BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA DALAM WACANA OLAHRAGA PADA KORAN TEMPO EDISI BULAN SEPTEMBER-OKTOBER 2013 : KAJIAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2014

ANALISIS IDIOMATIK PADA ARTIKEL BERITA DI HARIAN SOLOPOS EDISI DESEMBER 2012 : KAJIAN SEMANTIK

Naskah Publikasi. 2013

KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS. Naskah Publikasi Ilmiah. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

EUFEMIA HOTEL PRODEO PADA BERITA KETIKA ANGIE CEK GIGI DAN NYALON DI HOTEL PRODEO

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penulisan di media massa, baik cetak maupun elektronik. Perubahan makna kasar

PEMAKAIAN DISFEMISME DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR SOLO POS

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi merupakan kegiatan sosial. Kegiatan sosial tentu ada norma dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tidak hanya dalam hal kuantitas, tetapi juga kualitas. Berbicara mengenai

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA RUBRIK HUKUM DAN KRIMINAL DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI AGUSTUS-OKTOBER 2013

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

ANALISIS PEMAKAIAN DISFEMIA PADA RUBRIK OPINI SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI BULAN JUNI 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

UNGKAPAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SUARA MERDEKA

BAB I PENDAHULUAN. bantuan orang lain dan harus menjalin kerja sama satu sama lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eufemisme berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan

dan Daerah Disusun oleh: A

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

ANALISIS DISFEMIA PADA KOLOM OPINI SURAT KABAR HARIAN BOLA EDISI DESEMBER 2013 SERTA IMPLIKASINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA/SMK

ANALISIS PEMAKAIAN DISFEMIA PADA KOMENTATOR SEPAKBOLA LIGA INDONESIA DI ANTV ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL PADA ANTOLOGI CERPEN BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK)

DISFEMIA DALAM RUBRIK BOLA NASIONAL PADA TABLOID BOLA SKRIPSI

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI

ANALISIS BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI MEI 2013

ANALISIS PENGGUNAAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

Terdapat gaya bahasa yang khas pada ragam jurnalistik di media massa, khususnya media massa olahraga. Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoal

BAB I PENDAHULUAN. yang diterbitkan tujuh kali dalam seminggu. Surat kabar Solopos menempatkan

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN)

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal

ANALISIS PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA POLITIK SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-NOVEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

DESKRIPSI NAMA DIRI DI DESA SAMBIUNGGUL, KECAMATAN SAMBUNGMACAN, KABUPATEN SRAGEN: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

ANALISIS CAMPUR KODE PADA JUDUL BERITA DI HARIAN SOLO POS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2013 NURUL ALIEFAH DAMARJATI A NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KLAUSA DALAM SURAT KABAR HARIAN MEDIA INDONESIA. Oleh: Rismalasari Dalimunthe ABSTRAK

Artikel Publikasi PERUBAHAN MAKNA PADA WACANA HUMOR CAK LONTONG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa adalah media atau medium, saluran, sarana, atau alat yang

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS

ANALISIS MAKNA KONOTATIF DAN PERUBAHAN MAKNA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT PERIODE BULAN OKTOBER 2013 s.d. BULAN JANUARI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat

PRATIWI AMALLIYAH A

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (2000: ) yakni publisitas yang menyangkut

BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT KABAR HARIAN PAGI POSMETRO PADANG. Oleh Fatmi Amsir ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. yang terus meninggi, ragam inovasi media terus bermunculan. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

ANALISIS DISFEMIA PADA KOLOM BERITA OLAHRAGA SURAT KABAR TEMPO EDISI FEBRUARI 2016 SEBAGAI BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA/K

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

KELOGISAN GAGASAN PADA KALIMAT DALAM KARANGAN SISWA KELAS IX A SMP AL-ISLAM KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA MADING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JURNAL ILMIAH

Diajukan oleh: A JUNI, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

DISFEMIA DALAM KOLOM HUKUM DAN KEADILAN KORAN RAKYAT KALBAR PERIODE OKTOBER SAMPAI DESEMBER 2016 ARTIKEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DALAM ALBUM SEPERTI SEHARUSNYA PADA GRUP MUSIK NOAH. NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

PENGGUNAAN BAHASA KATA TIDAK BAKU DAN CAMPUR KODE DALAM NASKAH DRAMA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

ANALISIS PEMAKAIAN DISFEMIA PADA KOMENTATOR SEPAKBOLA LIGA INDONESIA DI ANTV SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

Transkripsi:

BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA DALAM WACANA OLAHRAGA PADA KORAN TEMPO EDISI BULAN SEPTEMBER-OKTOBER 2013 : KAJIAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah AGUSTINA PUTRI REISTANTI A310100165 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 1

2

BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA DALAM WACANA OLAHRAGA PADA KORAN TEMPO EDISI BULAN SEPTEMBER-OKTOBER 2013 : KAJIAN SEMANTIK Agustina Putri Reistanti A310100165 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta 57102 reistha_bum2@ymail.com ABSTRAK Agustina Putri Reistanti, A310100165, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014. Penelitian ini memiliki tiga tujuan. (1) Mengidentifikasi bentuk disfemia dalam wacana olahraga koran Tempo edisi September-Oktober 2013. (2) Mendeskripsikan nilai rasa yang terkandung dalam penggunaan disfemia pada wacana olahraga koran Tempo edisi September-Oktober 2013. (3) Memaparkan bentuk sinonim yang lebih santun penggunaan disfemia dalam wacana olahraga koran Tempo edisi September-Oktober 2013. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa kata, frasa, klausa, ungkapan, dan kalimat yang terdapat dalam wacana olahraga koran Tempo edisi September-Oktober 2013. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan teknik simak dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode padan referensial, padan pragmatik, dan metode agih dengan teknik ganti. Hasil penelitian ini adalah (1) 3

Pemakaian bentuk disfemia yang terdapat pada wacana olahraga koran Tempo edisi September-Oktober 2013 berupa kata, frasa, klausa, dan ungkapan. (2) Nilai rasa yang terdapat pada pemakaian disfemia ada 6 yaitu nilai rasa menguatkan, nilai rasa menyeramkan, nilai rasa menakutkan, nilai rasa menjijikan, nilai rasa mengerikan, dan nilai rasa yang kurang sopan/ kasar. (3) Bentuk sinonim yang digunakan dalam pemakaian bentuk disfemia terdapat 6 bentuk sinonim yaitu bentuk sinonim kata dengan kata, sinonim kata dengan frasa, sinonim kata dengan klausa, sinonim frasa dengan frasa, sinonim frasa dengan klausa, dan sinonim klausa dengan klausa. Kata Kunci: bentuk disfemia, nilai rasa, dan sinonim. PENDAHULUAN Bahasa memiliki keanekaragaman yang unik dan memiliki karakteristik sendirisendiri. Sejalan dengan pemakaian bahasa yang variatif, bahasa Indonesia mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan pemakaian bahasa yang variatif adalah perkembangan kosakata. Kosakata mengalami perkembangan tidak hanya kuantitas tetapi juga kualitas kata. Berbicara mengenai kualitas, kata tidak akan terlepas dari perubahan makna (Pateda, 2001:158). Oleh karena itu, perubahan makna akan sangat berpengaruh pada perubahan efek dan nilai rasa yang ditimbukan. Setiap kata memiliki nilai rasa sehingga ada kata yang memiliki nilai rasa netral, ada yang bernilai rasa negatif, dan ada juga bernilai rasa positif. Kajian bahasa yang mempelajari tentang makna dimuat dalam ilmu semantik. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan makna yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Perubahan makna suatu kata sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan masyarakat, perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi, pengembangan istilah (Chaer, 2009:131). Berdasarkan faktor -faktor terjadinya perubahan makna, maka ada perubahan makna yang sifatnya menghalus (eufemisme), ada perubahan yang sifatnya meluas, ada perubahan yang sifatnya menyempit, ada perubahan yang sifatnya kasar (disfemia), dan perubahan yang sifatnya total. Makna 4

