""?#f;ift1*"..i A. PENDAHULUAN. Runtut Prih Utami"- STRAK. (Hasil Penelitian Studi I{asus Siswa

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Model Pembelajaran Search Solve Create And Share (SSCS) dan Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF SSCS

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS. Dyah Pramesthi Isyana Ardyati

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang paling sempurna dengan Al-Quran sebagai. pedoman pokok ajarannya, menegaskan kepada umatnya agar

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS CHILDREN LEARNING IN SCIENCE TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (CTL) DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

Mahasiswa Prodi Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

*keperluan Korespondensi, no. HP ABSTRAK

SKRIPSI. Oleh: ARI SUSANTI NIM: K

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERSEPSI PADA METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SKRIPSI.

Mei Dwi Utami 1,*, Sri Mulyani 2, dan Ashadi 2 1 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan.

METRIA KHUSNUL CHOTIMAH NPM:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QUIZ TEAM PADA MATA KULIAH LOGIKA KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

*keperluan korespondensi, telp/fax: ,

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

Aritsya Imswatama 1, Mardiyana 2, Budi Usodo 3

* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah

HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN AKTIF QUESTION STUDENT HAVE

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2

Fian Totiana*, Elfi Susanti VH 2, Tri Redjeki 2. Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN Group Investigation (GI) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 GOMBONG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

PEMBELAJARAN MOMENTUM DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA KARTU SOAL DAN KARTU PINTAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN MAHASISWA PADA MATA KULIAH TEKNIK PONDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

Eksperimentasi Model Pembelajaran RME, NHT, dan MPL Terhadap Hasil Belajar Siswa SMPN 3 Balikpapan

Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Materi Gejala Alam melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

ISSN: April 2013 Halaman Implikasi Pendekatan Inkuiri terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DILENGKAPI MACROMEDIA FLASH

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 2 Mei 2012 Halaman 53-59

PENGARUH SSCS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KONSEP LISTRIK DINAMIS

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Larasati Tiara Medyasari 1, Muhtarom 2, Sugiyanti 3 Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang 1.

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika...ISBN: hal November

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PROFILE ANALISIS PEMENUHAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SMA

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

Transkripsi:

