BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DALAM MEKANISME TALANGAN HAJI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

BAB V PEMBAHASAN. A. Aplikasi Dana Talangan Haji di Bank Syariah di Indonesia. prinsip yaitu dengan prinsip al-ijarah dan prinsip al-qardh.

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB VI KESIMPULAN. 1. Aplikasi Dana Talangan Haji di Bank Syariah di Indonesia. dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan

ANALISIS PENERAPAN AKAD QARD} WAL IJA>RAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PURWOKERTO

BAB IV TINJAUAN MASḶAHẠH TERHADAP PENERAPAN FATWA DSN NO. 29/ DSN-MUI/ VI/ 2002 TENTANG PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI DI BRI SYARIAH SIDOARJO

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. mengalihkan dana yang tersedia dari penabung kepada pengguna dana, kemudian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG DANA ZAKAT MA L DI YAYASAN NURUL HUDA SURABAYA. A. Analisis Mekanisme Hutang Piutang Dana Zakat

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

Produk Talangan Haji Perbankan Syariah

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB III DANA TALANGAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban setiap muslim yang mampu untuk menunaikannya. Sebagaimana. firman Allah Swt dalam (Qs. Ali Imra>n: 97).

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

HASIL IJTIMA ULAMA IV MASAIL FIQHIYYAH MU ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER) KOMISI B-2

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan

BAB IV ANALISIS AKAD QARD} BINNAZ AR PADA BMT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti terdahulu terkait pembiayaan pengurusan haji antara lain:

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB III. PELAKSANAAN PINJAMAN TALANGAN HAJI ib BRI SYARIAH

Pembiayaan Multi Jasa

PERSPEKTIF FATWA MUI ISTITHA AH KESEHATAN DALAM HAJI. Dr. HM. Asrorun Ni'am Sholeh, MA Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat

BAB IV ANALISIS. A. Pengelolaan dana tabarru pada AJB Bumiputra 1912 kantor cabang

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

maka dalam bab ini penulis akan menganalisis praktek denda pada pembiayaan

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7

PEMBIAYAAN MULTI JASA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB II QARDHUL HASAN DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM. bagi alam semesta) menganjurkan pemeluknya di samping melakukan

PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI MENURUT FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia, salah satu negara mayoritas penduduknya beragama Islam. Oleh

PROSEDUR PELAKSANAAN TABUNGAN HAJI PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian dan Landasan Syariah Deposito ib Mudhrabah. penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1429 H/2008 M

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Hasil riset yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Operasional Produk Mitra Mabrur Plus. masyarakat sebagai calon peserta asuransi.

Sharing (berbagi resiko). Cara pembayarannya sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM DI BMT NU SEJAHTERA. Mangkang Kota Semarang merupakan hasil pemikiran kalangan nahdliyin

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

Konversi Akad Murabahah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

BAB III CABANG SURABAYA. 1. Sejarah Berdirinya KJKS BMT-UGT Sidogiri

BAB I PENDAHULUAN. dari bahasa Arab al-hajj, yang berarti mengunjungi atau mendatangi. 1

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Implementasi Produk Jasa Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN DANA TALANGAN QORD WAL IJAROH UNTUK BIAYA PERJALANAN IBADAH HAJI PADA BMT NU SEJAHTERA KANTOR OPRASIONAL MANGKANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH PADA NASABAH YANG TELAH PAILIT DI PT. BNI SYARI AH CAPEM NGAGEL SURABAYA

BAB III MEKANISME DANA TALANGAN HAJI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1428 H/2007 M

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB II MANAJEMEN DANA TALANGAN HAJI. bahasa Arab, manajemen disebut dengan iddaroh (Ali & Muhdlor,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari hasil wawancara langsung yang penulis lakukan pada pihak BNI

BAB IV ANALISIS SADD AZ -Z ARI> AH TERHADAP PELARANGAN DANA TALANGAN HAJI OLEH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DALAM MEKANISME TALANGAN HAJI a. Ditinjau dari Segi Istiṭa ah Sebagaimana yang telah dibahas di awal, salah satu syarat wajib haji adalah istiṭa ah yaitu mampu. Para ulama pun berbeda pendapat mengenai batasan-batasannya. Yang mana dari pembahasan Bab II dan Bab III melalui kerangka teori, dapat disimpulakan bahwa dengan adanya istita ah ini seseorang diwajibkan menunaikan haji. Allah SWT berfirman yang artinya: Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah... (QS.3:97). Dalam ayat ini ulama fikih memahami istita ah dengan kemampuan seseorang untuk dapat sampai Makkah dan menunaikan haji, seperti kemampuan jasmani, biaya dan keamanan. Unsur-unsur yang dimaksudkan di atas apabila diimplementasikan lebih jauh pada penyelenggaraan ibadah haji adalah sebagai berikut: 1) Tersedianya biaya bagi orang yang akan mengerjakan haji tersebut. Dalam hal ini pemerintah bersama dengan dewan legislatif telah menentukan besaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji setiap tahunnya yang disesuaikan dengan perkembangan ekonomi. 2) Tersedianya transportasi untuk berangkat dan pulangnya, yang dalam hal ini telah disediakan oleh pemerintah baik transportasi darat maupun transportasi udara. 3) Sehat fisiknya. Kementrian Agama bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan akan mengadakan pemeriksaan kesehatan bagi calon jamaah haji untuk memastikan para jamaah mampu melaksanakan amaliah haji di medan yang kondisi geografisnya jauh berbeda dengan dimtanahmair. 62