yang mengalami perubahan secara kasar yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Pemakaian bentuk bahasa disfemia sebagai salah satu cara khas yang dipergunakan oleh seorang penulis untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri dengan gaya pribadi. Gaya bahasa disfemia yang dipakai oleh penulis dapat mempengaruhi dan menyakinkan pembaca sehingga mampu meningkatkan minat pembaca untuk mengikuti dan mengerti yang akan disampaikan oleh penulis. Pemakaian disfemia sebagai salah satu gaya bahasa sering ditemukan di dalam surat kabar terutama dalam wacana olahraga koran Tempo. Penggunaan gaya bahasa disfemia sengaja digunakan untuk menarik perhatian orang lain. Selain itu, dari uraian di atas telah diketahui bentuk disfemia sering ditemukan dalam surat kabar salah satunya koran Tempo. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui seberapa banyak berita dalam wacana olahraga yang dikonsumsi oleh masyarakat yang mengandung disfemia. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengkaji bentuk disfemia dalam wacana olahraga surat kabar Tempo. Pertimbangan penulis mengambil objek wacana olahraga pada surat kabar Tempo dikarenakan bahasa dalam wacana olahraga tersebut berbeda dengan yang lainnya. Wacana olahraga biasanya disajikan dengan bahasa yang menarik dan lugas, serta mampu menggerakkan pikiran dan emosional pembaca sehingga dapat menciptakan pengertian yang sama dengan yang dipikirkan penulis. Ada 3 rumusan yang akan dikaji dalam penelitian ini. (1) Bagaimana penggunaan bentuk disfemia pada wacana olahraga koran Tempo edisi September- Oktober 2013. (2) Bagaimana nilai rasa yang terkandung dalam penggunaan disfemia dalam wacana olahraga koran Tempo edisi September-Oktober 2013. (3) Bagaimana bentuk sinonim yang lebih santun penggunaan disfemia dalam wacana olahraga koran Tempo edisi September-Oktober 2013. 5

METODE PENELITIAN Peneilitian ini bersifat deskriptif karena data yang diperoleh tidak dianalisis dalam bentuk bilangan atau angka, akan tetapi mendeskripsikan dalam bentuk naratif. Data dalam penelitian ini berupa kalimat yang di dalamnya terdapat bentuk disfemia yakni penggunaan disfemia dalam wacana olahraga pada koran Tempo edisi September-Oktober 2013. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan teknik simak dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan yaitu menggunakan metode padan dengan teknik padan referensial, metode padan dengan teknik padan pragmatik, dan metode agih dengan teknik ganti. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Bentuk Disfemia Pemakaian bentuk disfemia pada koran Tempo dapat dibedakan dalam bentuk satuan gramatikal berupa kata, frasa, klausa, dan ungkapan. Berikut ini pemakaian disfemia dalam koran Tempo edisi bulan September-Oktober 2013.. a. Bentuk Disfemia Berupa Kata (1) Performa tim asuhan Massimiliano Allegri ini bahkan sempat anjlok pada paruh pertama musim lalu. (JT21/DD04/14Sept13) Kata anjlok dalam kalimat (1) memiliki nilai kasar dan memiliki bentuk disfemia. Kata anjlok biasa digunakan untuk meloncat ke bawah, tetapi pada kalimat (1 ) digunakan untuk mengatakan manusia. Anjlok dalam KBBI (2008:72) artinya meloncat kebawah dari tempat ketinggian, turun dari posisi semula, keluar dari rel, turun banyak dalam waktu singkat. Kata anjlok menggantikan kata menurun yang memiliki nilai rasa lebih halus (2) Tapi, untuk urusan target, pengurus PGSI belum bisa memberi kepastian meski pada SEA Games sebelumnya mereka mampu menyabet empat emas. (JT02/DD03/11Sept13) 6

Kata menyabet pada kalimat (2 ), jika dilihat dari bentuknya termasuk dalam verba turunan karena telah mengalami afiksasi. Verba menyabet merupakan verba berimbuhan me(n)- berasal dari morfem bebas sabet. Jika dilihat dari hubungan verba dan nomina, verba menyabet pada kalimat (2 ) termasuk verba aktif karena subyek yang menunjuk pada kata pengurus PGSI berperan sebagai pelaku. Verba menyabet pada kalimat (1) merupakan bentuk disfemia. Menyabet dalam KBBI (2008:1196) adalah (1) memukul dengan tali atau benda lain yang panjang kecil; (2) menyerang; (3) merampas, merebut; (4) arti kiasan menggondol, memperoleh. Kata menyabet biasanya digunakan dalam konteks memukul suatu benda dengan tali namun, verba menyabet pada kalimat (2 ) menunjukkan nilai yang kasar/ tidak sopan yang menyatakan makna mendapatkan emas sebagai target kemenangan. Kata menyabet digunakan sebagai bentuk disfemia untuk menggantikan kata memperoleh. b. Bentuk disfemia berupa frasa (1) Harga mahal ternyata bukan jaminan untuk menggenjot popularitas. (JT05/DD01/11Sept13) Frasa menggenjot popularitas pada kalimat (1 ) termasuk dalam frasa verba karena frasa tersebut memiliki distribusi yang sama dengan verba. Frasa menggenjot popularitas menggantikan klausa menaikkan popularitas. Kata menggenjot dalam KBBI (2008:441) biasanya digunakan mengayuh sepedah, becak. c. Bentuk disfemia berupa klausa (1) Para atlet juga tak perlu merogoh kocek untuk biaya hidup. (JT04/DD02/11Sept13) Klausa para atlet juga tak perlu merogoh kocek pada kalimat (1 ) termasuk jenis klausa verba karena klausa tersebut memiliki fungsi predikat yang berkategori verba, pengisi fungsi predikat ditunjukkan pada frasa 7