Prestasi Belajar Biologi Pada Kompetensi Dasar Bioteknologi Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Instrudion (PBI) Disertai Hsrtd Oltt dan Model Pembelajarrn Search Solve Creste snd Share (SSCS) Ditinjau Dari Intelegensi Sislva" (Hasil Penelitian Studi I{asus Siswa ""?#f;ift1*"..i 1 Ka'ranganyar Tahun Pelajaran Runtut Prih Utami"- STRAK Makalah ini merupakan hasil penelitian studi kasus siswa kelas X di SMA Negeri 1 Karanganyar tahur ajaran 2005/2006. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan pengaruh antara model perrrbelajaran Searclt Solve Create and Share (SSCS) dengan model pembelajaran Problern Based Instruction (PBI) diseriai Hand Out tertiadzp prestasi belajar biologi, (2) perbedaan pengaruh antara IQ siswa tinggi dan IQ siswa rendah terhadap prestasi belajar biologi, (3) interaksi antara model pembelajaran dengan IQ siswa terhadap prestasi belajar biologi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Jruri 2006, menggunakan metode eksperimen dengan menganrbil dua kelompok secara acak. Populasi dalampenelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2005/2006. Sanpel dalam penelitian ini adalah enam kelas yang diarrbil sacara acak dengan melalui undian, sebagai kelas konfrol adalah kelas Xl, X4, dan X6, sedangkan kelas eksperimenlya adalah kelas X2, X3, dan X5. Teknik pengurrpulan data menggunakan rnetode tes, dokumentasi, angket dan obseryasi. Data dianalisis dengan teknik Anava tigajaian yang dilanjutkan dengan uji Scheffe. Dali hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa : (1) terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based Instrurctiott (PBI) disertai Hand Out dan model pembelajaran Searclt Solve Create and Sftale (SSCS) terhadap prestasi belajar biologi, (2) terdapat pengaruh antara IQ siswa tinggi dan IQ siswa rendah telhadap prestasi belajar-biologi, (3) tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan IQ siswa tei'hadap prestasi belajal biologi. Keywords: PBI, SSCS, prestasi, intelegensi A. PENDAHULUAN Pendidikan dewasa ini menghadapi tantangan yang cukup belat, karena pendidikan dianggap sebagai sebuah jawaban atas kesulitan-kesulitan ekonomi dan sosial di dalam masyarakat. Pendidikan adalah rnasalah yang komplek, bukan saja karena pendidikan dipen$aruhi oleh banyak faktor tetapi secara jelas dapat rli,lihat bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh sebab itu kualitas pedidikan Indonesia harus ditingkatkan baik melalui peningkatan kualitas pembelajaran maupun kualitas tenaga pengajar/gruu. Melihat masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan masih rendahnya prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas pada khususnya maka perlu dilakukan penrbaharuirn di bidang pendidikan. Menurut Nurhadi dan Agus Genad Senduk (2003:1) bahwa "dalam konteks pembaharuan pendidikan ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yaitu penrbaharuan kuikuhurl peningkatan kualitas penrbelajaran dan efektivitas metode penrbelajaran." Pengajaranbiologi yang berlangsung di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya kuang rnemperhatikan proses berpikil siswa dan pengembangan keteranpilan berpikir siswa.. Makalah ini disampaikan pada semiloka nasional Active Leaming di UNS 2009 ** Dosen hodi Pendidikan Biologi UIN Sunan KalijagaYogyakarta Semhur LoQgtfotrya 9r[asion,afQenf,i[iFgn Eiotogi (f'w(p Ol{S 1S Ju[i 2009 45

