Implementasi Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

dokumen-dokumen yang mirip
Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA SMP KELAS VII

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menurut National Council of Teachers of Mathematics tahun 1989 (dalam Yuliani,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional) Pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia). Matematika juga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Efektivitas erat kaitannya dengan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu

TINJAUAN PUSTAKA. sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran. siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada pokok bahasan segiempat sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PROJECT BASED LEARNING

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, ayat (1) 31, ayat (1). 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) dan Zain (2006:83) metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu

BAB II. Tinjauan Pustaka

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

A. LATAR BELAKANG MASALAH

B A B I P E N D A H U L U A N

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVIEMENT DIVISION (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Putri Hidayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang semakin pesat baik

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam

Pengaruh Penerapan Model Missouri Mathematics Project terhadap Kemampuan Komunikasi. matematika siswa SMK Dwi Sejahtera Pekanbaru.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa yaitu Sekolah. Melalui pendidikan di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

EFEKTIFITAS PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB II LANDASAN TEORI. lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Transkripsi:

Implementasi Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Nadea Maudi 1) 1) Prodi Pendidikan Matematika STKIP Singkawang, Kalbar, Indonesia Ee-mail: nadeamaudi@gmail.com Abstrak. Kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam menyatakan ide atau gagasan mereka secara tertulis melalui soal yang berdasarkan pada indikator, yaitu: ekspresi matematis, menulis matematis, dan menggambar secara matematis. Ekpresi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengubah informasi pada soal ke dalam model matematis secara benar. Menulis matematis adalah kemampuan siswa untuk menuliskan penjelasan dari soal secara matematis dan sistematis. Menggambar secara matematis adalah kemampuan siswa untuk melukiskan grafik, gambar, diagram dan tabel secara lengkap dan benar. Model Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek, dimana proyek tersebut memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan permasalahan (project) sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Dengan mengimplementasikan model Project Based Learning diharapkan kemampuan komunikasi matematis siswa meningkat. Kata Kunci: komunikasi matematis, model project based learning I. PENDAHULUAN Komunikasi matematis diartikan sebagai kemampuan dalam menulis, membaca, menyimak, menelaah, menginterpretasikan, serta men gevaluasi ide, simbol, istilah, dan informasi matematika [1]. Siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan komunikasi untuk menunjang dalam aktivitas di kelas dan sosial di luar kelas. Secara khusus [8] disebutkan bahwa terdapat lima tujuan pembelajaran matematika dimana satu di antaranya adalah berkomunikasi matematis. Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang perlu dikuasai oleh siswa. Pentingnya memiliki kemampuan komunikasi matematis antara lain dikemukakan Baroody berpendapat mengenai matematika, yaitu: a) matematika adalah bahasa esensial yang tidak hanya sebagai alat berfikir, menemukan rumus, menyelesaikan masalah, atau menyimpulkan saja, namun matematika juga memiliki nilai yang terbatas untuk menyatakan beragam idea secara jelas, teliti dan tepat; b) matematika dan belajar matematika adalah jantungnya kegiatan sosial manusia, misalnya dalam pembelajaran matematika interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, antara bahan pembelajaran matematika dan siswa adalah faktor-faktor penting dalam memajukan potensi siswa [6]. Peran penting dari memiliki kemampuan komunikasi matematis dikemukakan Wahid Umar [6] mengutarakan dua alasan penting diperlukannya komunikasi dalam pembelajaran matematika, yaitu: a) matematika merupakan suatu bahasa karena matematika bukan hanya alat bantu untuk menyelesaikan suatu masalah, namun merupakan suatu kegiatan mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas dan runtut, (b) matematika merupakan aktivitas sosial karena dalam pembelajaran matematika terdapat interaksi antar siswa dan juga siswa dengan guru. Berdasarkan penjabaran sebelumnya, maka jelas bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki dalam diri siswa. Namun kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa siswa tidak memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik. Menurut hasil Trend in Mathematics and Scince Study (TIMSS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa siswa di Indonesia yang memiliki kemampuan komunikasi matematis hanya sebesar 57% dibandingkan negara lain yang 80% siswanya sudah memiliki kemampuan komunikasi matematis, dimana hal ini 39

