BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Jumlah pulau di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. Inpres Painan. Pasar Inpres Painan terletak di Kecamatan IV Juraiyang merupakan

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik. Kecamatan Tanjung Mutiara dalam Angka 2005 Kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional masa depan. Bidang kelautan merupakan usaha yang

DAFTAR PUSTAKA. Profil Kota Pariaman. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pariaman Tahun Arsip Pariaman: Kota Pariaman, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

Historiografi. (Jakarta: PT Gramedia.1985) Hal Wawancara dengan Adi Waluyo, 40. tahun peteni etnis Jawa desa Rami Mulya, 29 Desember

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam ini merupakan suatu anugerah ke arah pengembangan perikanan, baik perikanan

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

Sejarah Pembudidayaan Perikanan Darat: Studi Kasus Balai Benih Ikan Beringin Rao, Pasaman ( ) 1. Oleh: Devra Lismanto 2

PENDAHULUAN. Sosiologi Masyarakat Pesisir. (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia), hal. 1 2 Ibid, hal Arif Satria

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an,

Keterkaitan Aktifitas Ekonomi Nelayan Terhadap Lingkungan Pesisir Dan Laut SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

kebutuhan sehari-hari masyarakat kota Painan memanfaatkan Pasar Salido yang berada di Kenagarian Salido yang masih berada di Kecamatan IV Jurai yang

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemiskinan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga dan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat terjadinya interaksi antara individu dengan individu lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

PENDAHULUAN. Solo : Aneka Solo, 1995, hal 10. Statistik DaerahKecamatan Padang Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berfokus pada aspek Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan. Hasil studi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kepulauan Mentawai telah menetapkan visi. Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

STUDI TENTANG UPAYA UPT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. hubungan masyarakat dengan aktivitas ekonomi. 1 Pasar merupakan tempat

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

DAFTAR PUSTAKA. BAPPEDA Kota Padang, tentang Penyusunan Masterplan Pasar raya dan Pasar Tradisonal Kota Padang, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. penangkapan ikan dan binatang air lainnya (suyitno, 2012). Tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Namun zaman modern bahkan katanya sudah posmodern masih menyisahkan

BAB V PENUTUP. Sabalah. Di kelurahan ini sangat banyak terdapat masyarakat yang menggantungkan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum ada program transmigrasi pada tahun 1985, Silaut merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I KERAJINAN SULAMAN BENANG EMAS DI NARAS KOTA PARIAMAN PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

BAB I PENDAHULUAN. ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di sebuah lingkungan. pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya 1.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PULAU BURUNG. wilayah administratif Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau yang memiliki luas 531,22 km²

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

ABSTRAK Perkembangan Pasar Inpres Painan: Studi Kasus Setelah Kebakaran Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kedua didunia. Wilayah pesisir Indonesia yang luas memiliki garis pantai

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik, Kecamatan Luak Dalam Angka tahun Badan Pusat Statistik Kabupaten Lima Puluh Kota 2015.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Pasar Bandar Buat awal berdirinya merupakan sebuah pasar nagari, pasar

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

I. PENDAHULUAN. dalam pelaksanaannya didasarkan pada latar belakang, tujuan, dan kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam tawar-menawar barang dan jasa. Juga menjadi tempat kontak sosial masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Jumlah pulau di Indonesia, menurut data statistik yang dikeluarkan Direktorat Jendral Pemerintahan Umum dan Kementrian Dalam Negeri pada tahun 2015 adalah sebanyak 17.504 buah. 1 Luas daratan pulau tersebut adalah 1.910.932,32 km 2. Di samping memiliki pulau atau daratan, Indonesia juga memiliki lautan dengan luas 3.273.810 km². Bila ditotalkan jumlah lautan dan daratannya maka luas Indonesia adalah 5.184.742 km 2. Dari pulau-pulau tersebut ada beberapa yang belum memiliki nama (dengan jumlah 9.634) dan sudah diberi nama (sebanyak 7.870). Jumlah garis pantai sepanjang pulau, baik pulau kecil dan pulau besar, di Indonesia adalah 81.000 km. 2 Daerah di sepanjang garis pantai disebut wilayah pesisir. Wilayah pesisir merupakan tempat permukiman masyarakat nelayan. Wilayah pesisir Indonesia mempunyai kontribusi sekitar 76% terhadap perikanan rakyat nasional. 3 Masyarakat pesisir khususnya memiliki pola kehidupan yang khas yang dihadapkan pada kondisi sumber daya pesisir dan laut serta sumber kehidupan yang langsung maupun tidak langsung pada sumber daya perikanan. 1 Data BPS Dikeluarkan Direktorat Jendral Pemerintahan Umum Dan Kementrian Dalam Negeri, 2015 2 Siti Amanah, Kearifan Lokal dalam Pengembangan Masyarakat Pesisir, (Bandung: CV Citra Praya, 2007), hal 3. 3 Ibid. 1