63 4) Aman dalam perjalanan. Di dalam hal ini Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Arab Saudi akan memastikan keamanan perjalanan jamaah haji sejak keberangkatannya sampai kembali ke tanah air. Petugas haji juga akan bersinergi dengan para ketua rombongan dan ketua regu dalam skala mikro. Hal pertama yang menandai untuk bisa melakukan keberangkatan dengan aman adalah dengan diperolehnya paspor dan visa haji. Analisis ini, akan difokuskan terhadap kemampuan seseorang dalam hal keuangan yang dikaitkan dengan talangan haji. Untuk saat ini keberadaan hutang bukan lah faktor mutlak dari seseorang disebut tidak mampu, justru banyak orang yang pendapatannya berlebih memiliki hutang yang tidak kalah besarnya. Kemampuan seseorang diukur dari kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dan orang-orang yang wajib dinafkahinya dan adanya kelebihan dana untuk tabungan dan melunasi tagihan-tagihan rutinnya. Dalam mengimplementasikan konsep istiṭa ah sebagai syarat ibadah haji ini, mengenai kemampuan seseorang dalam hal biaya ada sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Nabi tidak memperbolehkan seseorang berhutang untuk pergi haji. Namun seperti yang telah dibahas di Bab II dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya asalkan bisa dipastikan seseorang memiliki sesuatu yang bisa digunakan untuk membayar hutang dengan tetap memelihara kebutuhan pokoknya, maka berhutang tidaklah menjadi suatu permasalahan. Sedangkan dalam hal talangan ini, jaminan yang diberikan kepada bank yaitu surat kuasa pembatalan haji. Artinya pinjaman dipastikan dapat dikembalikan karena dengan pembatalan haji uang nasabah yang telah disetorkan ke rekening Kementrian Agama akan dikembalikan kepada nasabah. Bank tidak dirugikan karena jasa pengurusan pendaftaran ataupun pembatalan telah masuk dalam komponen ujrah yang diberikan oleh nasabah. Meskipun pihak bank memperoleh surat kuasa penuh pembatalan pendaftaran haji dan sewaktu-waktu bisa melakukan pembatalan jika nasabah tidak melakukan pembayaran sesuai dengan waktu yang telah disepakati,

64 namun pihak bank tetap mengedepankan pendekatan kekeluargaan ataupun rescheduling dan tetap menunggu sampai saat-saat pelunasan BPIH. b. Ditinjau dari Segi akad Qardh Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali, atau dengan kata lain, meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam akad ini nasabah diwajibkan untuk mengembalikan pokok pinjaman yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati baik secara sekaligus maupun cicilan. Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam akad tathawuu i atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersil. Di dalam fatwa tersebut, DSN MUI mengemukakan dalil-dalil umum mengenai kebolehan akad Qardh dan Ijarah sebagai akad yang menjadi komponen produk ini. Ketentuan akad Qardh dan Ijarah pun telah diatur dalam fatwa-fatwa yang lain. Untuk akad Qardh, ketentuannya adalah sebagai berikut: a. Al- Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. b. Nasabah al-qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah. d. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu. e. Nasabah al-qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad. f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat: a). Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau

65 b). Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya. 105 c. Ditinjau dari Segi Kemaslahatan Kemaslahatan merupakan faktor penting dari adaptabilitas hukum Islam dalam merespon setiap perubahan zaman. Islam dengan hukum Syari at nya mengacu kepada usaha mewujudkan kemaslahatan yang nyata, tidak mengacu kepada selainnya, dan memberi kemudahan menuju jalan ke arah taat. Atas dasar ini para ulama ahli fiqih menetapkan kaedah-kaedah yang diambil dari tujuan tersebut, antara lain: 106 الض ح رر ح م ح صا ل ح ي ح زال,ي ح د فح اح حشد اض ر ح ري ن, ح دف ح الض رر م حقد م ح علحى ح جل ب Ada dua alternatif yang ditawarkan dari pihak bank syari ah kepada nasabah untuk bisa menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk membiayai pemberangkatan hajinya, yaitu dengan memakai Tabungan Mabrur atau Talangan haji. Keduanya memiliki keunggulan masing-masing. Bagi pihak bank keduanya setidaknya akan mendapatkan tambahan pendapatan dari jasa yang diberikannya. Sedangkan bagi nasabah jika dia memakai Tabungan Mabrur, berarti dia terbebas dari tanggungan mengembalikan talangan dan tidak terkena ujrah sebagaimana jika dia mengambil Talangan Haji. Namun mengambil Talangan Haji bukannya tanpa nilai lebih, manfaat terdekat yang bisa diraih dengan mengambil talangan ini adalah dapat segera mendapatkan nomor porsi haji, berbeda dengan ketika masih harus menunggu dana terkumpul. Manfaat lainnya seperti semangat beribadah dan melakukan kegiatan ekonomi semakin bertambah kuat sehingga kehidupannya menjadi lebih baik. Dengan mengambil dana talangan haji dapat membuktikan kesungguhan kita untuk melakasanakan kewajiban agama. Dan dengan niat 105 Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Al-Qardh. 106 Muhammad Abu Zahroh, Ushul Fiqih, alih bahasa oleh Saefullah Ma shun dkk., cet. Ke-2, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), hal. 566.

66 yang ikhlas insyaallah Allah akan membantu untuk mengembalikan pinjaman nasabah tersebut. 107 Dan jaminan bahwa Allah akan menanggung hutang orang yang bersungguh-sungguh ingin melunasi hutangnya (man jadda wajada). Hal ini juga merupakan salah satu bentuk kehati-hatian serta ikhtiyat apabila ke depan muncul wujud kesanggupan yang nyata namun belum bisa memenuhi kewajiban haji karena harus menuggu antrian haji, sehingga akan muncul penyesalan sebagai seorang muslim karena belum sempat melaksanakan kewajiban agamanya. Kemaslahatan yang ditimbulkan oleh produk talangan haji adalah nyata dan sesuai dengan maqasid asy-syari ah. Setidaknya dua maslahah pokok bisa terpelihara dengan talangan haji ini, yaitu pemeliharaan agama dan pemeliharaan harta. Ibadah haji sebagai salah satu kebutuhan paling pokok manusia bisa dilaksanakan dan harta tertasarufkan dengan lebih baik. Dengan menggunakan maslahah atau maqasid asy-syaria ah sebagai pisau analisa keberadaan talangan haji dapat diilustrasikan sebagai berikut: Untuk memelihara agama, Islam mewajibkan ibadah misalnya ibadah haji. Demi terpenuhinya pelaksanaan tujuan primer ini dibutuhkan biaya. Tanpa talangan orang bisa menunaikan ibadah haji, namun dalam keadaan dan dalam kondisi yang bisa dikatakan proses untuk mendaftarkan ibadah haji ini untuk mengumpulkan uang bagi yang sedang berusaha untuk mengumpulkan pundi-pundi pemasukan tidak menentu. Belum lagi apabila terdapat halangan yang tidak terduga, mislanya faktor usia dan bahkan musibah yang menimpa sehingga mengakibatkan terhalangnya untuk melaksanakan Ibadah Haji yang sudah direncanakan sebelumnya. Pada tahap tersier, maka talangan mana yang akan digunakan dan diserahkan pada rasa estetika dan kemampuan lokal. Misalnya mengambil talangan haji di bank Syaria ah, selain aman dan pelayanan yang santun juga karena operasionalnya berdasarkan syari ah. 107 Al-Zarnuji, Ta lim al-muta alim, (Semarang: Toha Putera, t.t.), hal.11

67 Dengan banyaknya nasabah yang mengambil dana talangan haji, secara tidak langsung turut berkontribusi dalam menambah panjang daftar tunggu (waiting list) jamaah haji. Namun hal ini tidak menjadi masalah sesuai dengan kaedah fiqh yang memakruhkan orang lain dalam urusan ibadah 108, dan ada perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan 109. Dalam kerangka mencapai kemaslahatanlah sebenarnya Hukum Islam harus diarahkan. Seperti apapun keputusan hukum yang dikeluarkan, maka tercapainya kemaslahatan dan hilangnya kemafsadatan yang sesuai dengan spirit syariat harus menjadi pertimbangan yang pertama dan utama. Pengembangan dan pembaharuan Hukum Islam pada dasarnya juga merupakan upaya untuk menjadi Hukum Islam bisa mengakomodasi perkembangan zaman sehingga bisa mencapai kemaslahatan bagi manusia yang merupakkan tujuan utama ditetapkannya Hukum Islam 110. 108 Yudian Wahyudi, Maqashid al-syari ah Sebagai Doktrin dan Metode, Al- Jami ah, No. 58, 1995, hal. 101. 109 Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyyah, (Jakarta: Maktabah Sa adiyah Putra, t.t.), hal. 38. 110 Ibid, hal. 39.