BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada hakikatnya cerminan dari kehidupan yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Sastrawan memiliki peranan didalam masyarakat yang mengambil pengalaman hidup yang berupa nilai-nilai dalam masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat yang merupakan suatu karya sastra yang dapat dinikmati, dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Pada dasarnya pengarang merupakan bagian dari masyarakat yang tentunya mempunyai masalah sosial budaya. (Ratna, 2010:12) menyatakan bahwa karya sastra merupakan rekaman-rekaman dari peristiwa kebudayaan yang ada di sekitar masyarakat. Hal ini setiap orang dapat melihat realitas dalam sebuah karya sastra yang diciptakan oleh pengarang dan memiliki yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Kehadiran sastra di tengah-tengah masyarakat tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut dapat diterima sebagai realitas sosial budaya yang ada dalam masyarakat (Semi, 2012:1). Oleh karena itu sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang tidak dapat terpisahkan, satra tercipta dari permasalahan kehidupan yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Para sastrawan membuat hasil karya sastra dengan memahami makna kehidupan yang ada di sekitar, melalui proses kreatif, pemikiran yang mendalam, kemudian tercipta hasil 1
2 karya sastra sebagai gambaran dari kehidupan masyarakat yang ditungkan dalam novel. Budaya Jawa merupakan salah satu kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia yang didalam tradisinya memiliki nilai-nilai keluhuran dan kearifan budaya yang menjadi ciri khas masyarakat Jawa. Setiap tradisi dalam masyarakat Jawa memiliki arti dan makna filosofis yang mendalam dan luhur, yang mana tradisi ini sudah ada sejak zaman kuno saat kepercayaan masyarakat Jawa masih animisme-dinamisme dan tradisi-tradisi Jawa ini semakin berkembang dan mengalami perubahan-perubahan seiring masuknya agama Hindu-Budha hingga Islam ke tanah Jawa. Orang Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang sopan, santun dan halus, tetapi mereka juga terkenal sebagai suatu suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Sifat orang Jawa ingin memelihara keharmonisan atau keserasian dan menghindari pertikaian, baik yang menyangkut hubunganhubungan antara sesama maupun dengan alam. Suku bangsa Jawa adalah suku terbesar di Indonesia. Orang Jawa percaya Tuahan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelumnya semuannya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada. Pusat yang dimaksud disini adalah yang memberikan kehidupan dan sebagai penghubung dengan dunia atas. Priyayi sering disebut dengan orang berdarah biru atau bangsawan. Priyayi memiliki sebuah kelas sosial di masyarakat yang berasal dari bangsawan. Priyayi terdiri atas orang-orang yang berada pada strata atas didalam masyarakat Jawa baik dalam memimpin, mengatur, dan menuntun masyarakat. Para pejabat
3 pemerintahan pada masa kolonial Hindia Belanda, golongan terpelajar dan terdidik, serta kerabat-kerabat penguasa, dalam hal ini bupati, wedana, dan sebagainya yang menduduki posisi-posisi penting adalah mereka yang disebut dengan kalangan priyayi. Antropologi sastra diartikan sebagai suatu pengetahuan atau kajian terhadap perilaku manusia. Antropologi sastra melihat semua aspek budaya yang ada dalam masyarakat sebagai kelompok variabel yang saling berinteraksi. Antropologi sastra merupakan bentuk warisan budaya yang dituangkan melalui karya-karya sastra dan moderen. Antropologi dan sastra dibatasi pada antropologi budaya sesuai dengan hakikatnya bahwa sastra sebagai hasil aktivitas kultural baik dalam bentuk benda, naska maupun interaksi sosial (Ratna, 2011:6-7). Antropologi sastra menceritakan semua hal tentang manusia dan antropologi menjelaskan semua cerita tentang manusia, dari segi yang baik maupun dari segi yang buruk. Antropologi sastra tidak hanya terpaku pada sebagian kelompok orang tetapi mencakup semua manusia, bukan hanya dari satu aspek melainkan dari beberapa aspek. Antropologi sastra mengkaji manusia yang di dalamnya terdapat masyarakat, berperilaku, dan budaya yang memiliki tujuan untuk membangun masyarakat itu sendiri. Objek dari antropologi sastra adalah manusia yang di dalam terdapat masyarakat suku bangsa, kebudyaan, dan perilakunya. Seorang pengarang mampu mengarang sebuah karya sastra fiksi termasuk novel dengan baik dan biasanya tema yang di angkat diambil dari kehidupan yang pernah pengarang alami sendiri, pengalaman orang lain yang pengarang lihat dan