merogoh kocek. Merogoh kocek termasuk bentuk disfemia. Merogoh kocek pada kalimat (1) biasanya digunakan untuk memasukkan benda ke dalam saku celana, tetapi melihat konteks kalimatnya klausa merogoh kocek menggantikan klausa mengeluarkan biaya yang memiliki nilai rasa lebih sopan. d. Bentuk disfemia berupa ungkapan (1) Akibatnya, PGSI pun putar otak untuk memilah para pegulat yang akan turun. (JT02/DD05/11Sept13) Ungkapan putar otak pada kalimat (1 ) memiliki makna konotasi yang kasar dan memilikibenuk disfemia. Ungkapan yang digunakan pada kalimat (1) bukan otaknya yang diputar. Putar otak bentuk kiasan memiliki makna yang sebenarnya yaitu berpikir dengan sungguh-sungguh. Jadi, ungkapan putar otak digantikan dengan klausa berfikir dengan sungguh-sungguh yang memiliki nilai rasa yang lebih santun. 2. Nilai Rasa Disfemia Masri, dkk. (2001: 72-74) menyatakan bahwa dilihat dari nilai rasa, pemakaian disfemia dalam suatu surat kabar menunjukkan kecenderungan menyeramkan (seram), mengerikan, menakutkan, menjijikkan, dan menguatkan. Berikut contoh muatan nilai rasa terdapat dalam pemakaian disfemia yang terdapat pada koran Tempo dalam wacana olahraga edisi September - Oktober 2013 di bawah ini. a. Nilai rasa menyeramkan (1) Shakhtar juga selalu sukses mengubur tim-tim Inggris yang bertandang ke Donbass Arena. (JT46/DD01/02Okt13) Pada kalimat (1 ) kata mengubur memiliki nilai rasa menyeramkan karena mengubur untuk orang yang telah meninggal, tetapi pada kalimat (1) 8

kata mengubur digunakan untuk tim Inggris yang bertandang ke Donbass arena. b. Nilai rasa mengerikan (1) Duet Dimitri Payet dan Andre Pierre Gignac di lini depan lumayan mengiris hati. (JT33/DD02/18Sept13) Frasa mengiris hati pada kalimat (1 ) memiliki nilai rasa yang mengerikan karena mengiris hati tidak lazim dilakukan manusia, mengiris hati diidentikkan dengan membelah hati manusia, tetapi pada kalimat (1 ) digunakan untuk mengungkapkan kesedihan seseorang. c. Nilai rasa menakutkan (1) Pada 2007, ia menggondol gelar Ballon d Or. (JT21/DD01/14Sept13) Kata menggondol pada kalimat (1) merupakan disfemia yang memiliki nilai rasa menakutan karena kata menggondol biasa menggambarkan tindak pencurian atau mencuri suatu barang yang berharga, padahal kata menggondol digunakan untuk mendapatkan gelar. d. Nilai rasa menjijikan (1) Samuel Eto o menjilat ludah sendiri. (JT22/DD01/14Sept13) Frasa menjilat ludah pada kalimat (1) merupakan bentuk disfemia yang memiliki nilai rasa yang menjijikan karena frasa menjilat ludah sama artinya dengan menjulurkan lidah untuk merasakan air liur. Nilai rasa menjijikkan adalah nilai rasa yang menggambarkan hal-hal yang menjijikkan dan berkaitan dengan penyakit manusia. e. Nilai rasa menguatkan (1) Balotelli berterima kasih atas dukungan penonton, meski berkali-kali gagal menjebol gawang lawan malam itu.(jt09/dd02/12sept13) 9

