BAB V KESIMPULAN AKHIR PT. Pos Indonesia berdiri sejak tahun 1746 hingga saat ini tahun 2015. Dalam perkembangannya, PT. Pos Indonesia sudah banyak mengalami perubahan status. Di mulai dari Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum), dan terakhir Perusahaan Perseroan (Persero). Selanjutnya status PN Pos dan Giro berubah menjadi Perum Pos dan Giro berdasarkan PP No. 24 tahun 1978. Dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan pelayanan jasa pos serta dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha penyelenggaraan jasa pos dan giro. Maka perum Pos dan Giro dirubah statusnya menjadi PT. Pos Indonesia (Persero) yang diatur melalui PP No. 5 Tahun 1955 tanggal 27 Febuari 1995. Dalam perkembangannya, PT. Pos Indonesia selalu menarapkan budaya yang ada di lingkungan PT. Pos Indonesia, selain ada budaya yang terbentuk, PT. Pos Indonesia juga berjalan dengan menapaki visi dan misi perusahaan hingga saat ini. Kembali pada rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu Bagaimana bentuk tranformasi dari PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta dalam memberikan pelayanan publik?, maka penulis membuatnya menjadi sebuah tabel. Tranformasi atau perubahan yang dilakukan oleh PT. Pos Indonesia ini bisa di lihat dengan tiga sisi. Untuk lebih jelasnya, peneliti menggambarkan tabel tranformasi dari PT. Pos Indonesia. 86
SUDUT PANDANG BENTUK TRANSFORMASI Penguatan kapasitas organisasi publik SDM yang mampu mencetak SDM yang berkualitas Sistem/Struktur Hadirnya MPC di Yogyakarta Layanan SOPP Strategi Hadirnya agen pos Hadirnya Kantor Pos Waralaba Adanya perubahan logo Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa terdapat enam point perubahan dari PT. Pos Indonesia yang bisa dilihat dari tiga sudut pandang. Di sudut pandang SDM perubahan yang terjadi dengan adanya penguatan kapasitas organisasi publik yang mampu mencetak SDM yang berkualitas. Selanjutnya, di sudut pandang sistem atau struktur hadir Mail Processing Center (MPC) yang mempermudah PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta dalam mengurus pendistribusian barang. Terkhir, dari sudut pandang strategi terdapat layanan (system online payment point) SOPP yang mulai di kenalkan kepada masyarakat, hadirnya agen pos, hadirnya kantor pos waralaba, dan terakhir adanya perubahan logo dari PT. Pos Indonesia. Dalam melakukan tranformasi tersebut, PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta dihadapkan pada beberapa tantangan atau masalah. Penulis menemukan ada 87
empat permasalahan besar yang menjadi tantangan bagi PT. Pos Wilayah Sleman dan Yogyakarta. Pertama permasalahan pada SDM. Permasalahan yang terjadi pada SDM PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta ini yaitu rata-rata SDM dari PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta adalah lulusan SD, SMP, dan SMA, sehingga kurang optimal dalam bekerja. Hal inilah yang menjadi kendala utama dalam kemajuan PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta. Kedua permasalahan pada MPC. Permasalahan yang dihadapi oleh MPC adalah proses perjalanan pendistribusian barang yang tidak maksimal. Hal ini dikarenakan penentuan jalur pengiriman barang ditentukan secara manual oleh petugas pengantar barang, sehingga jalur yang ditempuh tidak optimal. Sering terjabak macet sehingga harus berputar arah sering terjadi dan akibatnya menghabiskan banyak bensin. Ketiga, permasalahan pada layanan SOPP. Sebenarnya layanan SOPP ini tidak terlalu memiliki permasalahan yang cukup besar. Namun layanan SOPP ini menjadi tantangan tersendiri bagi PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta. Pasalnya, masyarakat belum banyak mengetahui bahwa saat ini PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta sudah memiliki layanan diluar pengiriman barang dan jasa. Yaitu layanan yang memfasilitasi customer untuk bisa membayar tagihan listrik, air, wifi, dan jenis tagihan lainnya di PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta. Sejauh ini masyarakat masih beranggapan bahwa PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta hanya bisa digunakan untuk pengiriman surat dan barang saja. Inilah yang masih menjadi PR sekaligus tantangan bagi PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta untuk mengenalkan layanan SOPP ini kepada masyarakat. 88
