BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. estafet perjuangan untuk mengisi pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ika Rostika, Pengaruh Penggunaan Model Cooperative Learning Melalui Metode Stad Terhadap Pemahaman Konsep Dasar Akuntasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan karya bersama yang berlangsung dalam. suatu pola kehidupan insan tertentu serta pendidikan merupakan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di suatu Negara. Oleh karena itu pemerintah berupaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 akhirnya resmi diterapkan meskipun belum dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. demokratis serta bertanggung jawab (Syaiful Sagala, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan bagian yang sangat penting diera globalisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan, 2007), hal 1. 2 Tim Pengembang Kurikulum, Panduan KTSP,( Jakarta: Depag, 2007), hal. 31.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa sejak

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut untuk memiliki potensi dalam mencapai kemajuan bangsanya. Peran pendidikan berpengaruh terhadap kualitas dan potensi dari sumber daya manusia dalam menghadapi pembangunan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab II, pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Berkaitan dengan uraian di atas, pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan berfungsi sebagai penyiap peserta didik dimasa yang akan datang, sehingga dapat mengantisipasi keadaan masyarakat di masa depan. Menurut Oemar Hamalik (2011, hlm. 36) belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar tidak hanya penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar tidak hanya memperoleh pengetahuan namun siswa juga melakukan aktivitas belajar misalnya bertanya, berdiskusi, presentasi, mengerjakan tugas dan lain-lain. Seorang pendidik juga harus memperhatikan aktivitas belajar siswa di kelas karena aktivitas belajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa namun ternyata kebanyakan aktivitas belajar siswa di kelas masih tergolong kurang aktif. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor 1

2 salah satunya adalah kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didik melalui proses pembelajaran. Pada hakekatnya penyampaian materi pembelajaran atau proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan atau pikiran dari seseorang kepada orang lain. Penggunaan metode yang tepat akan menjadikan siswa secara efektif mampu menerima pesan yang disampaikan. Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dalam rangka mencapai kesejahteraan atau kemakmuran. Dalam kajian ilmu pengetahuan, ekonomi dimasukkan ke dalam bagian ilmu-ilmu sosial. Hal ini karena ekonomi terkait dengan masalah manusia yang merupakan kompetensi dasar dalam kajian ilmu sosial. Tujuan pembelajaran ekonomi bukanlah penguasaan materi pelajaran saja, akan tetapi pembelajaran diarahkan untuk mengubah tingkah laku siswa dalam menganalisis setiap gerakan dan perubahan yang terjadi dalam keseluruhan ekonomi. Oleh karena itulah, penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pembelajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, siswa dipaksa untuk mengingat dan mengumpulkan berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran ekonomi di sekolah-sekolah, khususnya di SMA pada umumnya telah dilaksanakan secara maksimal, tetapi belum optimal. Hal ini dikarenakan, terdapatnya keterbatasan dalam berbagai hal, salah satunya mengenai ketidaktetapan guru ekonomi dalam menggunakan model atau metode mengajar pada saat menyampaikan materi ekonomi, akibatnya siswa merasa malas untuk belajar ekonomi sehingga prestasi belajar ekonomi siswa juga belum dapat mencapai tingkat optimal.

3 Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi kelas X-2 IPS SMA Pasundan 7 Bandung, bahwa rendahnya hasil belajar disebabkan karena masih banyaknya peserta didik yang bermain-main saat pembelajaran dimulai atau masih banyak peserta didik yang melakukan aktivitas lain pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran ekonomi selama ini timbul masalah-masalah yang perlu dicari solusinya, umumnya mengenai masalah yang timbul dari para siswa karena kurang memahami materi yang disampaikan. Hal ini dipengaruhi oleh pembelajaran yang berlangsung selama ini yang masih berpusat pada guru (teacher centered) dan kurangnya variasi dalam pembelajaran, sehingga menjadikan siswa bosan dan kurang aktif berinteraksi untuk mendapatkan pengetahuannya. Sedangkan untuk tugas yang diberikan oleh guru, sebagian siswa tidak mengerjakan. Ini menunjukkan rendahnya keaktifan dan tanggung jawab siswa dalam mengikuti pelajaran khususnya untuk mata pelajaran ekonomi. Selanjutnya menurut hasil wawancara dengan siswa yang bersangkutan, siswa mengalami kesulitan dalam pemahaman materi yang diberikan oleh guru karena guru terlalu serius dalam proses belajar mengajar yang selama ini menggunakan metode ceramah. Karena dengan menggunakan metode ceramah siswa merasa bosan dan kurang termotivasi untuk mengikuti mata pelajaran tersebut, maka dapat menghambat keberhasilan proses belajar mengajar yang berakibat prestasi belajar siswa tidak dapat dicapai secara maksimal, atau bahkan mengalami penurunan. Selain itu peneliti juga memperoleh nilai rata-rata hasil ulangan mata pelajaran ekonomi semester ganjil kelas X-2 IPS di SMA Pasundan 7 Bandung. Berikut ini presentase nilai rata-rata ulangan harian semester ganjil sebagai berikut:

4 No Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X-2 IPS SMA Pasundan 7 Bandung Tahun Pelajaran 2016/2017 Kelas Jumlah peserta didik Rata-rata Ketuntasan (%) Jumlah peserta didik yang lulus KKM X-2 IPS 1 23 69,39 75 12 IPS Sumber: SMA Pasundan 7 Bandung Dari hasil belajar peserta didik tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai ratarata ulangan harian semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 untuk mata pelajaran ekonomi masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan ratarata kelas masih di bawah standar kriteria kelulusan minimal (KKM). Dari jumlah 23 peserta didik yang melaksanaan ulangan harian yang lulus mencapai KKM sebanyak 12 peserta didik (52,17% ) dan sisanya sebanyak 11 peserta didik (47,82%) belum mencapai KKM. Melihat data di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran ekonomi masih rendah. Mengacu pada temuan fakta di atas dapat kita identifikasi bahwa masih banyak peserta didik yang belum dapat memenuhi nilai yang diharapkan pada mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan penjelasan uraian data di atas, permasalahan yang muncul adalah bagaimana seorang guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan menggugah motivasi siswa serta mampu meningkatkan proses belajar mengajar siswa melalui pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat. Motivasi peserta didik dapat tumbuh dengan adanya penentuan model pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekolah dan keadaan peserta didik agar bisa diterapkan menjadi strategi pembelajaran yang efektif. Guru memiliki kebebasan untuk berkreasi dan mengembangkan kreativitasnya seperti dalam penggunaan media, metode, dan teknik yang bervariasi dalam menyampaikan informasi pendidikan. Guru perlu mencari metode yang tepat agar dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Selain itu sangat diperlukan adanya

5 pengembangan model pembelajaran yang menarik, melibatkan keaktifan peserta didik dan dapat meningkatkan pemahaman konsep yang diajarkan oleh peserta didik, salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dengan model pembelajaran STAD guru dapat memacu motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Dalam STAD (Student Teams Achievement Divisions), peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang peserta didik. Guru menjelaskan materi secara singkat dan kemudian peserta didik disetiap kelompok memastikan bahwa anggotanya telah memahami materi yang disampaikan guru. Selain itu, semua peserta didik mengerjakan kuis secara individu terkait dengan materi yang telah disampaikan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievement Divisions), menekankan pada guru untuk bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas. Sementara, siswa diberikan kesempatan untuk terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak yang positif terhadap kualitas interaksi sosial dan komunikasi diantara siswa dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran ekonomi. Interaksi dan komunikasi ini dapat memotivasi belajar siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan kondisi tersebut, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai permasalahannya, peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Dalam Meningkatkan Proses Belajar Mengajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Survey Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kompetansi Dasar Uang dan Perbankan Kelas X-2 IPS SMA Pasundan 7 Bandung Tahun Ajaran 2016/2017). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan tersebut dapat teridentifikasi sebagai berikut : 1. Guru terlalu serius dalam proses belajar mengajar yang selama ini menggunakan metode ceramah.

6 2. Masih terdapat peserta didik yang bermain-main, melakukan aktivitas lain pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 3. Siswa merasa bosan dan kurang termotivasi untuk mengikuti mata pelajaran ekonomi. 4. Proses belajar mengajar pada mata pelajaran ekonomi diaggap kurang efektif. C. Rumusan Masalah Berdasarkan pernyataan permasalahan di atas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana persepsi peserta didik mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran ekonomi kompetansi dasar uang dan perbankan kelas X-2 IPS SMA Pasundan 7 Bandung? 2. Bagaimana proses belajar mengajar dalam mata pelajaran ekonomi kompetansi dasar uang dan perbankan kelas X-2 IPS SMA Pasundan 7 Bandung? 3. Berapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) terhadap proses belajar mengajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kompetansi dasar uang dan perbankan kelas X-2 IPS SMA Pasundan 7 Bandung? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Persepsi peserta didik mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran ekonomi kompetansi dasar uang dan perbankan kelas X-2 IPS SMA Pasundan 7 Bandung. 2. Deskripsi Proses belajar mengajar dalam mata pelajaran ekonomi kompetansi dasar uang dan perbankan kelas X-2 IPS SMA Pasundan 7 Bandung.

