BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka penulis menyimpulkan bahwa pertambangan timah rakyat dapat menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, D. (1999) Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta : PT. Logos

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

DAFTAR PUSTAKA. Adimihardja, Kusnaka. (1993). Kebudayaan dan Lingkungan. Bandung: Ilham Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Aksi Penambangan Timah Ilegal di Desa Perawas Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada

BAB I PENDAHULUAN. dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi

n.a n.a

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, kebudayaan, serta agama. Selain itu juga kesuburan alamnya

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern saat ini. Pada tahun 2014, Indonesia, menurut Survei

BAB I PENDAHULUAN. sektor lainnya. Tidak hanya mementingkan salah satu sektor saja. Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, Muzayyin. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa

KONTROVERSI TI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN BABEL

BAB I PENDAHULUAN. pertanggung jawabannya di akhirat kelak. memperoleh dan memanfaatkan sumber daya yang memiliki nilai ekonomis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Masyarakat di Pulau Bangka pada dasarnya menggantungkan

SILABUS : : : : Mata Kuliah Kode Mata Kuliah SKS Dosen : : : Program Studi Prasyarat Waktu Perkuliahan

BAB I PENDAHULUAN. haves and the have nots. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata

Pengelolaan Tambang Berkelanjutan, oleh Dr. Arif Zulkifli, S.T., M.M. Hak Cipta 2014 pada penulis

Bangka Menuju Agro-Minapolitan Pasca Pertambangan

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Pelaksanaan perlindungan kawasan hutan melalui pengawasan alat

BAB I PENDAHULUAN. dari 300 tahun, dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan bijih

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam bahan galian

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Artinya penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak

I. PENDAHULUAN. Usaha pertambangan adalah usaha mengolah sumber daya alam yang tidak

DAFTAR PUSTAKA. Boediono Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.1, Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN PENOPANG PEREKONOMIAN BANGKA BELITUNG

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB V PENUTUP. terkena pembangunan Waduk Sermo. Pembangunan Waduk Sermo yang di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH SILABUS

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap sandang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LAPORAN PELAKSANAAN INDIVIDU PEMUDA SARJANA PENGGERAK PEMBANGUNAN DI PERDESAAN (PSP-3) DESA BENCAH, KECAMATAN AIR GEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV ANALISIS. Pertumbuhan Nilai PDRB Kabupaten Muna pada Berbagai Sektor Tahun

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diamandemen ke-4, Bab

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

DAFTAR RUJUKAN. Abdulsyani. (1994). Sosiologi, skematika, teori, dan terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembahasan mengenai transmigrasi merupakan pembahasan yang dirasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia akan timah terus meningkat seiring dengan pengurangan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatasi permasalahan itu yakni dengan mengatur pengambilan air dalam

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA: Upaya Untuk Menata Kembali Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

DAFTAR PUSTAKA. Brinton, C. (1962). Anatomi Revolusi. Jakarta: Bhatara. Darpan dan Suhardiman, B. (2007). Seputar Garut. Garut: Komunitas Srimanganti.

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data-data yang penulis temukan selama penelitian skripsi yang mengenai pertambangan timah rakyat di Pulau Belitung tahun 1991-2005, maka penulis menyimpulkan bahwa pertambangan timah rakyat dapat menjadi tumpuan hidup masyarakat karena menganggap bahwa sektor pertambangan memberikan penghasilan yang mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil yang diperoleh masyarakat pada sektor pertambangan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang meliputi pakaian, alat elektronik, kendaraan pribadi, renovasi tempat tinggal dan lain-lain. Sehingga masyarakat lebih tertarik untuk bekerja pada sektor pertambangan ini, meskipun dilapangan membutuhkan keterampilan dan tenaga yang cukup besar. Dalam sektor pertambangan, masyarakat tidak perlu memiliki latar pendidikan yang tinggi sebab, pada umumnya penambang belajar berdasarkan pengalaman mereka ketika di lapangan. Hal tersebut menyebabkan orang awam sekalipun dapat belajar dengan melihat dan meniru kegiatan yang dilakukan oleh rekannya yang sudah mahir menambang. Perkembangan pertambangan timah rakyat di Pulau Belitung terdapat beberapa pihak yang terlibat didalamnya diantaranya pemodal, pemilik tambang, pengumpul, supplier/pendukung yang meliputi bahan bakar, pemilik alat berat dan penjual peralatan pertambangan timah. Kegiatan pertambangan timah di Pulau Ferdy Auliyah, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