Salah satu provinsi yang ada di Indonesia adalah Sumatera Barat. Luas wilayah daratan provinsi tersebut adalah 42.297.30 km 2, luas perairannya 186.580 km 2. Di perairan provinsi ini terdapat pulau-pulau, jumlah pulaunya kurang lebih 300 buah. Bila dijumlahkan garis pantai di pesisir Sumatera Barat dan garis pantai pulau-pulaunya maka total keseluruhan adalah 2.420,387 km. 4 Sumatera Barat memiliki 18 kabupaten dan kota. Dari 18 kabupaten dan kota, yang mempunyai wilayah pesisir dan laut, di antaranya Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Kep. Mentawai. Kabupaten Pesisir Selatan membentang di Pantai Barat Sumatera di bagian selatan Provinsi Sumatra Barat. Kabupaten ini memiliki garis pantai sepanjang 234 km. 5 Dibandingkan dengan wilayah kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Pesisir Selatan berada di urutan kedua yang memiliki garis pantai terpanjang setelah Kabupaten Kep. Mentawai. Tentu dengan panjang pantai yang dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Selatan banyak pula masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada hasil laut. Masyarakat Pesisir Selatan lazim disebut dengan orang pesisir, itu dikarenakan lingkungan tempat bermukimnya masyarakat lebih banyak mengarah ke arah pesisir pantai. Kawasan pantai merupakan tempat bermukimnya masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir merupakan sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama yang mendiami pesisir yang memiliki kebudayaan yang khas terkait dengan 4 Bambang Istijono, Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pantai Terpadu Studi Kasus Sumatra Barat, Makalah, (Palembang Sumatera Selatan, 2009). 5 Yulizal Yunus, dkk. Pesisir Selatan Dalam Dasawarsa 1995-2005 di Bawah Kepemimpinan Bupati Darizal Basir ( Padang: Pemkab Pesisir Selatan Kerjasama IAIN-IB Press, 2004). hal 13. 2

ketergantungan pada pemanfaatan sumber daya pesisir. 6 Masyarakat pesisir ratarata mata pencahariannya sangat bergantung kepada hasil laut yaitu dengan menjadi nelayan. Masyarakat nelayan pada umumnya tergolong masyarakat miskin, meskipun mereka hidup di daerah pesisir yang kaya akan keanekaragaman sumber daya alamnya. Masyarakat nelayan memiliki berbagai permasalahan dalam kehidupan mereka di antaranya lemahnya pendistribusian hasil tangkapan lemahnya organisasi, lemahnya teknologi dan modal, terbatasnya SDM, terbatasnya akses sumber daya, serta ketidakadilan harga. 7 Salah satu daerah tempat bermukimnya nelayan di Kabupaten Pesisir Selatan adalah Kecamatan IV Jurai. Salah satu lokasi pemukiman nelayan di Kecamatan IV Jurai adalah Nagari Sago Salido. Dimasa lalu sebagian besar penduduk Sago Salido menggantungkan hidupnya pada kegiatan melaut (menjadi nelayan). Namun seiring berjalannya waktu terjadi perubahan dalam kehidupan masyarakat nelayan Nagari Sago Salido ini. Perubahan tersebut antara lain penduduk yang berprofesi sebagai nelayan semakin sedikit dan serta pola kehidupan sosial, ekonomi dan budaya yang berubah. Hal ini antara lain terlihat dari data yang disajikan oleh Iriani menyebutkan bahwa pada tahun 1999/2000 jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan di Nagari Sago Salido adalah 273 orang. 8 Tahun 2014 jumlah ini menurun menjadi 127 orang. Bila dahulu rumah nelayan hanya terdiri dari gubuk-gubuk, maka dewasa ini rumah-rumah 6 Arif Satria, Pesisir dan Laut untuk Rakyat (Bogor : IPBPress Kampus IPB Darmaga Bogor, 2009). hal 24. 7 Ibid. 8 Iriani dkk, Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Desa Sago Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, (Padang: Depbudpar 2001). hal 7. 3