menyebabkan Indonesia menempati urutan ke-45 dari 49 negara dengan rata-rata yang ditetapkan oleh TIMSS [8]. Berdasarkan data TIMSS menunjukkan bahwa penekanan pembelajaran matematika di Indonesia lebih banyak pada penguasaan keterampilan dasar, hanya sedikit sekali penekanan penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi secara matematis, dan bernalar secara matematis, selain itu hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika juga mengungkapkan bahwa di beberapa wilayah Indonesia yang berbeda, sebagian besar siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika [8]. Kondisi siswa di sekolah kurang menunjukkan suatu aktivitas dalam mengkomunikasikan hasil pekerjaannya. Hal ini diperkuat dari hasil penelitian [9] yang menyatakan bahwa hanya 37,5% dari 32 siswa yang mampu berkomunikasi matematis dengan baik, sedangkan 62,5% kurang mampu. Siswa sudah terbiasa mengerjakan permasalahan seorang diri tanpa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan hasil pengerjaannya, baik secara individu maupun di kelompok besar. Satu di antara kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi adalah guru kurang mampu menciptakan suasana belajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi timbal balik dalam pembelajaran matematika. Hal ini sesuai hasil temuan Wahyudin (dalam [4]) yaitu sebagian besar siswa tampak hanya mengikuti setiap penjelasan atau informasi dari guru, siswa sangat jarang mengajukan pertanyaan pada guru sehingga guru asyik sendiri menjelaskan apa yang telah disiapkannya, berati siswa hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran yang berpusat kepada guru mengakibatkan sebagian besar siswa kurang aktif, sebab siswa hanya menerima apa yang guru berikan sehingga pembelajaran matematika yang disampaikan di kelas lebih banyak bersifat hafalan. Dari kondisi di atas, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memberikan penyelesaian terhadap masalah tersebut. Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Oleh karena itu, peneliti menggunakan model Project Based Learning sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Joel L Klein et. Al menjelaskan bahwa model Project Based Learning adalah pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk memperoleh dan membangun pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi [12]. Model ini membantu siswa dalam membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan interaksi antar anggota sekelompoknya. Hal ini sesuai dengan teori kontruktivisme, dimana teori mengemukakan satu prinsip penting dalam pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus membangun pengetahuan sendiri di dalam benaknya. Menurut [11], guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Menurut Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) tahun 2014, model Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek, yangmana memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan permasalahan yang diberikan kepada siswa sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata, dan menuntut siswa untuk melakukan kegiatan merancang, melakukan kegiatan investigasi atau penyelidikan, memecahkan masalah, membuat keputusan, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri maupun kelompok (kolaboratif) [12]. Sedangkan Olson (dalam Widyiantini, 2014) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa merencanakan dan melaksanakan penyelidikan terhadap beberapa topik atau tema yang 40