129 Belitung tidak saja dilakukan oleh masyarakat setempat. Terdapat juga perusahaan swasta yang mendapat izin dari pemerintah daerah. Pada pertambangan timah di Pulau Belitung tidak selamanya berjalan lancar, ada masalah-masalah yang dihadapi oleh penambang rakyat baik itu dari dalam penambang sendiri maupun dari luar. Masalah yang dihadapi oleh penambang timah rakyat di Pulau Belitung adalah permodalan, tenaga kerja yang tidak disiplin, persediaan bahan bakar dan peralatan pertambangan merupakan masalah yang sering terjadi dalam pertambangan timah di Pulau Belitung. Hal tersebut sering dihadapi oleh para penambang sehingga pertambangan timah di Pulau Belitung tidak selalu berjalan lancar. Selain faktor dari dalam penambang, ada faktor dari luar yang menjadi tantangan para penambang timah di Pulau Belitung seperti perusahaan swasta dan Pemerintah Daerah. Kehadiran perusahaan tersebut memberikan dampak yang buruk terhadap para penambang rakyat. Seiring dengan kehadiran perusahaan tersebut menimbulkan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masyarakat. Permasalahan tersebut diantaranya pertama, kecemburuan sosial yang terjadi antara penambang rakyat dengan perusahaan swasta. Penambang rakyat berharap dengan kehadiran perusahaan tersebut dapat memberikan kehidupan yang lebih baik dengan cara bekerja pada perusahaan tersebut. Hal tersebut tidak menjadi kenyataan, sebaliknya perusahaan merekrut karyawannya yang berasal dari luar daerah. Adapun perekrutan yang dilakukan dengan cara memperhatikan loyalitas terhadap perusahaan dengan tidak memperhatikan aspek yang lainnya. Kedua, perluasan kegiatan pertambangan perusahaan swasta yang memasuki

130 wilayah pertambangan penduduk. Penduduk di Pulau Belitung mayoritas bekerja pada sektor pertambangan. Mereka melakukan pertambangan hanya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bukan sebagai penumpuk kekayaan. Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut membuat lahan pertambangan penduduk menjadi berkurang dan berdampak kepada pendapatan perekonomian mereka. Walaupun perusahaan swasta telah melakukan kegiatan eksplorasi di wilayah pertambangan penduduk, mereka merasa tidak bersalah karena telah mendapatkan izin dari pemerintah daerah. Keputusan tersebut jelas menyebabkan berkurangnya lahan garapan penduduk di sekitar kawasan pertambangan, sementara sebagian besar masyarakat mengantungkan hidupnya sebagai penambang timah dilahan yang semakin terbatas karena perluasan area pertambangan oleh perusahaan swasta. Permasalahan tersebut sangat terasa dampaknya bagi para penambang. Lahan mata pencaharian mereka terambil oleh pihak perusahaan swasta. Akibatnya mereka melakukan aksi demonstrasi kepada perusahaan swasta yang berujung terjadinya pengrusakan terhadap kantor perusahaan swasta. Selain itu, masyarakat melakukan pemboikotan jalan menuju ke wilayah pertambangan dan merusak alat-alat pertambangan milik perusahaan swasta. Selain perusahaan swasta, Pemerintah Daerah juga pihak yang dihadapi oleh penambang timah rakyat di Pulau Belitung. Pemerintah mengeluarkan keputusan bahwa pertambangan timah rakyat yang tidak memiliki izin dilarang beroperasi karena berpotensi merusak lingkungan. Tetapi, Pemerintah Daerah di Belitung juga mengeluarkan solusi bagi para penambang yaitu menyediakan lahan