mereka terdiri dari rumah semi permanen. Di samping itu bila tahun 2000 di pemukiman tersebut yang memakai listrik sebanyak 700 keluarga dan 129 keluarga menggunakan lampu minyak, namun pada tahun 2014 hampir rata-rata disemua kepala keluarga sudah memakai listrik dengan jumlah 1.607 maka sekarang hampir di setiap rumah nelayan terdapat TV, kulkas, sepeda motor dan perabotan lainnya. 9 Kenyataan di atas memperlihatkan adanya perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan nelayan Nagari Sago Salido. Hal ini menarik untuk dikaji, inilah alasan penulis memilih kehidupan nelayan Nagari Sago Salido untuk dijadikan pokok kajian ini. B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian ini terdiri dari batasan spasial dan temporal. Batasan spasial dalam kajian ini adalah Kanagarian Sago Salido, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan. Pemilihan tempat karena masyarakat Nagari Sago Salido Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan sebagian besar mata pencariannya sebagai nelayan. Batasan temporal adalah tahun 1998-2015. Tahun 1998 dijadikan batasan awal karena pada tahun 1998 dimulainya jabatan Aprinal Tanjung sebagai Kepala Desa Sago dan yang menjadi batasan akhir adalah tahun 2015 adalah masa akhir jabatan Aprinal Tanjung sebagai Wali Nagari Sago Salido. Batasan ini diambil melihat bagaimana perubahan yang terjadi di Nagari Sago Salido dari selama masa jabatan khususnya masyarakat nelayan Nagari Sago Salido serta 9 Profil Desa Sago Tahun 2000 hal 36 4

bagaimana perubahan yang terjadi dari tahun 1998-2015. Pada tahun 2005 Nagari Sago Salido masih dalam satu pemerintahan dari Nagari Salido. Pada tahun 2009 Nagari Salido mekar menjadi tiga nagari yaitu Nagari Salido, Nagari Sago Salido dan Nagari Bungo Pasang Salido. Maka sangat menarik untuk dikaji tentang perkembangan Nagari Sago Salido mulai tahun 1998 sampai tahun 2015. Permasalahan yang dibahas dalam kajian ini disusun dalam bentuk pertanyaan dibawah ini: 1. Bagaimana lingkungan demografis dan administratif Nagari Sago Salido tahun 1998-2015? 2. Faktor-faktor apa yang mengakibatkan terjadinya perubahan sosial ekonomi dan budaya masyarakat Nagari Sago Salido dari tahun 1998-2015? 3. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada nelayan Nagari Sago Salido dan mengapa terjadi perubahan tersebut dari tahun 1998-2015? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengungkapkan lingkungan demografis dan administratif Nagari Sago Salido tahun 1998-2015 2. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mengakibatkan perubahan sosial ekonomi dan budaya masyarakat Nagari Sago Salido dari tahun 1998-2015. 5