Hal ini salah saturya disebabkan oleh penyelenggaraan pengajaran biologi yang masih dilakukan dengal nrodel konvensional. M0del konvensional ini mquplkan pengajaran dengan metode cerarnah klasikal. Pengajaran dengan model ini kurang melibatkan keaktifan siswa dalamproses belajar mengajar. Pembelajaran model ceramah klasikal mempunyai banyak kelemahan, diantaranya peran guru dalam pernbelajaran ini lebih dominan (teaching center), siswa cenderung pasif dan hanya menelima inforrrasi. pernyataal di atas sesuai denganpendapat Mulyani Sumanh'i dan Johar Permana (2001 : 1lg-119), bahwa rnetode ceramah memiliki banyak kelemahan, yaitu: 1i; Oapat nenimbulkan kejenuhan pada peserta didik apalagi bila guru kurang dapat melgorganlsasikannya; (2) menimbulkan verbalisnre pada peserta didik; (3) materi."tu*uli telbatas pada apa yang diingat guru; (4) tidak merangsang perkembangan laeativitas peserta didik; (5) terjadi proses satu arah dari guru kepada peserta didik. pembelajiran klasikal yang berlangsung selama ini umumnya menggunakan metode peirgajaran yang ienderrrrlg salrn setiap kali pertemuan di kelas dan berpusat pada gw(teacher AtiUatnya siswa cenderung pasif, kemampuan siswa tidak berkembang optimal dan "url"i",t). pembehjaral tidak efektif. Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anat aiaik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Agar pembelajaran di kelas efektif guru harus menggunakan model pr*brlui*utt yang bervariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. penggruraan model pernbelajaran yang bervariasi juga dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dal-ieiprestasi dalim pelajaran. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Atlan C. Onutein dan ihorras J. Lasley II (2000 : 146),bahwa "Relying on the same method day after day wottld. boring, even for adttlts. Dffirent procedures sustain and enhance student motivation throughout the lessoi". Hal ini berarti dengan mengandalkan metode yang sanu dari hari ke hari dapat menimbulkan kebosanan, hal ini sama atau berlaku juga pada orang dewasa. Penggunaan prosedur yang berbeda menyokong dan menrpertinggi motivasi siswa pada semua pelajaran (Runttrt, 2006 :2). Alternatif pemecahan untuk mengatasi berbagai masaiah dalam pengajaran biologi di kelas salah satrurya dengan penerapan model penrbelajaran yang sesuai. Penerapan model penrbelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberikan kesenrpatan pada siswa untuk aktif menenhrkan dan membuat konsep pengetahuan, rneningkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan laeativitas berpikir siswa serta lebih mengembangkan keterarr4lilan berpikir siswa' Bioteknologi merupakan salah satu korrpetensi dasar dari mata pelajaran biologi untuk siswa SMA Kelas X semester 2. Bioteknologi merupakan merupakan materi yang sangat menarik karena kajiannya terus mengalanri perkenrbangan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Materi bioteknologi yang disajikan diantaranya berupa produk bioteknologi modeln, produk bioteknologi konvensional, peran bioteknologi bagi sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat. Dari hasil observasi di SMA Negeri I Karanganyar tahun ajaran 2005/2006, unumnya siswa mengalami kesulitan memahami materi bioteknologi dan pr'estasi belajamya juga belum optimal, karena selama ini guru hanya menyanpaikan materi bioteknologi dengan celamah tanpa disertai praktikurn, observasi maupun latihan memecahkan betbagai masalah menarik tentang bioteknologi. Akibatnya siswa cenderung pasif, kreativitas dan keterampilan berpikir siswa tidak berkembang dengan baik. Melihat fenomena ini penulis rnengusulkan adanya inovasi dalam proses pembelajaran Biologi khususnya pada kompetensi dasar bioteknologi, yaitu dengan adanya proses belajar untuk rneningkatkan level berpikir lebih tinggi dalam situasi yang diortentasikan pada masalah. Inovasi ini, yaitu dengan menerapkan model penrbelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan Search Solve Create and Share (SSCS). Problem based instruction (PBI) rnerupakan salah satu model pembelajaran yang diorientasikan pada penyelesaian masalah (Ttroblem solving) dan dikembangkan dari teori John Dewey. Untuk dapat memecahkan masalah diperlukan proses berpikir. Arends (1997 : 156) menyatakan bahwa "Problem based instruction (PBD....use in promoting higher-level thinking in ptysslan oriented situations, incfuding learntng how to learn?'. Menurut Arends, Problem 46 Senimar Lofotforrya 9,fasbnatSenfilif;gLn Biotogi EI]A UI,{S 1S Juti 2009