131 pekerjaan yang lain seperti berkebun dan nelayan. Hal tersebut tidak dihiraukan oleh para penambang mereka tetap bekerja pada sektor pertambangan karena pendapatan yang menjanjikan dan para penambang sebagian besar tidak punya keahlian dalam berkebun dan berlayar. Melihat keputusan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan dominasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta maka para pemodal-pemodal yang berasal dari Pulau Belitung membentuk ASTIRABEL. ASTIRABEL bertujuan untuk membantu para penambang rakyat dalam hal mengurus perizinan sehingga mereka tidak disebut sebagai penambang illegal. Dalam perkembangannya, ASTIRABEL juga melakukan usaha-usaha seperti cuci motor, wartel dan warung. ASTIRABEL membentuk smelter yaitu pemprosesan biji timah menjadi bentuk batangan yang nantinya akan dikirim kepada PT. Timah yang berada di Jakarta. Bagi penambang rakyat, pembentukan ASTIRABEL bukan semata-mata hanya menampung timah yang dihasilkan oleh mereka saja, tetapi juga para penambang bisa mengajukan pinjaman uang kepada ASTIRABEL dengan ketentuan pembayaran dipotong dari penjualan harga timah mereka. ASTIRABEL pada perkembangannya memiliki perananan seperti koperasi bagi para penambang rakyat. Kemajuan yang dicapai ASTIRABEL semakin membuka wawasan bagaimana pertambangan rakyat dapat menghasilkan nilai lebih sehingga keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.

132 5.2 Saran Pemerintah Daerah seharusnya dapat membantu penambang rakyat dengan memberikan izin pertambangan kepada mereka. Penambang sangat sulit untuk mendapatkan perizinan tetapi perusahaan swasta sangat mudah untuk mendapat izin dalam melakukan proses pertambangan di Pulau Belitung. Seharusnya, pemerintah lebih mengprioritaskan penambang rakyat karena mereka mengambil timah bukan untuk menimbun kekayaan tatapi hanya memenuhi kebutuhan hidup. Tindakan yang dilakukan perusahaan swasta harusnya mempekerjakan masyarakat sebagai karyawannya. Hal itu menunjukan bahwa kepedulian dari perusahaan swasta untuk penduduk disekitar. Tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh perusahaan swasta. Penambang rakyat melakukan pengrusakan terhadap kantor dan alat pertambangan milik perusahaan swasta, dan menurut saya hal itu sangat wajar karena melihat kegiatan yang dilakukan perusahaan swasta membuat para penambang sulit untuk mencari timah di daerahnya sendiri. Pembentukan ASTIRABEL sangat tepat karena dapat membantu penambang timah rakyat. Saya berharap untuk kedepannya pemerintah daerah langsung turun tangan dalam pertambangan timah di pulau Belitung. Prioritas utama adalah penambang rakyat yaitu masyarakat di Pulau Belitung dan jangan ada lagi perusahaan swasta yang masuk di Pulau Belitung karena ditakutkan akan terjadi hal yang sama seperti waktu sebelumnya.

133 DAFTAR PUSTAKA Buku Abdurrahman, D. (1999) Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta : PT. Logos Erman, Erwiza.(1995). Kesenjangan Buruh Majikan : Pengusaha, Koeli dan Pengusaha Industri Timah Belitung 1852 1940. Jakarta : Universitas Indonesia. Gottschalk, Louis. (1985). Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah [Terjemahan: Nugroho Notosusanto]. Jakarta : Yayasan Penerbit UI Hikmat, Ishak (2002) Kepulauan Bangka Belitung : Semangat dan pesona provinsi timah dan lada. Jakarta : Bali Intermedia Ismaun. (1992) Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung : Historia Utama Press. Kartawiriaputra, S. (1996). Oral History (Sejarah Lisan Suatu Pengantar). Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Kartodirjo, Sartono. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Koentjaraningrat. (1997). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah Edisi Kedua. Yogyakarta : Tirta Wacana Yogya. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Yayasan Benteng Budaya. Nazir, Moh. (2005). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