3. Untuk menjelaskan perubahan apa saja yang terjadi pada nelayan Nagari Sago Salido dan alasan terjadi perubahan tersebut.. D. Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian maka harus ada referensi dan tulisan ilmiah lain sebagai bahan rujukan. Beberapa buku tulisan ilmiah diantaranya: Buku karya Iriani dkk yang berjudul Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Desa Sago Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Buku ini membahas kehidupan sosial ekonomi di Desa Sago, khususnya nelayan pukat tepi dan nelayan payang. 10 Buku ini diterbitkan pada tahun 2001, didalam buku ini terdapat bagaimana gambaran umum kehidupan nelayan Nagari Sago Salido pada tahun 2000. Maka isi buku tersebut akan menunjang dalam penelitian ini sebagai perbandingan kehidupan nelayan pada tahun 2000 dan kehidupan nelayan pada saat tahun 2015. Tentu hal isi buku tersebut bisa memperlihatkan perubahan yang terjadi dari masa 2000 sampai tahun 2015, yaitu dengan membandingkan data yang berada dalam buku tersebut dengan data yang ada pada tahun 2015. Buku yang berjudul Kebijakan Perikanan dan Kelautan ditulis oleh Akhmad Fauzi. Buku ini menjelaskan permasalahan perikanan, tentu jika ada permasalahan akan berdampak kepada nelayan yang ada saat sekarang masih dikatakan miskin. 11 Dalam buku ini menggambarkan masalah nelayan pada umumnya yang terbelenggu dari kemiskinan. Masalah-masalah tersebut menjadi 10 Iriani dkk, op cit, hal 3. 11 Akhmad Fauzi, Kebijakan Perikanan dan Kelautan Isu, Sintesis, dan Gagasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005). 6

pedoman untuk memperlihatkan nelayan di Nagari Sago Salido bisa keluar dari belenggu kemiskinan. Buku karya Arif Satria yang berjudul Pesisir dan Laut Untuk Rakyat. Buku ini menggambarkan kondisi masyarakat pesisir, pemberdayaan nelayan, serta pembangunan desa pesisir. Permasalahan-permasalahan desa pesisir yang dialami seperti kemiskinan nelayan, struktur sosial masyarakat yang timpang kerusakan lingkungan dan kurangnya infrastruktur dasar. 12 Struktur sosial merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan taraf kehidupan suatu masyarakat. Tentu bisa menjadi suatu rujukan bagaimana masyarakat nelayan menangani struktur sosial seperti kelompok nelayan atau organisasi kenelayanan. Buku karya Bono Budi Primbodo yang berjudul Ikan Untuk Nelayan Paradigma Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agrarian Mengenai Pembangunan Perikanan Nasional. Buku ini menjelaskan tentang potensi yang besar dari perikanan Indonesia dan menjadi salah satu pendukung ekonomi Indonesia karena dilihat dari luasnya lautan perairan Indonesia. Buku ini menjelaskan masalah bagi para nelayan yang sangat penting dan harus diselesaikan yaitu alat penangkapan ikan khususnya diperairan pesisir merupakan permasalahan yang kompleks dan penting untuk segera dicarikan solusinya. 13 Selanjunya skripsi dari Sarjulis. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam (1970-2009). Dalam skripsi ini 12 Arif Satria, op cit, hal 28. 13 Bono Budi Piambodo,Ikan Untuk Nelayan Paradigma UUPA Mengenai Pembangunan Perikanan Nasional Indonesia. (Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013) hal 4. 7