based tnstnrctton (PBI) merupakan salah satu model pernbelajaran yang digunakan untuk rneningkatkan level berpikir' lebih tinggi yang diorientasikan pada masalah, termasuk belajar bagain:ana belajar. Pembelajaran yang menghadirkan masalah-rnasalah dunia nyata dalatn belajar siswa merupakan pengajaran yang beibasis pada masalah. Nulhadi dan Agus Gerrad Senduk (2003 : 55) beipendapat bahwa, "Pengajaran berbasis masalah (Problern based learuing) adalah suatu pendekatan pengajaran yallg menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu kontels bagi siswa rurtuk belajar tentang cara berpikir klitis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk menlperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari mateli pelajaran". Pada penrbelajaran rnodel Problem based instruction, siswa dituntut untuk lebih aktif (student center), nlan4lu berpikir lo'itis, dan tnernecahkan masalah. Guru hanya berperan dalam menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Meskipun dernikian, pengajaran Problen't based instructiotr tidak dapat dilaksanakan tanpa gwu mengenrbangkan lingkungan kelas yang lnemungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Pelaksanaan Problem Based Instruction (PBI) dikelas mengikuti tahap (syntax) sebagai belikut (Alends, 2001 :362) : Tabel 1. Tahan (s Problem Based Instruction Phase Phase l: Mengorientasikan nrulid p ada masalah Pliase 2: Mengatru ruuid untuk belajar Phase 3: M enrbirnb ing p enyelidikan independen tlxrupun kelorrr:ok Phase 4: Mengenrbangkan dan rnenyajikan artifacts dan exlihits Phase 5: Menganalisa dan nrengevaluasi pros es pr o b lem solvins Kesiatan Guru Gruu rnenyampaikan tujuan pelajalan, menjelaskan apaapa yang perlu dipersiapkan, memotivasi siswa rmtuk nrendlih sendiri kegiatan problem solvins. Guru membantu siswa menentukan dan mengorganisasikan tlrgas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. Gulu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi 'lang sesuai, melakukan eksperimen dan mencari :enjelasan dan sohsi Gulu menrbirnbing siswa dalam melencanakan dan membuat artifact yang layak seperti laporan, video, dan model serta menrbantunya bekerjasama dengan teman lain. 3uu membantu siswa dalam rnerefleksikan renyelidikan dan proses-ploses yang mereka gunakan. SSCS adalah model pembelajaran yang menggunakan pendekatan problern solvingyang didesain untuk mengembangkan keterarqrilan berpikir laitis dan meningkatkan pemahaman telhadap konsep ihnu. SSCS dikembangkan olelr Pizzirn pada tahun 1988 (http://regcol.edb.utexas.edr.r./balufaldi/publicatior/ IJSEpp.pdf). Penggunaan model ini dalam penrbelajaran di kelas dapat menrberikan bantuan kepada guru untuk nrengembangkan kreativitas siswa dan meningkatkan keaktifan siswa dalarnpembelajaran yang berorientasi pada masalah. Model pernbelajaran SSCS melibatkan siswa dalam menyelidiki situasi baru, menrbangkitkan minat bertanya siswa dan memecahkan masalah-masalah yang nyata. SSCS merupakan model pembelajaran yang memberikan kebebasan dal keleluasaan kepada siswa untuk mengernbangkan kreativitas dan keteranpilan berpikir dalam rangka merrperoleh pen-rahaman ilmr,r dengan melakukan penyelidikan dan mencari solusi dari permasalahan yang ada. Pelaksanaan pernbelajaran SSCS di kelas rnelalui tahap atau siklus,9earc h Solve Create und Slnre. Siklus penrbelajaran dengan model SSCS dapat dilihat pada skema berikut ini (Edward L. Pizzini, 1991 : 5). gem.in.ar LoQgLfotrya ${asianafcpenf,ifi gnr @infogi fkie UT,tS 1S!ufi 2009 47