134 Rochmawati. (2006). Pergeseran Pola Pengelolaan dan Perkebunan Lada Dari State ke Masyarakat Kasus Daerah Bangka-Belitung. Jakarta : LIPI Press Simatupang, Marangin dan Sutaryo Sigit (Eds). (1992). Pengantar Pertambangan Indonesia. Jakarta : Asosiasi Pertambangan Indonesia Shafer, Robert Jones. (1974). A Guide to Historical Method. Illionis : The Dorsey Press. Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Grafindo Sujitno, Sutedjo. (2007). Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah. BANGKA : PT TIMAH (Tbk) (2007). Sejarah Penambangan Timah di Indonesia : Abad Ke 18 Abad Ke 20. BANGKA : PT TIMAH (Tbk). Sukardi.(2003). Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara Sumaatmadja, Nursid. (2000). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya Dan Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabet Susanto, Astrid S. (1979). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung : Bina Citra Zulkarnain, Iskandar dkk.(2003) Konflik di kawasan pertambangan emas :kasus Pongkor dan Cikotok. Jakarta : LIPI Press.(2005). Konflik Pertambangan Timah di Bangka Belitung : alternatif solusi dan pemecahan. Jakarta : LIPI Press Dokumen Badan Pusat Statistik. (1970). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda

135. (1975). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (1980). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (1985). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (1991). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (1992). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (1993). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (1994). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (1995). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (1996). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (1997). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (1998). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (1999). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (2000). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda

136. (2001). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (2002). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (2003). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (2004). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda. (2005). Belitung Dalam Angka, Kerjasama Bappeda Dinas Pertambangan dan Energi. (2004). Pemulihan Kawasan Pertambangan Timah. Tanjung Pandan : Dinas Pertambangan dan Energi. Keputusan Mentri Perindustrian dan Perdagangan No 146/MPP/Kep/4/tahun 1999 Peraturan Daerah Kab. Bangka No. 10 tahun 2002 Tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Kolong Peraturan Daerah Kab. Bangka No. 20 tahun 2001 Tentang Penetapan dan Pengaturan Tatalaksana Perdagangan barang Strategis Peraturan Daerah Kab. Bangka No. 21 tahun 2001 Tentang Pajak Pertambangan Umum dan Mineral ikutan lainnya Peraturan Daerah Kab. Bangka No. 6 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Pertambangan Umum Peraturan Daerah Kab. Belitung No. 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Pertambangan Umum PP No.27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan Bahan Galian UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah

137 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah Tim Penyusun Laporan PT. Timah. (1992). Laporan PT. Timah Tahun 1992. Pangkal Pinang : PT. Timah. (1993). Laporan PT. Timah Tahun 1993.. (1994). Laporan PT. Timah Tahun 1994.. (1995). Laporan PT. Timah Tahun 1995.. (1996). Laporan PT. Timah Tahun 1996.. (1997). Laporan PT. Timah Tahun 1997.. (1998). Laporan PT. Timah Tahun 1998.. (1999). Laporan PT. Timah Tahun 1999.. (2000). Laporan PT. Timah Tahun 2000.. (2001). Laporan PT. Timah Tahun 2001.. (2002). Laporan PT. Timah Tahun 2002.. (2003). Laporan PT. Timah Tahun 2003.

138. (2004). Laporan PT. Timah Tahun 2004.. (2005). Laporan PT. Timah Tahun 2005. Skripsi Astuty, Sri. (2004) Perjuangan Masyarakat Bangka Belitung dalam proses pementukan provinsi (1956-1999). Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI (tidak diterbitkan). Fitrianingsih (2009). Pertambangan Timah : Peranan Tambang Rakyat Dalam Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pulau Belitung Tahun 1991-2005. Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI (tidak diterbitkan). Rachmawaty, Ema. (2008) Penambangan Batu Kapur : Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Citatah Kabupaten Bandung (1974-1997). Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI (tidak diterbitkan).