membahas mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan dan apa saja bantuan Pemda Kabupaten Agam kepada nelayan Tanjung Mutiara sehingga bisa menjadi perbandingan masalah kehidupan nelayan didaerah tersebut. 14 Skripsi dari Sri Andika Amelia, Perekonomian Keluarga Nelayan Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah, Padang tahun 1980-2012. Dalam skripsi ini membahas kehidupan keluarga nelayan dalam keseharian mereka serta teknik penangkapan ikan oleh para keluarga nelayan mulai dari pancing, jala, jaring, pukat payang, dan pukat tepi. 15 Beberapa karya ilmiah diatas merupakan pedoman bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah yang menjadi rujukan kebanyakan menjelaskan kehidupan nelayan dan sistim penagkapan dan pola kemiskinan nelayan. Karya yang akan dibuat penulis memiliki perbedaan dari karya ilmiah yang sudah ada, yaitu penulis akan memaparkan bagaimana perubahan dari segi sosial ekonomi nelayan Nagari Sago Salido. Perubahan tersebut membuat nelayan semakin berkurang di daerah tersebut. Serta penulis akan memaparkan faktor apa saja yang mengakibatkan penurunan jumlah nelayan di Nagari Sago Salido. E. Kerangka Analisis Nelayan dibedakan menjadi dua yaitu, nelayan tradisional dan nelayan modern. Nelayan tradisional adalah nelayan yang memanfaatkan sumber perikanan dengan peralatan tangkapan tradisional, modal usaha yang kecil, dan 14 Sarjulis, Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam (1970-2009), Skripsi, (Padang Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas), 2011. 15 Sriandika Amelia Perekonomian Keluarga Nelayan Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah, Padang Tahun 1980-2012, Skripsi, (Padang Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas), 2014. 8

organisasi penangkapan yang sederhana. 16 Nelayan sangat erat dengan kata-kata kemiskinan. Menurut Sudarso yang menyatakan nelayan tradisional pada umumnya mereka mempunyai ciri yang sama yaitu kurangnya pendidikan. 17 Pekerjaan sebagai nelayan tradisional kebanyakan mengandalkan otot, membuat nelayan tradisional mengenyampingkan pendidikan. Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas sumber daya manusia, indikator ini sangat menentukan seseorang sebagai masyarakat miskin atau bukan miskin. Adapun sebab-sebab kemiskinan pada masyarakat nelayan tidak hanya dalam bidang pendidikan namun juga dalam internal nelayan itu sendiri seperti lemahnya distribusi hasil tangkapan, dan juga lemahnya kelompok nelayan yang berakibat tidak aktifnya koperasi pada kelompok nelayan. Hal tersebut membuat nelayan terus dibayangi dengan kemiskinan. Walau dengan peralatan yang sederhana masyarakat nelayan Nagari Sago Salido bisa meningkatkan taraf hidup mereka karena para nelayan tidak hanya menggantungkan hidupnya pada hasil laut saja namun para nelayan sudah mulai mencari alternatif pekerjaan sampingan. Sedangkan nelayan modern adalah para nelayan yang memiliki modal besar dan memiliki peralatan alat tangkap yang modern. Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan tradisi antara wilayah darat 16 Sudarso, Tekanan Kemiskinan Struktural Komunitas Nelayan Tradisional Di Perkotaan Artikel, (Surabaya, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga), 2008 17 Haris Hamdani Faktor Penyebab Kemiskinan Nelayan Tradisional, Artikel, (Jember Jurusan Ilmu Kesejehteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember (UNEJ) ), 2013. 9

dan laut. Kawasan pesisir merupakan tempat bermukimnya masyarakat nelayan yang membentuk tradisi yang sama karena gaya hidup serta hidup didalam lingkungan alam yang sama. Namun tidak semua masyarakat nelayan tinggal di wilayah pesisir, karena ada juga masyarakat nelayan yang tinggal di luar wilayah pesisir seperti di pinggir danau atau sungai. Secara umum masyarakat nelayan merupakan bagian dari masyarakat pesisir. Adapun bagian dari masyarakat pesisir adalah nelayan, pembudidaya ikan dan pedagang. Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang mendiami wilayah pesisir memiliki kebudayaan yang khas yang bergantung kepada sumber daya pesisir. 18 Masyarakat pesisir sangat bergantung kepada hasil laut yang membentuk kebudayaan khas karena dipengaruhi oleh alamnya yang biasanya masyarakat pesisir suaranya lebih lantang. Karestik masyarakat pesisir secara umum memiliki perilaku yang keras, tegas, dan terbuka. Perilaku itu dipengaruhi oleh alamnya ditepi pantai yang suara ombak sangat kencang. Masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir, perubahan sosial merupakan gejala yang melekat didalam setiap masyarakat. 19 Perubahan sosial yang disebut dengan mobilitas sosial terdiri dari dua macam. Menurut pakar sosiologi Indonesia Soerjono Sukanto, mobilitas sosial adalah perubahan kedudukan status individu ataupun kelompok individu dalam masyarakat baik secara vertikal atau horizontal. 20 Mobilitas sosial secara vertikal adalah perubahan status individu atau kelompok ke arah vertikal yaitu 18 Arif Satria, op. cit, hal 24. 19 Soleman B, Toneko, Konsepsi Sistem Sosial dan Sistem Sosial Indonesia, (Jakarta: CV Fajar Agung, 1986). hal 54. 20 Indera Ratna Irawati Pattinasarany, Stratifikasi Dan Mobilitas Sosial, (Jakarta: Fisip Universitas Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016). hal 79-97. 10