inding Garnbar 1. Siklus SSCS Pada tahap search sisr,va mengajukan pertanyaan-pertanyaan penyelidikan tentang topik yang mereka sukai unftrk diselidiki. Selanjutnya pada tahap solve siswa membuat desain untuk rancangan ya:rg akan digurrakan dalam penyelidikan untuk mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan penyelidikannya. Setelah melakukan penyelidikan siswa menganalisa dan mengintepretasikan data yalg diperolehnya. Sisr,va selanjutnya menentukan cara yang akan digunakan untuk mengkomunikasikan temuannya, dan tahap ini mempakan tahap create. Tahap terakhir dalam model pembelajaran SSCS adalah share. Pada tahap share ini membagi atau memberikan hasil dan evaluasi dari penyelidikan yang dilakukannya. Kedua model pembelajaran tersebut (PBI dan SSCS) merupakan pengembangan dari pendekatan dan metode problem solving. Problem solving berkembang dari ide John Dewey (1910), yang ditulis dalam jumal General science quartely sebagai berikut: "The method of science problem solving through rejlecfive thinking should be both the method and valved outcomes of science instructictn in America's schools" (Koesmanto,2005 :37). Berpikir reflektif menurut John Dewey dalam Allan C. Ornstein dan Thomas J. Lasley II (2000 : 198) rneliputi lima tahap, yaitu: (1) mengetahui kesulitan; (2) mengidentifikasi nrasalah; (3) memasang dan mengklasifikasi data serta merumuskan dan mengevaluasi kesimpulan; (4) menerima atau menolak hipotesis; (5) rnemmuskan dan rnengevaluasi kesimpulan. Probl.em solving merupakan suatu metode pembelajaran yang diorientasikan pada pemecahan masalah, melatih keterampilan berpikir dan meningkatkan kecakapan berpikir. Kecakapan tersebut diantaranya meliputi kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan, serta kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah secara kreatif. Problem solving mempakan salah satu strategi pembelajaran al<tif (active learning) yang memberikan kesempatan kepada sisr,va untuk terlibat aktif dalam pembelajaran dan mengkonstruk pengetahuan melalui pengalaman-pengalarnan memecahkan masalah sesuai dengan topik pernbelajaran yang ditentukan. Active learning (belajar aktif) pada dasamya berusaha untuk mernperkuat dan memperlancar stimulus dan respons peserta didik dalam pembelajaran, sehingga proses per4belajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang nrenrbosankan bagi mereka. Dengan active learning dapat membantu ingatan (memori) peserta didik, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang dip erhatikan p ada p ernb elaj aran konvensional. Hal yang paling paling penting dalam upaya menerapkan pembelajaran aktif di kelas adalalr nrerubah paradigrna peran guru dari mengaj ar (to teach/instructor) menjadi memfasilitasi (to help student learn/facilitaror). Fokus penrbelajaran berubah dart teacher centered menjadi student centered. Siswa dalarn hal ini dituntut lebih aktif dalam proses pernbelajaran dan guru mengontrol berbagai aktivitas tidak hanya mengenai apa yang dipelajari tetapi lebih ke bagaimana mereka mempelajari suatu materi. 48 genfinr Lo6gL(grrya 9,[aianafcPendif,ifom Eiotogi WQA ili,{s 18 Juti 2009

