I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia

GIZI SEIMBANG LANSIA

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEHILANGAN GIGI PADA LANSIA DI PANTI JOMPO ABDI/DHARMA ASIH BINJAI TAHUN 2010

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran demografis (demographical shift) selama 30 tahun ini karena

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan fisiologis seseorang akan mengalami penurunan. secara bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)

BAB I PENDAHULUAN. berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat. dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN KEHILANGAN GIGI DENGAN STATUS GIZI PADA LANSIA DI PANTI WERDHA SALIB PUTIH SALATIGA JURNAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2008) menyatakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan yang pertama kali dikonsumsi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI).

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

Nutrisi Pada Geriatri. Oleh: DR. dr. Emy Huriyati, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia diprediksi akan meningkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

Nutrition in Elderly

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, dan sekaligus menambah jumlah penduduk usia lanjut. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

PENGERTIAN ILMU GIZI

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas


BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. angka kelahiran, penurunan kematian bayi dan peningkatan usia harapan hidup

PREVALENSI GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA PADA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN, KEBIASAAN BURUK, DAN DUKUNGAN OKLUSAL

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB VII. Fungsi Indera Pengecap

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu (Fatmah, 2010). Usia harapan hidup dan jumlah lanjut usia di Indonesia bertambah seiiring dengan keberhasilan pembangunan nasional, sehingga semua permasalahan terutama bidang kesehatan akan lebih kompleks (Fatmah, 2010). Populasi rata-rata lansia di Indonesia pada tahun 2010 adalah 9,77% dari total penduduk atau sekitar 23,9 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,34% atau sekitar 28,8 juta jiwa (Sunusi, 2006). Semua pihak mempersiapkan diri menghadapi permasalahan kompleks yang terjadi. Proses menjadi tua (menua) merupakan proses yang terjadi pada semua makhluk hidup seiring waktu secara progresif sehingga menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi organ atau sistem tubuh tertentu. Hal tersebut menyebabkan penurunan fungsi fisiologis lansia seiring bertambahnya usia. Penurunan fungsi fisiologis pada lansia meliputi berbagai sistem organ antara lain, sistem pencernaan, sistem saraf, sistem pernafasan, sistem endokrin, sistem kardiovaskular, penurunan kemampuan muskuloskeletal, penurunan fungsi kesehatan gigi dan mulut (Fatmah,2010). 1

2 Penurunan fungsi kesehatan gigi dan mulut yang terjadi pada lansia meliputi perubahan pada gigi dan jaringan pendukungnya, perubahan struktur mukosa dan lidah serta perubahan pada saliva. Atrofi pada mukosa mulut dan lidah menyebabkan mukosa menjadi rentan terhadap iritasi dan menyebabkan gangguan pengecapan terutama rasa asin dan manis (Martono dan Pranaka, 2011; Seymour, 2006). Banyaknya gigi yang hilang dan berkurangnya sekresi kelenjar saliva mempengaruhi proses pengunyahan makanan (Fatmah, 2010). Posisi dan oklusi gigi berperan penting dalam fungsi kunyah, proses menelan makanan dan berbicara. Gigi geligi berperan memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil sehingga mempermudah absorpsi pada proses pencernaan berikutnya. Oklusi gigi anterior berfungsi untuk memotong dan menyobek makanan, sedangkan oklusi gigi posterior berfungsi untuk menggiling atau menghaluskan makanan. Gerakan pengunyahan merupakan gerakan membuka dan menutup mulut dengan kombinasi gerakan antero-posterior dan lateral dengan gigi-gigi berada dalam keadaan kontak. Suatu gerakan dengan kontak oklusal sangat berperan pada proses pemecahan makanan oleh gigi-gigi (Foster, 1999). Oklusi merupakan aspek penting dalam fungsi kunyah, hilangnya oklusi terutama oklusi gigi posterior menyebabkan proses pengunyahan tidak maksimal (Sheiham dan Steele, 2001). Angka hilangnya gigi di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar (2007) tergolong tinggi yaitu 17,6% penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki kondisi rongga mulut tak bergigi. Hilangnya gigi mengakibatkan terbatasnya jenis makanan yang dikonsumsi, sehingga asupan zat gizi akan berkurang

