. Pragmatik cenderung mengkaji fungsi ujaran atau fungsi bahasa daripada bentuk atau strukturnya. Dengan kata lain, pragmatik lebih cenderung ke fungsionalisme daripada formalisme.

Pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi (Kridalaksana, 1982:137). Menurut Wijana (1996:1) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Sedangkan Firth (dalam Wijana, 1996:5) mengemukakan bahwa kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipasi, tindakan partisipasi (baik tindak verbal maupun tindak nonverbal), ciri-ciri situasi lain yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung, dan dampak-dampak tindak tutur yang diwujudkan dengan bentuk-bentuk perubahan yang timbul akibat tindakan partisipan. Sementara itu Haliday dan Hasan (dalam Wijana, 1996:5) memandang studi bahasa sebagai kajian tentang sistem tanda. Sebagai salah satu sistem tanda, menurutnya bahasa adalah sistem makna yang membentuk budaya manusia. Sistem makna ini berkaitan dengan struktur sosial masyarakat. Kata-kata atau secara lebih luas bahasa yang digunakan oleh manusia memperoleh makna dari aktivitas. Aktivitas yang merupakan kegiatan sosial dengan perantaraperantara dan tujuan-tujuan yang bersifat sosial. 4. Hubungan Wacana dan Pragmatik Wacana merupakan unsur kebahasaaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Namun, wacana pada dasarnya merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis (Mulyana, 2005:1). Mulyana (2005:79) berpendapat bahwa pendekatan pragmatik terhadap wacana perlu mempertimbangkan faktor-faktor nonverbal seperti: a. Paralingual (intonasi, nada pelan, dan keras), b.kinesik (gerak tubuh dalam komunikasi, gerak mata, tangan, kaki, dan sebagainya), c. Kronesik (penggunaan dan strukturisasi waktu dalam interaksi).

Di samping itu kancah yang mempelajari pragmatik mencakup empat hal yaitu : (1) deiksis, (2) praanggapan, (3) tindak tutur, dan (4) implikatur. Dalam penelitian ini hanya akan dijelaskan masalah tindak tutur, di mana penulis hanya membatasi penelitian ini tentang tindak tutur. Tindak tutur atau tindak ujar (speech ect) adalah fungsi bahasa sebagai sarana penindak. Semua kalimat atau ujaran yang diucapkan oleh penutur sebenarnya mengandung fungsi komunikasi tertentu. Tuturan dari seseorang (penutur) tentu saja tidak semata-mata hanya asal bicara, tetapi mengandung maksud tertentu. Fungsi ini yang menjadi semangat para penutur untuk menindakkan sesuatu (Mulyana, 2005:80). 1) Bentuk-bentuk Tindak Tutur Tindak tutur mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur adalah satuan analisisnya. Searle (dalam Wijana, 1996: 17-21) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). a) Tindak Lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu dalam arti berkata atau tindak tutur dalam bentuk kalimat dan dapat dipahami. Tindak tutur lokusi ada tiga, yaitu: (1) Lokusi Pernyataan Lokusi pernyataan yang merupakan sesuatu pernyataan kepada pendengar. Lokusi dalam tipe ini merupakan lokusi tidak langsung, karena hanya merupakan berita agar pendengar

percaya dengan apa yang dituturkan oleh pembaca. Bentuk lokusi ini mempunyai intonasi netral dan tidak ada suatu bagian yang lebih dipentingkan dari yang lain. (2) Lokusi Perintah Bentuk perintah mengandung ciri utama bahwa tipe ini merupakan cara mengungkapkan lokusi bersifat perintah dan larangan. (a) intonasi keras (terutama perintah biasa dan larangan) (b) kata kerja yang mengandung isi perintah, biasanya merupakan kata dasar. (3) Lokusi Pertanyaan Bentuk kata tanya pada umumnya meminta pendengar untuk menjawab suatu tindakan. Fungsi kata tanya mengemukakan pertanyaan dan permintaan, tetapi keduanya merupakan jenis permintaan. Perbedaan keduanya adalah pertanyaan meminta tindakan verbal dan tindakan nonverbal. Ciri-cirinya sebagai berikut. (a) intonasi yang digunakan adalah intonasi tanya, (b) sering menggunakan kata tanya, (c) dapat pula mempergunakan partikel tanya kah. b) Tindak Ilokusi Sebuah tuturan selain berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi. Tindak ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something. Tindak ilokusi sangat sukar untuk diidentifikasikan karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi. Dengan demikian, tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur. Searle (dalam Rahardi, 2005: 36) menggolongkan tindak tutur ilokusi ke dalam lima macam bentuk tuturan yaitu: (1) Asertif ( Assertives ), yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada

kebenaran proposisi yang diungkapkan. Misalnya menyatakan (stating), menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh (complaining), dan mengklaim (claiming); (2) Direktif ( Directives), yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan. Misalnya memesan (ordering), memerintah (commanding), memohon atau meminta (requesting), menasehati (advising), dan merekomendasi (recommending); (3) Ekspresif (Ekspressives) adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Misalnya berterimakasih (thanking), memberi selamat (congratulating), meminta maaf (pardoning), menyalahkan (blaming), memuji (praising), dan berbela sungkawa (condoling); (4) Komisif (Commissives), yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Misalnya berjanji (promising), bersumpah (vowing), dan menawarkan sesuatu (offering); (5) Deklrasi (Declarations), yakni bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan. Misalnya berpasrah (resigning), memecat (dismissing), membatis (christening), memberi nama (naming), mengangkat (appointing), mengucilkan (excommunicating), dan menghukum (sentencing). c) Tindak perlokusi Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh (Perlocutionary Force), atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak disengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi. Tindak perlokusi ini disebut The Act of Affecting Someone. Untuk jelasnya perhatikan kalimat berikut ini. Rumahnya jauh

Bila kalimat tersebut diutarakan oleh seseorang kepada ketua perkumpulan, maka ilokusinya adalah secara tidak langsung menginformasikan bahwa orang yang dibicarakan tidak dapat terlalu aktif di dalam organisasinya. Adapun efek perlokusinya yang mungkin diharapkan agar ketua tidak terlalu banyak memberikan tugas kepadanya. Menurut Leech (1993: 323) tindak tutur perlokusi dibagi menjadi enam belas, yaitu: (1) bring t to learn that (membuat t tahu bahwa),(2) persuade (membujuk), (3) deceive (menipu), (4) encourage (mendorong), (5) irriate (menjengkelkan), (6) frighten (menakuti), (7) amuse (menyenangkan),(8) get t to do (membuat t melakukan sesuatu), (9) inspire (mengilhami), (10) impress (mengesankan), (11) distract (mengalihkan), (12) get t to think abaut (membuat t berpikir tentang), (13) relieve tension (melegakan), (14) embarrass (mempermalukan), (15) attract attention (menarik perhatian), (16) bore (menjemukan). 2) Jenis-jenis Tindak Tutur Jenis-jenis tindak tutur menurut Wijana (1996:29-36) dapat dibagi atau dibedakan menjadi delapan, yaitu: tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung literal,tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal. a) Tindak Tutur Langsung Tindak tutur langsung adalah apabila secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu (informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Untuk jelasnya perhatikan kalimat (1), dan (2) berikut ini. (1) Sidiq memiliki dua ekor kucing (2) Ambilkan buku saya!

Kalimat (1) berupa kalimat berita karena hanya berupa berita menginformasikan tentang Sidiq yqng memiliki dua ekor kucing, sedangkan kalimat (2) berupa kalimat perintah yang merupakan perintah kepada lawan tuturnya untuk mengambilkan buku. b) Tindak Tutur Tidak Langsung Tindak tutur tidak langsung adalah apabila tuturan tidak dapat dijawab secara langsung, tetapi harus segera dilaksanakan maksud yang terimplikasikan di dalamnya. Untuk jelasnya perhatikan kalimat (3), dan (4) berikut. (3) Ada makanan di almari (4) Di mana sapunya? Kalimat (3), bila diucapkan kepada seseorang teman yang membutuhkan makanan, dimaksudkan untuk memerintah lawan tuturnya mengambil makanan yang ada di almari yang dimaksud, bukan sekedar untuk menginformasikan bahwa di almari ada makanan. Demikian pula tuturan (4), bila utarakan oleh seorang ibu kepada anaknya, tidak semata-mata berfungsi untuk menanyakan di mana letak sapu itu, tetapi juga secara tidak langsung memerintah sang anak untuk mengambil sapu itu. c) Tindak Tutur Literal (Literal Speech Act) Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Untuk jelasnya perhatikan kalimat (5) berikut ini. (5) Penyanyi itu suaranya bagus Kalimat (5), bila diutarakan untuk maksud memuji atau mengagumi kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan. d) Tindak Tutur Tidak Literal (Nonliteral Speech Act)

Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Contoh kalimatnya sebagai berikut. (6) Suaramu bagus, (tapi tak usah nyanyi saja) Kalimat (6) karena penutur memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus dengan mengatakan tak usah nyanyi saja. e) Tindak Tutur Langsung Literal (Direct Literal Speech Act) Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Untuk jelasnya perhatikan kalimat berikut ini. (7) Orang itu sangat pandai (8) Jam berapa sekarang? Tuturan (7), dan (8) merupakan tindak tutur langsung literal bila secara berturut-turut dimaksudkan untuk memberitakan bahwa orang yang yang dibicarakan sangat pandai, dan menanyakan pukul berapa ketika itu. f) Tindak Tutur Tidak Langsung Literal (Indirect Literal Speech Act) Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur. Contoh kalimatnya sebagai berikut. (9) Lantainya kotor Dalam konteks seorang ibu rumah tangga berbicara dengan pembantunya pada kalimat (9), tuturan ini tidak hanya informasi tetapi terkandung maksud memerintah yang diungkapkan secara tidak langsung dengan kalimat berita. Makna kata-kata yang menyusun pada kalimat tersebut sama dengan maksud yang dikandungnya.

g) Tindak Tutur Langsung Tidak Literal (Direct Nonliteral Speech Act) Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Untuk lebih jelasnya lihat kalimat (10). (10) Suaramu bagus, kok Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam kalimat (10) memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus. h) Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal ( Indirect Nonliteral Speech Art) Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Untuk jelasnya perhatikan kalimat (11), dan (12) berikut ini. (11) Lantainya bersih sekali (12) Radionya terlalu pelan, tidak kedengaran Kalimat (11), untuk menyuruh seorang pembantu menyapu lantai yang kotor, seorang majikan dapat saja mengutarakannya dengan nada tertentu. Demikian pula pada kalimat (12), untuk menyuruh seorang tetangga mematikan atau mengecilkan volume radionya, penutur dapat mengutarakan kalimat berita. 5. Aspek Komunikasi Aspek komunikasi pada wacana persuasi dalam iklan sepeda motor pada surat kabar Suara Merdeka, di sini adalah beberapa atau sejumlah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis wacana kepada khalayak atau pembaca. Aspek komunikasi tersebut dapat berupa aspek sosial, budaya, geografis, ekonomi (komersial), politik, moral, humor, dan aspek agama. a. Aspek sosial yaitu apabila pada wacana persuasi dalam iklan sepeda motor mengingatkan masyarakat bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkenaan dengan masyarakat,

suka memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dan sebagainya) (Moeliono, (Peny), 2007:1085). b. Aspek budaya yaitu apabila pada wacana persuasi dalam iklan sepeda motor mengungkapkan masalah adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah (Moeliono, (Peny), 2007:109). c. Aspek geografis yaitu apabila pada wacana persuasi dalam iklan sepeda motor mengungkapkan masalah tentang permukaan bumi, iklim, penduduk, flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi (Moeliono, (Peny), 2007:355). d. Aspek ekonomi yaitu apabila pada wacana persuasi dalam iklan sepeda motor mengajak masyarakat menggunakan prinsip ekonomi (pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga) (Moeliono, (Peny), 2007:287). e. Aspek politik yaitu apabila pada wacana persuaasi dalam iklan sepeda motor berisi pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan, dan sebagainya (Moeliono, (Peny), 2007:886). f. Aspek moral yaitu apabila pada wacana persuasi dalam iklan sepeda motor berisi ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila (Moeliono, (Peny), 2007: 754). g. Aspek humor yaitu apabila pada wacana persuasi dalam iklan sepeda motor mengungkapkan sesuatu yang lucu, keadaan yang menggelikan hati, kejenakaan, dan kelucuan (Moeliono, (Peny), 2007: 412). h. Aspek agama yaitu apabila pada wacana persuasi dalam iklan sepeda motor berisi ajaran sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan), dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha

Kuasa, serta yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan (Moeliono, (Peny), 2007 :12). ANALISIS WACANA PERSUASI DALAM IKLAN SEPEDA MOTOR PADA SURAT K Wacana Prag Pengertian Wacana Jenis Wacana Berdasarkan Media penyampaian Berdasarkan Jumlah Penutur Berdasarkan Sifat Berdasarkan Tujuan: a. Wacana Narasi b. Wacana Deskripsi c. Wacana Eksposisi d. Wacana Argumentasi e. Wacana Persuasi Deiksis Wacana Persuasi Pengertian Wacana Persuasi Ciri-ciri Wacana Persuasi Teknik-teknik Persuasi: - Rasionalisasi - Identifikasi - Sugesti - Konformitas - Kompensasi - Penggantian -Proyeksi Pengertian Iklan Bentuk Wacana Persuasi Iklan Tujuan Iklan Jenis-jenis Iklan Iklan Informatif Iklan Persuasif Iklan Reminde Iklan Sepeda Motor Pada Surat Kabar