Keberhasilan ploses belajar juga dipengaluhi media pembelajaran. Media penrbelajaran rnei'upakan alat bantu dalam rnenyampaikan konsep teolitik dalam kegiatan belajar mengajar. Azhar Arzyad (2005 : 15), m'enyatakan bahwa "...firngsi utarrn media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang tu'ut mempengaruhi iklin1 kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru". Mengingat pentingnya firngsi media pernbelajaran tersebut, oleh sebab itu gulu harus dapat menrilih media yang tepat. Untuk rnemperjelas penyafi4)aian konsep teoritik dan rurtuk meningkatkan kemarrpuan dan serta minat siswa dalam mempelajari materi pelalaran, gulu dapat membagikan hand out kepada siswa. Hand outberisi ringkasan m,ateri pelajaran yang dapat dibuat sendiri oleh guru dengan penulisan yang menarik sehingga siswa lebih terrnotivasi untuk rnernbaca dan lebih rnudah dalam memahaminya. Faktor lain yang lnempengal'uhi keberhasilan proses belajal dan pencapaian prestasi belajal adalah intelegensi siswa. Intelegensi atau kemampuan intelektual meurpunyai pengaluh besal terhadap kernajuan belajar. Tingkat intelegensi atau tingkat kecerdasan dari seorang indivi du s angat memp engartrhi keb er'hasilan s es e orang dalam b el qarny a. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, agar pembelajaran lebih efektif diperlukan model pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, model pembelajaran Problem Baped Instruction (PBI) dan nrodel pembelajaran Searclt Solve Create and Share (SSCS) merupakan salah satu sfi'ategi solusi, dengan harapan siswa jadi lebih diberdayakan. Model pembelajaran PBI dan SSCS merupakan suatu inovasi pembelajaranyang dirancang untuk meningkatkan level berpikir yang lebih tinggi dan mernaharni materi secara mendalam rnelalui permasalahan yang authentik dan nrenrecahkan masalah tersebnt. Fokus dari pembelajaran ini adalah bukan pada apa yang nrur-id kerjakan (their beltavior), tetapi pada apa yang murid pikirkan (their cognition). Bertolak dari ru'aian diangkat, maka diangkat judul penelitian sebagai ber-ikut: "Prestasi Belajar Biologi Pada Korr4letensi Dasar Bioteknologi Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (FBI) Disertai Hand out dan Model Pembelajaran Search Solve Create nnd Sltare (SSCS) Ditinjau Dari lntelegensi Siswa". (Studi Kasus Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Karanganyal Tahun Pelajaran 200512006). B. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan mengarnbil dua kelompok secara acak, ttormal dan homogen. Kedua kelompok tersebut diberi per'lakuan yang bei'beda dalam hal model pembelajaran. Kelonqrok yang satu diajarkan dengan rnodel penrbelajalan Searclt Solve Crate and Share (SSCS) disertai hand ottt dan kelompok yang lain nrenggunakan rnodel pernbelajalan Problent Based Instruction (PBD. Materi pelajaranyang diberikan pada kelas konh'ol dan kelas eksperimen adalah sama, yaitu materi pelajaran pada konrpetensi dasal bioteknologi. Masing-rnasing kelompok ditinjau dari intelegensi siswa dengan kategori tinggi rendah. Pada akhir eksperimen kedua kelorqpok diuji dengan alat ukur yang sanxt dan hasilnya merupakan data eksperimen. Data ini kenrudian diolah dengan rnenggunakan statistik analisis variansi tiga jalandengan desain factorial 2 xz x2. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Sru'akarta Surakarta Tahun Pelajaran 2005/2006. Penelitian ini dilaksanakan pada sernester II tahun pelajaran 200512006, yaitu pada bulan Mei - Juni 2009 di SMA Negeri 1 Karanganyar. Populasi dalam penelitial i1i adalalr siswa kelas X SMA Negeri 1 Kalanganyar talnn pelajaran 200512006. Simpel dalam penelitian ini adalah enam kelas yang dianrbil sacara uruk d.ngun melalui undian dari semua kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2005/2006. Tiga kelas sebagai kelonpok eksperimen dan tiga keias yang lainnya sebagai kelonrpok konhol. Dalampenelitiin ini sebagai kelas konh'ol adalah kelas X1, X4, danx6, sedangkan sebagai kelas ekspelirnen adalah kelas X2, X3, dan X5. Sen:in.ar LoQgtfotrya 9,{aiona[eendif,ifom Eio[ogi fkie Ot {S 18 Juti 2009 49

C. ANALISA DATA l.data Prestnsi Kognitif Data prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang terdiri dari tiga ranah, yaihr ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Data prestasi belajar biologi siswa kelas X semester 2 diperoleh setelah sislva menerima materi Bioteknologi. Dimana untuk kelas eskperimen pembelajarannya dilakukan dengan rnodel penrbelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBD. Data prestasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol ranah kognitif dapat didiskripsikan sebagai berikut: Unftrk prestasi atau pencapaian hasil belajar ranah kognitif pada kelas ekperimen nilai terendah adalah 5T, nllar terlinggi 93, nilai rata-rata 75,33 dau.l. standar deviasinya adalah 8,63. Ultuk pelcapaian hasil belajar kognitif kelas kontrol nilai terendah adalah 53, nilai tertinggi 90, nilai rita-rata 7I,42 dm standar deviasinya adalah8,74. Agar lebih mudah dapat dilihat pada gambar 2 dan garnbar 3. 'F I fi E 40 35 30 25 20 15 10 o 61,5 66,5 71,5 Batas Nyata 76.5 A1,5 a6,5 9'1,5 (Kelas Eksperi.men) Garnbar 2.b/tstogramHasil Belajar Ranah Kognitif Kelas Eksperrmen 'E T fi t 35 30 25 20 15 10 Gambar 3. Histogram Hasil Belajar Ranah Kognitif Kelas Kontrol o 62,5 67,5 Batas Nyata 72,5 77,5 42,5 (Kelas Kontrol) Hasil belajar siswa pada ranah kognitif untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata prestasi kognitif, dimana nilai rata-rata kognitif untuk kelas eksperimen yang penrbelajararurya dilakukan dengan rnodel penrbelajaran Seqrch Solve Create and Share (SSCS) adalah 75,33 sedangkan untuk kelas kontrol dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) adalah 7I,42. Prestasi belajar sisi,va kelas eksperimen yang lebih tinggi ini mungkin karena kemampuan berpikir, penyelesaian masalah dan keterampilan intelektual siswa lebih berkembang. Model pembelajaran SSCS melibatkan siswa dalam menyelidiki situasi baru, membangkitkan minat bertanya siswa dan memecahkan masalah-masalah yang nyata. SSCS menrpakan model pembelajaran yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan berpikir dalam rangka memperoleh pemahaman ilmu dengan melakukan penyelidikan dan mencari solusi dari permasalahan yang ada. Menumt Daniel Shepardson dan Edward Pizzini (1993), dari hasil penelitiannya 50 gem'inar Lo Fgr. fotrya t {arionaf cpendidifom Aiokgi ffia'u9'8 1 S Juh 2009