7 3. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) terhadap proses belajar mengajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kompetansi dasar uang dan perbankan kelas X-2 IPS SMA Pasundan 7 Bandung. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun kegunaan praktis. Adapun manfaat tersebut, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Untuk memperkaya ilmu pengetahuan terutma dalam bidang pendidikan dalam mengenal suatu cara atau metode yang cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan yang diharapkan, seperti efektivitas pembelajaran, keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, minat belajar peserta didik, serta motivasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran ekonomi. 2. Dari Segi Kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan arahan kebijakan untuk pengembangan pendidikan khususnya bagi peserta didik di tingkat SMA dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah khususnya pada mata pelajaran ekonomi guna mencapai hasil/ tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 3. Manfaat Secara Praktis a. Bagi siswa Diharapkan siswa mampu termotivasi dan lebih tertarik dalam mengikuti proses belajar mengajar pada mata pelajaran ekonomi. Peserta didik dapat meningkatkan kemampuan pemahaman terkait materi-materi pada mata pelajaran ekonomi dan dapat merasakan pembelajaran yang berbeda dari biasanya. b. Bagi guru Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih dan menentukan model atau metode pembelajaran yang sesuai untuk

8 digunakan dalam proses pembelajaran ekonomi, sehingga materi ekonomi yang dianggap sulit dapat dipahami dengan baik. c. Bagi Sekolah Sebagai sumbangan pemikiran dan bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan menyusun program pembelajaran yang akan datang. 4. Dari Segi Isu dan Aksi Sosial Manfaat dari segi isu dan aksi sosial, memberikan informasi kepada semua pihak mengenai kegiatan belajar mengajar mata pelajaran ekonomi kompetensi dasar uang dan perbankan pada peserta didik kelas X-2 IPS di SMA, bahwa model pembelajaran STAD merupakan satu bentuk pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif menggunakan urutan sintaks guna mendiskusikan bahan ajar secara berkelompok untuk selanjutnya dikomunikasikan hasil diskusi melalui persentasi kelompok dan memberikan penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan skor/ nilai tertinggi guna meningkatkan proses belajar mengajar di kelas, sehingga dapat menjadi bahan masukan untuk sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga formal maupun non formal lainnya. F. Definisi Operasional Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan makna serta penegasan istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terkandung dalam penelitian. Maka penulis mendefinisikan konsep-konsep pokok yang terkandung dalam penelitian sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Kooperatif Menurut (Rusman, 2011, hlm. 2012), pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

9 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Menurut (Sri Fatmawati, dkk 2015, hlm. 21), STAD merupakan model pembelajaran kooperatif dengan urutan sintaks memberikan penghargaan, menyusun kelompok heterogen (4-5 orang), mendiskusikan bahan ajar berupa LKS dan modul secara kolaboratif, mengkomunikasikan hasil diskusi melalui persentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, melaksanakan kuis individual, menyusun skor perkembangan tiap peserta didik atau kelompok, dan mengumumkan rekor tim dan individual dan memberikan hadiah bagi kelompok yang berprestasi atau nilai tertinggi. 3. Proses Belajar Mengajar Menurut Syamsulbachri (2010, hlm. 14), proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan interaksi antara pihak yang sedang belajar dengan pihak yang sedang mengajar dimana terjadi pemberian bantuan, motivasi, dan kemudahan didalam belajar. Berdasarkan definisi operasional dari konsep judul yang telah diuraikan di atas, maka yang dimaksud model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (stad) dalam meningkatkan proses belajar mengajar peserta didik adalah salah satu bentuk pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif menggunakan urutan sintaks guna mendiskusikan bahan ajar secara berkelompok untuk selanjutnya dikomunikasikan hasil diskusi melalui persentasi kelompok dan memberikan penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan skor/ nilai tertinggi. G. Sistematika Skripsi Bagian ini memuat sistematika penulisan skripsi, yang menggambarkan kandungan bab, urutan penulisan, serta hubungan antara satu bab dengan bab lainnya dalam membentuk sebuah kerangka utuh skripsi (Tim Penyusun Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah, 2017, hlm.25). Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang isi skripsi ini, penulis sajikan uraian dari sistematika skripsi sebagai berikut:

10 1. Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang dapat ditinjau dari segi teoritis, segi kebijakan, segi praktis, dan manfaat dari segi isu dan aksi sosial, definisi operasional dan sistematika skripsi. 2. Bab II, secara prinsip terdiri dari empat pokok bahasan sebagai berikut: a. Kajian teori dan kaitannya dengan pembelajaran yang akan diteliti. b. Hasil-hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti. c. Kerangka pemikiran dan diagram/ skema paradigma penelitian; dan d. Asumsi dan hipotesis penelitian atau pertanyaan penelitian. 3. Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metodelogi penelitian yang terdiri dari metode penelitian, desain penelitian, subjek dan objek penelitian yang mencakup lokasi penelitian, dan penetapan populasi serta sampel penelitian, selanjutnya pengumpulan data dan instrumen penelitian, teknik analisis data yang digunakan, serta prosedur penelitian. 4. Bab IV terdiri dari dua bagian yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Bagian pertama, peneliti akan menguraikan hasil perhitungan yang diperoleh melalui pengumpulan data/angket terhadap indikator-indikator variabel penelitian. Sedangkan untuk bagian kedua, peneliti akan menyajikan penafsiran, pembahasan hasil penelitian, dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. 5. BAB V menguraikan mengenai kesimpulan dan saran. Bab ini berisi mengenai hasil kesimpulan penelitian dan saran yang diajukan bagi pihak yang terkait.