menurun dan menaik. Hal tersebut dikarenakan didalam kehidupan nelayan ada beberapa nelayan yang menjadi sukses dan sekarang menjadi pemilik atau sebagai nelayan juragan, dan ada juga dari beberapa nelayan yang keturunannya tidak menjadi nelayan dikarenakan misalnya status pendidikan membuat mereka mendapat pekerjaan yang layak. Di Nagari Sago Salido tidak hanya perubahan secara vertikal namun banyak juga perubahannya yang mengarah secara horizontal. Perubahan sosial mobilitas secara horizontal adalah perubahan suatu individu atau kelompok kepada status yang sama. Kasus ini seperti yang terjadi di Nagari Sago Salido, oleh karena susahnya sistim pendistribusiaan hasil tangkapan nelayan membuat nelayan banyak yang berpindah ke daerah lain. Perubahan sosial itu biasanya terjadi dikarenakan perkembangan zaman dan pendidikan apalagi wilayah pesisir sangat mudah terpengaruh oleh kebudayaan dari luar. Perubahan-perubahan itu bisa mengarah ke yang lebih baik atau yang lebih buruk. Perubahan sosial itu terjadi karena kehidupan sosial itu bersifat dinamis, dimana manusia hidup dalam suatu pergaulan dengan berbagai kepentingan bersama. 21 Untuk memenuhi kepentingan bersama terkadang masyarakat nelayan kurang memperhatikan kearifan lokal sehingga banyak kearifan lokal pada masyarakat pesisir mulai memudar bahkan menghilang. Kehidupan sosial masyarakat nelayan tidak terlepas dari kehidupan perekonomian. Dimana aktifitas nelayan merupakan bagian dari kegiatan perekonomian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan berkembang zaman 21 Ibid, hal 11. 11

maka semakin tinggi pula biaya kehidupan pokok masyarakat nelayan. Serta semakin kecil pula pendapatan masyarakat nelayan tradisional dikarenakan persaingan dengan para nelayan modern yang memiliki peralatan yang canggih dan modal yang besar membuat kehidupan nelayan tradisional makin terpuruk. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah sosial. Sejarah sosial adalah setiap gejala sejarah yang berdampak pada kehidupan sosial suatu komunitas atau kelompok. 22 Menurut Kuntowijoyo sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang sangat luas dan beraneka-ragam. 23 Sejarah sosial membahas kehidupan karena dalam setiap kehidupan pasti ada interaksi sosial. Interaksi terjadi karena manusia adalah makluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dengan luasnya garapan sejarah sosial ini menurut Kuntowijoyo sejarah sosial bisa disebut sebagai sejarah sosial-ekonomi. Sejarah sosial-ekonomi adalah sejarah yang mempunyai cakupan yang luas dalam bidang sosial dan dalam kehidupan ekonomi bermasyarakat. 24. Kebanyakan sejarah sosial mempunyai hubungan yang erat dengan sejarah ekonomi, sehingga menjadi sejarah sosial-ekonomi. 25 Sejarah ekonomi adalah cabang sejarah yang memiliki substansi materi mengenai pekerjaan, penghasilan, harga dan lainnya. 26 Sistim perekonomian yang berada di Nagari Sago Salido adalah sistim prekapitalisme merupakan sistim perekonomian yang banyak digunakan oleh kebanyakan orang asli Indonesia. Menurut Boeke masyarakat 22 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), hal 50. 23 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1994). hal 33. 24 Ibid 25 Ibit 26 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah,(Yogyakarta: Penerbit Ombak,2007). hal. 246. 12