menunjukkan bahwa dengan menggunakan model SSCS dalam pembelajaran, dapat meningkatkan pemahanran sisr.va dan keteranrpilan dalammenyelesaikan masalah. (littp://education.atu.edtr./people/swomacvstu/earth o/o20science.htm). 2.Prestasi afektif Hasil belajar ranah afektif untuk kelas eksperimen nilai terendah adalah 56, nilai tertinggi 92, dan nilai rata-rata75,39. Sedangkan kelas kontrol nilai terendah adalah 54, nilai tertinggi 90, dan nilai rata-rata 73,01. Untuk lebih rnudah menrbandingkan hasil belajar ranah afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat dari nilai rata+ata pada kelas elspelimen dan kelas konhol. Nilai rata-rata afektif rurtuk kelas eksperirnen adalah 75,39 sedangkan untuk kelas kontrol adalah 73,0I. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3. Eksperimen Kelas Kontrol Ganibar 3. Diagram Batang ' Perbandingan Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperinren dan Kelas Kontrol, Dari histogram dan diagram batang diatas rlapat diketahui bahwa prestasi belajar ranah afektif siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran SSCS lebih tinggi daripada siswa pada kelas konh'ol yang diajarkan dengan menggunakan model penrbelajaran PBI. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa yang belajar dengan menggunakan nrodel Search Solve Create and Sltare (SSCS) lebih memiliki sikap, perhatian, minat dan ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan serta kepercayaal'l kepada ilmu melalui tindakan. Nilai afektif dinyatakan dengan huruf A, B, atau C dengan ketentuan yang telah disepakati dengan pihak sekolah. Siswa yang nilai afektifnya diantala 80-100 berarti nilai afektifirya A (sangat baik), siswa yang nilai afektifnya diantara 70-79 bernti nilai afektifnya B (baik), dan siswa yang nilai afektifiiya ku'ang dari 70 beralti nilai afektifnya C (cukup). 3.Prestasi Psikomotor Nilai psikomotot' dinyatakan dalam bentuk angka dengan rentang nilai 0-100. Untuk kelas eksperirnen nilai terendah adalah 64, nilai tertinggi 93, dan nilai rata-ratanya 80,03. Sedangkan untuk kelas konhol nilai terendah adalah 64, nllai tertinggi 93, dannilairuta-ratanya l1,ll. Untuk lebih rnudah membandingkan hasil belajar ranah psikomotor antala kelas eksperimen dan kelas konhol dapat dilihat dari nilai tata-rata pada kelas eksperimen dan kelas konh'ol. Nilai rata-rata psikornotor untuk kelas eksperimen adalah 80,03 sedangkan untuk kelas konhol adalalr 77,lL Untuk lebih jelasnya dapat dililiat pada garhar 4. ao.o3 flro $ I60 z Eksperimen l(elas Kontrol Gan-rbar 4. Diagrarn Batang Pelbandingan Hasil Belajar Ranah Psikomotor Kelas Eksperimen dan Kelas Konh'ol gem.i nar Lo frgfolrya $faionaf Qe n[i[i.f&n cbiotogi f1(18'u7r[g 1 S J u fi 2009,Jt