Nilai rasa menguatkan adalah nilai rasa yang lebih memberikan tekanan pada hal tertentu atau menguatkan makna negatif. Verba menjebol pada kalimat (1 ) merupakan bentuk disfemia yang memiliki nilai menguatkan karena kata menjebol digunakan untuk menghancurkan benda keras, sedangkan pada kalimat (1) digunakan untuk memasukkan bola ke gawang. f. Nilai rasa kasar / kurang sopan (1) Akibatnya, mereka bertengger di posisi keempat grup C, sehingga tak mungkin meraih tiket ke Brasil. (JT15/DD02/13Sept13) Nilai rasa kasar atau kurang sopan adalah nilai rasa yang memberikan makna negatif dan dirasa kurang sopan/ pantas. Kata bertengger pada kalimat (1) memiliki nilai kasar karena kata bertengger biasanya digunakan untuk binatang (burung), tetapi pada kalimat (1) digunakan untuk manusia 3. Bentuk Sinonim yang lebih Santun Penggunaan Disfemia Sinonim ialah seperangkat kata yang memiliki makna sama, atau satu sama lain sama makna, atau hubungan diantara kata-kata yang mirip (dianggap mirip) maknanya (Djajasudarma, 1999:36). Bentuk sinonim berdasarkan wujud satuan lingualnya yang terdapat di koran Tempo yaitu. a. Bentuk sinonim kata dengan kata (1) Saat Wales ditekuk 0-3 oleh Serbia pada pekan lalu, Bale hanya bermain 30 menit. (JT13/DD01/13Sept13) Kata ditekuk pada kalimat (5) memiliki arti yang kasar jika digunakan untuk konteks kalimat tersebut. Kata ditekuk menandakan bahwa tergolong dalam bentuk disfemia. Kata ditekuk dalam KBBI (2008:1423) artinya (1) melipat (barang yang kaku); (2) tunuk, kalah, menyerah kalah. Kata mengalahkan dipilih sebagai bentuk sinonim yang lebih santun untuk menggantikan kata ditekuk. 10

b. Bentuk sinonim kata dengan frasa (1) Gandini mengatakan klub berat hati melepas pemainnya ke Piala Dunia. (JT06/DD03/11Sept13). Kalimat (1) di atas merupakan bentuk sinonim kata dengan frasa. Pada kalimat (1) frasa berat hati menggantikan kata terpaksa yang memiliki nilai rasa lebih sopan. Frasa berat hati dalam KBBI (2008:177) artinya (1) kurang suka (enggan) melakukan; (2) tidak sampai hati (tidak tega); (3) cenderung (hati) kepada; (4) keras sangkaannya (terhadap sesuatu dugaan). Kata kurang suka melakukannya memiliki derajat kesamaan makna dengan kata terpaksa. Jadi, kata terpaksa digunakan untuk menggantikan ungkapan berat hati yang memiliki nilai rasa kurang santun. c. Bentuk sinonim kata dengan klausa (1) Balotelli berterima kasih atas dukungan penonton, meski berkalikali gagal menjebol gawang lawan malam itu. (JT09/DD02/12Sept13) Kata menjebol pada kalimat (31) memiliki nilai rasa yang kasa. Menjebol dalam KBBI (2013:572) artinya (1) mencabut secara paksa (tanaman) sampai akar-akarnya; (2) merusak hingga tembus dinding; (3) mengalahkan pertahanan lawan (tentang pepe rangan, pertandingan). Berdasarkan konteks kalimat menjebol gawang lawan sama artinya dengan memasukkan bola ke gawang lawan. Jadi, klausa memasukkan bola dipilih sebagai bentuk sinonim yang lebih sopan untuk menggantikan kata menjebol. d. Bentuk sinonim frasa dengan frasa (1) Citizens juga harus menyimpan nafas untuk Liga Champions serta menjamu musuh bebuyutan mereka, Manchester United, pada akhir pekan ini. (JT27/DD03/16Sept13) Musuh bebuyutan dalam KBBI (2008:944) artinya musuh lama, musuh turun menurun. Pada kalimat (1 ) frasa musuh bebuyutan memiliki konotasi 11