yang bersifat tradisional tingkah lakunya telah terikat dalam pola-pola tertentu, penentuan upah, pembagian pekerjaan, jam kerja, penggunaan perlatan modal dan lain-lain bersifat tradisional. 27 Kehidupan sosial pasti tidak akan jauh dari kehidupan ekonomi, karena ekonomi merupakan kebutuhan pokok untuk kehidupan sebuah keluarga. Terkadang ekonomi menjadi salah satu tingginya faktor sosial seseorang di dalam masyarakat. Tinggi tingkat pendapatan perekonomian seseorang maka tinggi juga tingkatan sosial didalam masyarakat. F. Metode dan Bahan Sumber Metode yang dipakai dalam tulisan ini adalah metode sejarah. Menurut Louis Gottschalk, langkah-langkah yang ditempuh dalam metode sejarah adalah mencari dan mengumpulkan sumber, atau lebih dikenal dengan heuristik. 28 Pengumpulan data yang dilakukan pertama melalui studi kepustakaan yang bertujuan untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian. Studi kepustakaan diperoleh dari Perpustakaan Jurusan Sejarah FIB Unand, Perpustakaan Pusat Universitas Andalas. Selain dari studi pustaka, juga melakukan wawancara dengan nelayan, pemasok ikan, pedagang ikan di pasar. Tahap yang kedua adalah kritik sumber. Kritik sumber terbagi menjadi dua yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah menegakkan kembali teks yang benar, menerapkan dimana, kapan, dan oleh siapa dokumen itu ditulis dan mengklasifikasikan dokumen ini menurut sistem dan kategori-kategori yang diatur sebelumnya. Kritik internal merupakan suatu analitis atas isi dokumen 126. 27 Soetrisno, Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992). hal 28 Ibid, hal 102. 13

dan suatu pengujian mengenai apa yang dimaksudkan oleh penulis, suatu analisis keadaan-keadaan dan suatu pengujian atas pernyataan-pernyataan penulis. 29 Tahap berikutnya adalah interpretasi data, berupa sebuah sintesa. Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Tahap terakhir adalah historiografi merupakan proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah karya ilmiah. 30 G. Sistematika Penulisan Penulisan ini terdiri dari lima bab yang secara berturut-turut menjelaskan tentang masalah-masalah yang terdapat dalam penelitian ini. Dalam masingmasing bab tergambar secara jelas mengenai masalah yang diterangkan dan mempunyai keterkaitan yang erat sehingga dapat dianalisa sesuai dengan datadata yang telah dihimpun. Pada Bab I sebagai awal penulisan, berisikan pendahuluan untuk pembahasan masalah.pada bagian ini berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka analisis, metode penelitian, sistematika penulisan dan bahan-bahan yang digunakan sebagai sumber kajian dan sistematika penuliasan. Bab II membahas mengenai gambaran Nagari Sago Salido, diantaranya keadaan geografis, penduduk dan mata pencarian, kehidupan social ekonomi dan sosial budaya masyarakat, perubahan administratif Nagari Sago Salido. 29 Ibid. 30 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah.(Jakarta: UI Press, 1986),.hal. 34. 14

Bab III membahas masyarakat nelayan Nagari Sago Salido Kecamatan IV Jurai.Bab ini menjelaskan tentang proses dan faktor perubahan kehidupan nelayan, peran istri nelayan dan peran pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat nelayan. Bab IV merupakan kesimpulan dari tulisan ini. 15