Permasalahan terakhir yang ditemui penulis yaitu permasalahan pada agen pos. Permasalahan pada agen pos ini yaitu memusatnya agen pos atau tidak tersebarnya dengan rata agen pos yang ada. Agen pos di Yogyakarta hanya terpusat di wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta. Hal ini tidak hanya terjadi di Yogyakarta saja, tidak tersebar dengan baik agen pos ini juga terjadi di Bali yang hanya memusat di kawasan Kuta saja. Maka dari itu PT. Pos Indonesia Wiayah Sleman dan Yogyakarta memberikan tiga paket bagi calon agen pos agar menarik minat calon agen pos untuk membuka agen pos di luar wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta saja. Dari keempat permasalahan tersebut, permasalahan yang terjadi pada agen pos lah merupakan permasalahan yang cukup sulit di hadapi. Karena permasalahan ini melibatkan agen pos secara langsung. Pemusatan agen pos yang hanya berada di wilayah Sleman dan Yogyakarta inilah akar permasalahannya. Agen pos lebih memilih outlet di wilayah Sleman dan Yogyakarta karena wilayah ini di anggap paling memberikan keuntungan untuk berbisnis daripada wilayah lainnya. Hal ini lah yang masih menjadi tugas bagi PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta untuk melebarkan agen pos yang ada, sehinggi tidak terpusat di Sleman dan Yogyakarta. Berbeda dengan permasalahan agen pos, permasalahan pada SDM PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta adalah masalah yang bisa langsung teratasi. SDM yang rata-rata hanya lulusan SD, SMP, dan SMA ini diberikan penguatan kapasitas oleh PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta agar mampu memberiksn pelayanan yang efisien dan efektif. Untuk menghindari agar permasalahan serupa tidak terjadi, dalam merekruit karyawan lebih mengutamakan kualifikasi dan latar belakang pelamar. Prinsip dasar tranformasi PT. Pos Indonesia ini adalah dari publik dan untuk publik. Tranformasi PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta sebagai bentuk tanggung 89
jawab kepada masyarakat. PT. Pos Indonesia dihadirkan oleh negara untuk memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Jika dikaitkan dengan konsep new public management, konsep new public management (NPM) memfokuskan diri pada perbaikan birokrasi dari dalam organisasi (inside the organization) dengan melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan. Sebagai sebuah birokrasi, mengacu pada birokrasi sebagai tipe dari suatu organisasi yang dimaksud untuk mencapai tugas administratif yang besar dengan cara mengkoordinir secara sistematis atau teratur perkejaan dari banyak orang, PT. Pos Indonesia merupakan salah satu BUMN yang berada di bawah negara. Dengan menerapkan konsep new public management PT. Pos Indonesia Wilayah Sleman dan Yogyakarta melakukan tranformasi agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada masyarakat. Selain itu, PT. Pos Indonesia mengharapkan dari adanya tranformasi ini mampu menjadi bekal bagi PT. Pos Indonesia untuk bersaing di AEC (ASEAN Economic Community) 2015 untuk menjadi The Last Mail seluruh perusahaan kurir di Indonesia, karena jika di bandingkan dengan jasa pengiriman barang di sektor swasta yang hanya leading pada sektor kota saja, PT. Pos Indonesia jelas lebih unggul. PT. Pos Indonesia memiliki berbagai kantor, bahkan hingga tingkat kecamatan saja ada kantor PT. Pos Indonesia. Sehingga tidak memungkin bahwa PT. Pos Indonesia mampu menjadi The Last Mail. Infrastruktur yang dimiliki PT. Pos Indonesia pasca tranformasi saat ini sudah cukup lengkap, dari SDM, gedung, bahkan sistem informasi saat ini PT. Pos Indonesia masih menguasai. Kelengkapan ini jelas karena mendapat dukungan yang besar dari negara, PT. Pos Indonesia hanya tinggal menjalankan saja dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, serta bisa mengharumkan nama Indonesia di AEC 2015. 90