kasar. Frasa musuh bebuyutan pada kalimat (1) menggantikan frasa musuh lama. Jadi, sinonim yang lebih santun dari musuh bebuyutan adalah musuh lama. Bentuk sinonin antara musuh bebuyutan dan musuh lama termasuk jenis sinonim frasa dengan frasa. e. Bentuk sinonim frasa dengan klausa (1) Harga mahal ternyata bukan jaminan untuk menggenjot popularitas. (JT05/DD01/11Sept13) Frasa menggenjot popularitas pada kalimat (40 ) menggantikan klausa menaikkan popularitas. Kata menggenjot dalam KBBI (2008:441) biasanya digunakan (1) mengayuh sepedah, becak; (2) menginjak (pedal mesin jahit kaki); (3) arti kiasan menyerang dengan hebat; (4) memukul atau menendang; (5) arti kiasan menginfestasikan agar lebih tnggi hasilnya; mempertinggi. Korelasi makna antara mempertinggi dengan menaikkan sama. Kata menaikkan dalam KBBI (2008:948) artinya menjadikan naik (meningkat, bertambah banyak, bertambah besar), meninggikan. Jadi, klausa menaikkan popularitas dipilih sebagai bentuk sinonim yang lebih santun menggantikan frasa menggenjot popularitas. f. Bentuk sinonim klausa dengan klausa (1) Para atlet juga tak perlu merogoh kocek untuk biaya hidup. (JT04/DD02/11Sept13) Bentuk klausa merogoh kocek pada kalimat (44) merupakan bentuk disfemia yang memiliki nilai kurang santun. Klausa merogoh kocek pada kalimat (44) biasanya digunakan untuk memasukkan benda ke dalam saku celana, tetapi melihat konteks kalimatnya klausa merogoh kocek menggantikan klausa mengeluarkan biaya yang memiliki nilai rasa lebih sopan. Merogoh dalam KBBI (2008:1179) arti memasukkan tangan ke dalam kantong untuk mengambil sesuatu, sedangkan arti dari kocek dalam KBBI 12

(2008:711) artinya saku. Jadi, klausa merogoh kocek digantikan dengan klausa mengeluarkan biaya yang memiliki bentuk sinonim lebih santun. SIMPULAN Bentuk penggunaan bentuk disfemia pada wacana olahraga koran Tempo edisi bulan September-Oktober 2013 terbagi menjadi empat yaitu (a) kata terdiri dari kata verba, kata nomina, dan kata adjektiva; (b) frasa terdiri dari frasa verba, frasa nomina, frasa adjektiva, frasa preposisi; (c) klausa terdiri dari klausa verba, klausa adjektiva; dan (d) ungkapan. Nilai rasa yang terdapat pada pemakaian disfemia dalam wacana olahraga koran Tempo edisi bulan September-Oktober 2013 ada 6 yaitu (a) nilai rasa menguatkan, (b) nilai rasa menyeramkan, (c) nilai rasa menakutkan, (d) nilai rasa menjijikan, (e) nilai rasa mengerikan, dan (f) nilai rasa yang kurang sopan/ kasar. Berdasarkan analisis data ditemukan nilai rasa kurang sopan paling banyak digunakan dalam pemakaian disfemia. Bentuk sinonim yang digunakan dalam pemakaian bentuk disfemia dalam wacana olahraga koran Tempo edisi bulan September-Oktober 2013 terdapat 6 bentuk sinonim yaitu (a) bentuk sinonim kata dengan kata, (b) bentuk sinonim kata dengan frasa, (c) bentuk sinonim kata dengan klausa, (d) bentuk sinonim frasa dengan frasa, (e) bentuk sinonim frasa dengan klausa, dan (f) bentuk sinonim klausa dengan klausa. SARAN 1. Bagi penulis berita diharapkan mampu menggunakan pemilihan diksi yang tepat sehingga pembaca tidak memiliki pandangan negatif terhadap berita yang telah disajikan. 2. Bagi pembaca diharapkan mampu memahami dan menyaring isi berita yang mengandung bentuk disfemia 13

3. Bagi guru bahasa Indonesia diharapkan mampu mengajarkan kepada siswanya mengenai penggunaan disfemia secara tepat. Bentuk disfemia dapat digunakan sebagai tambahan bahan ajar mengenai materi perubahan makna. 4. Bagi peneliti lain diharapkan agar penelitian selanjutnya akan lebih baik apabila ingin mengembangkan penelitian yang sejenis mengenai disfemia sehingga hasil analisis akan lebih mendalam dan dapat memberikan hasil temuan yang lain. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi&Leksikografi Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Djajasudarma,T. Fatimah. 1999. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama. Kurniawati, Heti. 2011. Eufemisme dan Disfemisme dalam Spiegel Online. Jurnal. Vol.10 No.1 (2011):51-63. (journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/download/1172/981) Masri,Ali;dkk. 2001. Kesinoniman Disfemia dalam Surat Kabar Terbitan Palembang. Palembang:Lingual Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Refika Aditama. Sari, Ratih Tri Novita.2011. Pemakaian Disfemia pada Rubrik Gagasan Surat Kabar Solopos Edisi Januari-Februari 2010.Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Muhammadiyah Surakarta. 14