4 dengar, ataupun hasil imajinasi pengarang. Novel "Canting" mengambarkan masyarakat solo, Jawa tengah yang tergambar dalam sikap, sifat, dan tindakan tokoh-tokonya. Kehidupan priyayi benar-benar menonjol yang digambarkan oleh Arsewendo Atmilonto dengan memberikan latar Jawa yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat, sehingga dapat memberikan gambaranan pemahaman yang mendalam mengenai sebuah kehidupan. Arswendo Atmowiloto mulai menulis dalam bahasa Jawa. Sampai kini karya yang telah diterbitkan sudah puluhan judul yang yaitu "Canting". Arswendo Atmowiloto berusaha mengajak pembaca dan penikmat untuk mengerti dan memahami bahwa dalam kehidupan ini tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan, baik yang disengaja maupun tidak. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan berbagai penghargaan yang diterimanya. Acuan data terdahulu sebagai perbandingan mengenai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Salah satu penelitian yang mengakaji budaya Jawa yang digunakan oleh (Fitriyah, 2012) Universitas Muhammadiyah Malang berjudul Nilai-nilai kultural Jawa dalam kehidupan wog cilik dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto. Tinjauan Sosiologi Sastra. Penelitian sebelumnya memiliki permasalahan yang berbeda, sebab lebih menekankan pada kehidupan Wog cilik Kehidupan Wog cilik menceritakan kehidupan seorang buruh batik yang hidup di tengah-tengah kehidupan priyayi. Hasil penelitian sebelumnya bahwa kehidupan Wog cilik menyangkup beberapa nilai budaya Jawa dalam kehidupanya yaitu; (1) nilai pribadi Wog cilik, (2) nilai sosial Wog cilik dan, (3) nilai religi Wog cilik.
5 Permasalahan yang cukup dominan pada novel "Canting" yaitu objek kajiannya tentang kehidupan priyayi sebagai bentuk gambaran fenomenafenomena mempertahankan ciri khas priyayi Jawa dalam masyarakat Jawa. Penelitian sekarang lebih memfokuskan pembahasannya pada analisis kehidupan priyayi diantaranya kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan religi pada novel Canting karya Arswendo Atmowiloto. Peneliti merasa yakin menjadikan judul dalam penelitian yang sesuai dengan permasalahan. Berupa Analisis Budaya Jawa Pada Kehidupan Priyayi Dalam Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto. 1.2 Fokus Penelitian Masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi hanya pada deskripsi kehidupan priyayi yang dicermati melalui isi teks masalah yang dikemukakan oleh pengarang. Novel Canting mendeskripsikan kehidupan priyayi tentang kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan religi. Kehidupan priyayi meliputi; kekayaan, tingkahlaku, gaya hidup, kehormatan, kesopanan, kenyakinan, dan kepercayaan. Antropologi dalam sastra, penilaian yang dilakukan sebagai aspek budaya yang ada di masyarakat yang diungkapkan dalam karya sastra. Novel tersebut mengungkapan tentang kehidupan priyayi melalui tokohtokoh dan pelaku yang didalamnya menggambarkan priyayi.
6 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembahasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimana kehidupan pribadi priyayi dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto? 2) Bagaimana kehidupan sosial priyayi dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto? 3) Bagaimana kehidupan religi priyayi dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan kehidupan pribadi priyayi dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto. 2) Mendeskripsikan kehidupan sosial priyayi dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto. 3) Mendeskripsikan kehidupan religi priyayi dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai kajian studi interdisiplin ilmu sastra dengan bidang ilmu yang lainnya seperti antropologi sastra.
7 1) Kajian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan, khusnya yang mengenai teori dan pendekatan dalam kajian sastra. 2) Memberi khasana ke ilmuan di bidang sastra dan budaya. 3) Bagi peneliti sastra, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan bandingan dan sebagai penelitian selanjutnya. 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai kajian studi interdisiplin ilmu sastra dengan bidang ilmu antropologi sastra. 1) Bagi pembaca dapat menambah informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan wawasan pengetahuan tentang kehidupan priyayi yang diungkapkan dalam karya sastra melalui novel "Canting". 2) Sebagai bahan untuk pelajaran agar memiliki suatu kepedulian dengan budaya yang baik dalam keluarga, masyarakat, dan negara. 3) Sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran apresiasi sastra. 1.6 Penegasan Istilah Peneliti ini diharapkan sebagai pandangan dalam studi sastra dan sebagai pandangan antropologi sastra. 1) Budaya Jawa Budaya Jawa adalah Budaya Jawa merupakan salah satu kebudaya yang dimiliki bangsa Indonesa yang didalam tradisinya memiliki nilai-nilai
8 keluhuran dan kearifan budaya yang menjadi ciri khas masyarakat Jawa (Koentjaraningrat, 2009:250). 2) Priyayi Priyayi adalah suatu golongan tertinggi dalam masyarakat karena memiliki keturunan dari keluarga kerajaan (Geertz, 2014:328). 3) Novel canting Novel canting adalah novel yang memiliki budaya Jawa pada kehidupan priyayi yang digambarkan oleh Arswendo Atmowilonto.