menggunakan lintas mata pelajaran atau lintas materi. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan permasalahan (Project) sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata dan menuntut siswa untuk melakukan kegiatan merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan siswa untuk bekerja secara mandiri maupun kelompok. Hasil akhir dari kerja proyek tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan tertulis atau lisan, presentasi atau rekomendasi. Menurut materi pelatihan kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan (BPSDMPK) dan Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP) tahun 2013 dan Center For Youth Development and Education-Boston (dalam [12]), disebutkan satu di antara kelebihan dari model Project Based Learning adalah mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi mereka. Dalam pelaksanaan pembelajarannya, model Project Based Learning memiliki enam langkah yang dijelaskan dalam Tabel 1 berikut. Langkah-Langkah Pembelajaran Langkah1 Penentuan Pertanyaan Mendasar Langkah 2 Mendesain Perencanaan Proyek TABEL 1 LANGKAH-LANGKAH MODEL PROJECT BASED LEARNING Kegiatan Pembelajaran Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat eksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki siswa berdasarkan pengalaman belajarnya yang bermuara pada penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok yang heterogen (4-5) orang. Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk menentukan ketua secara demokratis, dan mendeskripsikan tugas masing-masing setiap anggota kelompok, kemudian membagikan lembar kerja proyek pada masing-masing Langkah 3 Menyusun Jadwal Langkah 4 Memonitor siswa dan kemajuan proyek Langkah 5 Menguji hasil Langkah 6 Mengevaluasi pengalaman kelompok. Guru dan siswa membicarakan aturan main untuk disepakati bersama dalam proses penyelesaian proyek, seperti: pemilihan aktivitas, waktu maksimal yang direncanakan, tempat pelakasaan proyek, hal-hal yang dilaporkan, serta alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelsaian proyek. Siswa menyusun jadwal pelaksaan proyek, yaitu menyusun tahap-tahap pelaksanaan proyek dengan mempertimbangkan kompleksitas langkah-langkah dan teknik penyelsaian proyek serta waktu yang ditentukan guru. Siswa menyelesaikan proyek dengan difasilitasi dan dipantau guru, yaitu mencari atau mengumpulkan data/material dan kemudian mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan bagian demi bagian sampai dihasilkan produk akhir. Guru Memfasilitasi siswa dalam membuat laporan, termasuk melaporkan proses berlangsungnya tugas proyek serta menceritakan hambatan dalam mengerjakan tugas proyek sebagai bentuk refleksi kegiatan dalam pembelajaran. Mempresentasikan/mempublikasikan hasil proyek, yaitu menyajikan produk dalam bentuk presentasi, diskusi, untuk memperoleh tanggapan dari siswa yang lain dan guru. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Kemampuan komunikasi matematis merupakan aspek yang sangat penting dan esensial. Turmudi (dalam [2]) mengatakan bahwa aspek komunikasi hendaknya menjadi aspek penting dalam pembelajaran matematika. Peran penting kemampuan komunikasi matematis secara jelas dikemukakan Asikin (dalam [6]) yaitu: membantu siswa menajamkan cara siswa berpikir, sebagai alat untuk menilai pemahaman siswa, membantu siswa membangun pengetahuan matematikanya, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, memajukan penalarannya, membangun kemampuan diri, meningkatkan keterampilan sosialnya, serta bermanfaat dalam mendirikan komunitas matematis. Sumarmo menyebutkan ada enam kemampuan yang tergolong pada komunikasi matematis diantaranya [6] adalah: a. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea atau model matematika; b. Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan; 41

c. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; d. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis; e. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi; f. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dengan bahasa sendiri. Selain itu Cai, Lane, dan Jacobsin (dalam [) juga menyatakan bahwa kemampuan komunikasi terdiri dari tiga indikator, yaitu: a. Menulis matematis: Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematis, masuk akal, jelas serta tersusun secara logis dan sistematis; b. Menggambar secara matematis: Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk dapat melukiskan gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar; c. Ekspresi matematik: Pada kemampuan ini siswa diharapkan mampu untuk memodelkan permasalahan matematis secara benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapat solusi secara lengkap dan benar. Berdasarkan penjelasan di atas maka indikator kemampuan komunikasi matematis yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah (1) melakukan ekspresi matematis, yaitu mengubah informasi pada soal menjadi persamaan matematis secara benar, (2) menulis matematis, yaitu siswa mampu menuliskan jawaban permasalahan secara tersusun dan benar, dan (3) menggambar secara matematis, yaitu siswa mampu melukiskan grafik, diagram atau tabel permasalahan/jawaban penyelesaian secara lengkap dan benar. II. METODE Dengan mengimplementasikan model Project Based Learning, kemampuan komunikasi matematis siswa dapat semakin meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian test dengan memberikan pemasalah matematika yang memuat indikator kemampuan komunikasi matematis melalui pemberian pre-test dan post-test. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan diimplementasikan model Project Based Learning dengan menggunakan normalitas gain. N gain = Kriteria gain ternormalisasi dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut. G TABEL 2 KRITERIA GAIN TERNORMALISASI Kriteria g 0,7 Tinggi 0,3 g<0,7 Sedang g < 0,3 Rendah ([10]) III. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Hasil peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan diimplementasikannya model Project Based Learning dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh [7], diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa secara lisan maupun tulisan di antara dua siklus penelitian, dengan nilai daya serap masing-masing siklus sebesar 61% dan 75%, dan ketuntasan klasikal masing-masing sebesar 79% dan 82%. Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran model ini juga positif. Lebih dari 80% siswa merasa lebih aktif belajar dalam Project Based Learning. Aktivitas siswa di kelas secara keseluruhan menjadi lebih baik, sehingga model pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika. PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan oleh [3] juga mendapatkan hasil yang sama. Diperoleh hasil penelitian bahwa model Project Based Learning berbasis GQM terhadap kemampuan komunikasi matematis dan percaya diri siswa adalah efektif, yang ditunjukkan dengan (1) kemampuan mencapai KKM individual, (2) kemampuan mencapai KKM klasikal, (3) kemampuan lebih baik daripada kelas kontrol, (4) percaya diri siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas 42

