BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Harty and

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. menyerang jaringan keras gigi seperti , dentin dan sementum, ditandai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor yang terdiri dari: parotis, submandibularis, sublingualis, dan

PANDUAN LARANGAN MEROKOK DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan rokok akan membunuh 1 miliar orang sepanjang abad ke-21

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN PEROKOK KRETEK SESAAT SETELAH MEROKOK. I Putu Krisna Parama Arta. NPM:

BAB I PENDAHULUAN. hidup bila tidak mampu bergerak, memelihara gerak dalam. mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

berbahaya yang terkandung di dalam rokok, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan tembakau merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berkontak dengan gigi dan mukosa mulut, sering disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asapnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia. nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB I PENDAHULUAN. berskala menengah dan kecil (home industry) dan memproduksi rokok kretek.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Ada banyak penyebab dari terganggunya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

Lampiran I LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

PAKET PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDERITA GANGGUAN JIWA Di Ruang 23 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

2.2 Tiga Bahan Rokok yang Paling Berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup di dunia dengan segala aktivitas yang dijalankannya seharihari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolesterol merupakan lemak yang penting namun jika terlalu berlebihan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan. ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau

BAB I PENDAHULUAN. sektor kehidupan seperti gangguan sosioekonomi, dampak politik dan

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia memiliki organ pencernaan yang salah satunya adalah

Gambar 1. Kelenjar saliva 19

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Saliva a. Pengertian Saliva Saliva adalah cairan oral yang kompleks, terdiri dari campuran sekresi yang berasal dari kelenjar ludah besar (mayor) dan kecil (minor) yang ada pada mukosa oral (Kidd dan Bechal 1992). Menurut Amerongen (1988), pentingnya saliva bagi kesehatan mulut terutama akan terlihat bila terjadi gangguan sekresi saliva, yang akan menyebabkan kesukaran berbicara, mengunyah, dan menelan. Pengeluaran saliva pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit b. Fungsi Saliva Menurut Sherwood (2001), terdapat beberapa fungsi saliva, yaitu: 1) Mempermudah proses menelan dan membasahi partikel-partikel makanan sehingga saling menyatu dan menghasilkan pelumas yaitu mukus yang kental dan licin. 2) Membantu proses berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah. 6

7 3) Membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi. Aliran saliva yang terus menerus dapat membantu membilas sisa-sisa makanan dan melepaskan sel epitel serta benda asing di rongga mulut. 4) Penyangga bikarbonat di saliva berfungsi untuk menetralkan asam makanan serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di dalam mulut. c. Kelenjar Saliva Saliva diproduksi oleh tiga pasang kelenjar utama, yaitu kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis yang terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan saliva melalui duktus-duktus pendek ke dalam mulut. Kelenjar-kelenjar ini berada di tiap regio di mulut, kecuali gusi dan bagian depan palatum durum. Kontribusi tiap-tiap kelenjar pada saat tidak ada stimulasi ialah 20% berasal dari kelenjar parotis, 65-70% dari kelenjar submandibularis, 7-8% dari kelenjar sublingualis, dan <10% berasal dari kelenjar saliva minor (Almeida 2008). Masih banyak sekali terdapat kelenjar ludah kecil di dalam mukosa pipi (bukal), bibir (labial), lidah (lingual), dan langit-langit (palatinal). Jumlah seluruh kelenjar diperkirakan 450-750. Sifat kelenjar ludah dan sekresinya ditentukan oleh tipe sel sekretori yaitu serus, seromukus dan mukus. Saliva serus menunjukkan saliva yang encer dan ludah mukus menunjukkan saliva yang pekat (Parana 2014). d. ph Saliva Saliva di dalam rongga mulut mempunyai ph atau derajat keasaman yang dapat berubah setiap saat. Menurut Dikri dkk (2003), perubahan