3 dan berlanjut menjadi defisiensi yang dapat mempengaruhi kesehatan umum (Ibrahim dan Woda, 2002). Penurunan fungsi otot-otot pengunyahan, lidah, mukosa mulut, saliva dan sistem saraf serta hilangnya gigi pada lansia dapat menyebabkan gangguan fungsi kunyah (Hildebrandt dkk., 1997; Sheiham dan Steele, 2001). Keterbatasan proses pengunyahan tersebut mendorong lansia untuk memilih jenis makanan tertentu yaitu makanan berkonsistensi lunak dan menghindari makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan sehingga mempengaruhi asupan zat gizi lansia. Ketidakseimbangan asupan zat gizi demikian dapat mempengaruhi status gizi pada lansia (Sheiham dan Steele, 2001). Pemenuhan asupan zat gizi lansia perlu diperhatikan guna mencegah terjadinya malnutrisi. Asupan zat gizi lansia penting diperhatikan guna mempertahankan status gizi normal. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat komsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Pengertian zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2001). Menurut Tamher dkk. (2009), status gizi penting bagi lansia untuk memperoleh respon imun terhadap masuknya antigen, mempertahankan struktur dan anatomi, berpikir jernih dan juga memperoleh energi cadangan untuk keperluan sosialisasi serta aktivitas jasmani. Menurut Lima dkk. (2012), status gizi lansia yang tinggal di Panti Wreda dipengaruhi oleh mobilitas, kemampuan ekonomi dan jumlah kunjungan keluarga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) arti kata Panti Wreda atau Panti Jompo adalah tempat mengurus dan merawat orang jompo.

4 Beberapa penelitian menunjukkan keragaman kehidupan lansia di Indonesiasebagian merasa bahagia tinggal di panti wreda dan sebagian merasa bahagia jika tinggal bersama keluarganya atau di rumah sendiri. Lansia yang tinggal di Panti Wreda umumnya berasal dari keluarga miskin berdasarkan permintaan sendiri atau dinas sosial. Penelitian tentang preferensi tempat tinggal yang diharapkan lansia menunjukkan bahwa lansia di Yogyakarta bahagia jika tinggal di rumah sendiri (Siti, 1991). Penyelenggaraan makanan adalah serangkaian kegiatan dimulai dari perencanaan menu makan yang akan disajikan hingga makanan dapat disajikan. Penyelenggaraan makanan di institusi termasuk institusi Panti Wreda harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku yaitu kebutuhan zat gizi penerima, kebiasaan makan penerima, biaya yang tersedia, makanan harus bervariasi, musim atau iklim, peralatan untuk mengolah makanan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku pada institusi. Penyelenggaraan makanan di Panti Wreda merupakan jenis penyelenggaraan makanan secara tetap untuk jangka waktu tak terbatas sehingga pengelolaan diatur oleh institusi dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku (Moehyi, 1992). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status fungsional gigi dengan asupan zat gizi pada lansia. Menurut Sheiham dan Steele (2001), lansia dengan kondisi tak bergigi atau edentulous mengkonsumsi sedikit buah dan sayuran, selain itu asupan zat gizi seperti polisakarida non pati, protein, kalsium, zat besi, niacin dan vitamin C lebih rendah dibanding lansia yang masih memiliki

5 gigi. Kondisi demikian akan mempengaruhi kesehatan umum dan status gizi seseorang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah : apakah terdapat hubungan antara fungsi kunyah dengan status gizi lansia yang tinggal di Panti Wreda? C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan status gizi dengan kehilangan gigi pada lansia di Panti Jompo Abdi Dharma Asih Binjai telah diteliti oleh Darwita (2011). Pada penelitian tersebut peneliti menggunakan alat ukur Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam mengukur status gizi dan melihat jumlah gigi yang tersisa baik anterior dan posterior. Penelitian oleh Seman dkk. (2007) tentang hubungan antara status fungsional gigi dengan asupan kalori dan status gizi kurang di Pondok Kelantan Malaysia menunjukkan bahwa lansia dengan jumlah gigi kurang dari 20 mengalami penurunan nilai IMT dan asupan kalori. Hasil penelitian lain bertolak belakang dengan pernyataan tersebut, lansia dengan kondisi edentulous mempunyai IMT lebih tinggi dibanding lansia yang masih memiliki gigi (Rauen, dkk., 2006). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penilaian fungsi kunyah menggunakan jumlah gigi yang tersisa kurang efektif karena dengan menggunakan metode tersebut tidak dapat menilai gigi dalam keadaan kontak. Penelitian tentang

6 hubungan fungsi kunyah dan status gizi pada lansia yang tinggal di panti wreda dengan alat ukur Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Eichner Index untuk mengukur fungsi kunyah belum pernah dilakukan sebelumnya. Eichner Index menilai fungsi kunyah dengan melihat kontak oklusal gigi posterior, sedangkan jumlah gigi yang tersisa menilai fungsi kunyah dengan melihat jumlah gigi yang tersisa D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara fungsi kunyah dengan status gizi pada lansia yang tinggal di Panti Wreda. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang hubungan fungsi kunyah dengan status gizi lansia yang tinggal di Panti Wreda. Manfaat penelitian untuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah sebagai dasar pertimbangan dalam memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut agar tetap berfungsi dengan baik seiiring bertambahnya usia.