kontrol, serta ada pengaruh percaya diri terhadap kemampuan komunikasi matematis yaitu sebesar 41,5%. Berdasarkan hasil penelitian diatas, disimpulkan bahwa model Project Based Learning dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Kemampuan komunikasi matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam menyatakan ide atau gagasan mereka secara tertulis melalui soal yang berdasarkan pada indikator, yaitu: ekspresi matematis, menulis matematis, dan menggambar secara matematis. Sedangkan model Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek, dimana proyek tersebut memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan permasalahan (project) sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Mengingat pentingnya kemampuan komunikasi matematis siswa maka kemampuan ini harus ditingkatkan. Dengan mengimplementasikan model Project Based Learning, kemampuan komunikasi matematis siswa dapat semakin meningkat dengan cara pemberian tugas-tugas proyek yang menuntut siswa untuk bisa mengkomunikasikan ide matematis berdasarkan temuan-temuan mereka selama melakukan tugastugas proyek baik secara lisan maupun tertulis. Meningkatnya kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. KESIMPULAN IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian diatas, disimpulkan bahwa model Project Based Learning dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. SARAN Berdasarkan uraian di atas, penulis menyarankan agar dapat menerapkan model pembelajaran Project Based Learning untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa ke arah yang lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA [1] Afgani, D, J. (2011). Materi Pokok Analisis Kurikulum Matematika/MPMT5204/3. Jakarta: Universitas Terbuka Wijaya. [2] Ainun Nur, dkk (2015). Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Matematis Siswa Madrasah Aliyah melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament. Jurnal Didaktik Matematika. Universitas Syiah Kuala, Vol. 2 No.1, April 2015. Diakses 29 April 2016. [3] Dwijanto (2015). Keefektifan Model Project-Based Learning Berbasis GQM Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Percaya Siswa Kelas VII. Jurnal Penelitian Pendidikan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Diakses 3 Mei 2016. [4] Effendi, L. A. (2012). Pembelajaran Matematika Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses 16 Maret 2016. [5] Fachrurazi (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekola Dasar. Forum Penelitian. Diakses 17 April 2016. [6] Hendriana, Heris (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Refika Aditama [7] Nuryanti (2016). Penerapan Project-Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Aktivitas Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses 15 April 2016. [8] Puspendik (2012). Kemampuan Matematika Siswa SMP Indonesia Menurut Benchmark Internasioanal Trend of International on Mathematics and Science Study 2011. Makalah Pusat Penelitian Pendidikan. Diakses 2 Maret 2016. [9] Sunarmi (2015). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII SMP Pada Model Pembelajaran TSTS Dengan Pendekatan Scientific. Skripsi Program Studi Matematika. Universitas Negeri Semarang. Diakses 17 April 2016. [10] Susanto, Joko (2012). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creatif Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Siswa SMK Telkom Pekan Baru. Skripsi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Diakses 30 Mei 2016. [11] Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group. [12] Widyantini, Theresia (2014). Penerapan Model Project Based Learning (Model Pembelajaran Berbasis Proyek) dalam Materi Pola Bilangan Kelas VII. Artikel Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika. Diakses 13 Maret 2016. 43