8 ph saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain irama siang dan malam, diet, perangsangan kecepatan sekresi, dan berubahnya polisakarida menjadi asam di dalam rongga mulut. Tarigan (1993), menuliskan bahwa ph normal saliva berkisar antara 6,2-7,4. ph saliva yang rendah dan mencapai angka kritis dapat menyebabkan terjadinya karies atau lubang pada gigi, di mana penurunan ph yang berulangulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi. 2.. Rokok a. Rokok Tembakau Pemerintah Republik Indonesia dalam Peraturan pemerintah RI No 109 tahun 2012 mendefinisikan rokok sebagai salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap, dan atau dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotina tabacum, Nicotina rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dan atau dengan bahan tambahan. (Depkes 2012) Sedangkan menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, rokok dapat diartikan sebagai gulungan kertas kira-kira sebesar kelingking yang dibungkus daun nipah atau kertas. Selain itu, Rokok juga dimasukkan ke dalam golongan zat adiktif yang telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah RI No 19 tahun 2003 dan memiliki efek-efek berbahaya bagi tubuh manusia. (Sugono, 2008)

9 Merokok merupakan kebiasaan yang emiliki daya merusak cukup besar terhadap kesehatan. Menurut Organisasi esehatan Dunia (WHO), lingkungan asap rokok adalah penyebab berbagai penyakit, pada perokok aktif maupun pasif. Hubungan antara perokok dengan berbagai macam penyakit seperti kanker paru, penyakit kardiovaskuler, risiko terjadinya neoplasma larynx, esophagus dan sebagainya, telah banyak diteliti ( Aditama 1995) Tembakau yang merupakan bahan pembuat rokok mengandung senyawa karbohidrat yang menjadi salah satu dapat kita temukan didalam tembakau. Beberapa jenis karbohidrat yang dapat ditemukan yaitu pati, pektin, selulosa, dan gula. Menurut Kidd dan Bechal (1992) beberapa jenis karbohidrat seperti gula, pada tembakau dapat diragikan oleh bakteri tertentu yang terdapat pada rongga mulut seseorang sehingga akan membentuk asam dan menurunkan ph saliva bahkan sampai 5. b. Kandungan Rokok Tirtosastro dan Murdiyati (2009), menyebutkan kandungan kimia rokok yang sudah terindentifikasi jumlahnya mencapai 2.500 komponen, sedangkan dalam asap hasil pembakarannya terdapat 4.800 macam komponen. Dari komponen kimia ini, yang telah diidentifikasi dapat membahayakan kesehatan adalah tar, nikotin, CO, dan NO yang dihasilkan oleh tanaman tembakau, dan beberapa bahan-bahan residu yang terbentuk pada saat penanaman, pengolahan dan penyajian dalam

10 perdagangan yaitu residu pupuk dan pestisida. Kadar nikotin tembakau juga dapat dipengaruhi oleh varietas, budidaya, dan lingkungan. Berikut penjelasan dari beberapa zat kimia pada rokok (Gondodiputro 2007): 1) Nikotin Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik atau penyebab kanker, namun hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamin lah yang besifat karsinogenik. Pada paru, nikotin dapat menghambat aktivitas silia. Nikotin memiliki efek adiktif dan psikoaktif, yang membuat perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, dan keterikatan fisik. Inilah sebabnya kebiasaan merokok sulit untuk dihentikan. Nikotin juga menyebabkan perangsangan terhadap hormon katekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberi kesempatan untuk beristirahat dan tekanan darah akan semakin tinggi, yang mengakibatkan timbulnya hipertensi. Efek lain adalah merangsang berkelompoknya (agregasi) trombosit. Trombosit akan menggumpal dan akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat CO. Nikotin yang terkandung di dalam rokok adalah sebesar 0,5-3 nanogram, dan semuanya diserap sehingga di dalam cairan darah ada sekitar 405- nanogram nikotin setiap 1 ml-nya.

11 2) Tar Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam. Tar merupakan substansi hidrokarbon yang akan menempel pada paru-paru dan bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Kadar tar dalam rokok berkisar antara 0,5-35 mg/batang.tar adalah zat karsinogen atau zat yang dapat menyebabkan kanker, terutama pada saluran nafas dan paru-paru. 3) Karbon Monoksida (CO) Gas CO dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon dan mempunyai kemampuan untuk mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan dengan oksigen, sehingga ketika seseorang menghirup asap rokok dalam kadar oksigen udara yang rendah, menyebabkan sel darah merah kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO dan bukan oksigen. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan mengalami spasme, yaitu menyempitnya diameter pembuluh darah. Jika proses ini berlangsung terus-menerus, maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis. Gas CO yang dihasilkan oleh sebatang tembakau dapat mencapai 3%-6% 4) Kadmium Adalah zat yang dapat merusak jaringan tubuh terutama ginjal.

12 5) Amoniak Merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini berbau tajam dan sangat merangsang. Amoniak sangat beracun, sehigga jika masuk secara langsung ke peredaran darah dapat menyebabkan seseorang pingsan atau bahkan koma. 6) HCN (Asam Sianida) Merupakan sejenis gas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efisien untuk menghalangi dan merusak saluran pernapasan. 7) Nitric Oxide Merupakan gas yang tidak berwarna, bila terhisap dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dan rasa sakit. Zat ini pada awalnya digunakan sebagai obat anestesi dalam pelaksanaan operasi. 8) Formaldehid Merupakan sejenis gas yang berbau tajam, tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini sangat beracun terhadap semua organisme hidup. 9) Fenol Campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini

13 beracundan membahayakan karena fenol terikat pada protein sehingga menghalangi aktivitas enzim. 10) Aseton Adalah hasil pemanasan dari aldehid dan mudah menguap dengan alkohol. 11) H2S (Asam Sulfida) Adalah sejenis gas yang beracun dan mudah terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalango oksidasi enzim. 12) Piridina Sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama. 13) Metil Klorida Campuran dari zat-zat bervalensi satu dengan hidrokarbon sebagai unsur utama. Zat ini adalah senyawa organik yang beracun. 14) Metanol Sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar, Meminum metanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian. 3. Efek Rokok a. Efek rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut Rongga mulut adalah bagian yang sangat mudah terpapar efek rokok, karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran

14 rokok yang utama. Komponen toksik dalam rokok dapat mengiritasi jaringan lunak rongga mulut, dan menyebabkan terjadinya infeksi mukosa, dry socket, memperlambat penyembuhan luka, memperlemah kemampuan fagositosis, menekan proliferasi osteoblas, serta dapat mengurangi asupan aliran darah ke gingiva. (Andina,2011) b. Efek rokok terhadap gigi Hasil penelitian cross-sectional menunjukkan secara signifikan bahwa perokok memiliki angka kejadian karies serta skor DMF yang lebih tinggi dibandingkan bukan perokok, (Zitterbart et al, 1990). Terjadinya karies akar pada pasien yang sedang menjalani terapi periodontal juga lebih tinggi pada perokok, dibanding bukan perokok. Hubungan antara merokok dengan peningkatan angka kejadian karies, berkaitan dengan penurunan fungsi saliva yang berperan dalam proteksi gigi, akibat merokok, (Ravald et al,1993). Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat perebedaan kapasitas buffering saliva pada perokok dan bukan perokok, yang juga berkaitan dengan resiko terjadinya karies (Zappacosta et al, 2002). Kapasitas buffer saliva merupakan parameter saliva yang dapatmempengaruhi kehilangan mineral oleh karena perubahan asam, dasar perkembangan karies dan kemungkinan perbaikan atau remineralisasi. (Kidd and Bechal,1992). Resiko terjadinya kehilangan gigi pada perokok, tiga kali lebih tinggi dibanding pada bukan perokok.

15 B. Kerangka Teori Faktor perubahan ph saliva Diet Irama siang dan malam ph Saliva Perangsang kecepatan sekresi Perubahan buffer saliva Perokok Tembakau Efek rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut Berubahnya polisakarida -> Asam Bagan 2.1 Kerangka Teori C. Kerangka Konsep Perokok Tembakau ph Saliva Non Perokok Bagan 2.2 Kerangka Konsep

16 D. Hipotesis Ada perbedaan ph saliva pada perokok tembakau dengan non perokok di kelurahan Kedungmundu Kota Semarang.