Dari diagram batang diatas dapat diketahui bahwa prestasi belajar ranah psikomotor siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran SSCS lebih tinggi aaripaoa siswa pada kelas kontrol yang diajarkan denganmenggunakan model pembelajaran PBI. Hallni rnungkin disebabkan karena model SSCS melibatkankeaktifan semua siswa dalamproses belajar. Siswa rnemiliki kebebasan dan keleluasan untuk mengembangkan lceativitas, *"ng"kspr"sikan ide dan gagasan serta keteran4rilan berpikir tingkat tingg, dalam rangka,,'.rr!r..ol.h pemahanran il*o d.ttguu melakukan penyelidikan dan mencari solusi dari pernrasalahun yung ada. Dengan SSCS kenrampuan psikornotor siswa lebih berkembang melalui penyelidikan, observasi dan elsperimen yang dilakukan' 4.Datalntelegensi Data intelegensi siswa diperoleh dari dokumen daftar nilai tes intelegensi dikategorikan dalanr dua tingkatarl yaitu tinggi dan rendah. Dari hasil perhitungan, rata-rata intelegensi untuk kelas kontrol-dan eksper-irnen aaatatr 116,55. Intelegensi siswa dikategorikan tinqg jika nilai intelegensinya sanra aiau di atas rata-rata intelegensi tersebut. Intelegensi siswa dikategorikan rendaf,iika nilui int.l.gensinya di bawah nilai rata-rata intelegensi tersebut' Berdasarkan pelhituirgan, diperoleh nilai rata-rata intelegensi untuk kelas eksperimen yaitu 1 17,81 dan nilai iata-rata intelegersi untuk kelas kontrol yaitu I 15,31. Rata-rata intelegensi i<elas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar 5. 120 $ $! 2 114 116 114 Ganrbar 5. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-Rata Intelegensi Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Konhol Dari diagrarnbatang di atas dapat diketahui bahwa nilai rata*ata intelegensi siswa kelas eksperimeir (SSCS) lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol (PBI). Intelegursi atau kemanrpuan iptelektual mempunyai pengaruh besar terhadap kemajuan belajar. Tingkat intelegjnsi atau tingkat kecerdasan dari seorang individu sangat m mpengaruhi keberhasilan sesrotalg dalam belajanrya. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi prestasi belajarnya juga tinggi, sedangkan siswa yang intelegensirrya rendah prestasi belajarnya rata-rata kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian, bahwa siswa kelas eksperimen yang nilai rata-rata intelegensinya tinggi juga menrpunyai prestasi belajar yang lgbih tinggi dibanding dengan'kelas konhoi yang nilai rata-rataintelegensinya lebih rendah. 5. Analisa Data Dan Pembahasan a) Hipotesis Pertama Hasil perhihrngan statistik anava tiga jalan sel tidak sama diperoleh F 61*9 4,347 danf tuu"l : 3,88 harga F hitune ) F t*"r ini berarti ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar biologi pada kompetensi dasar bioteknologi. Hasil perhitungan komparasi ganda dengan nretode scheffe diperoleh F hitune 19,604 dan F tuu"r = 3,88 harga F hit 'e ) F 1u5a, ini berarti ada beda rerata signifikan antara siswa yang belajar melalui model pembelajaran Problem Based hrstnrctiol (PBI) disertai hand out dengan siswa yang belajar melalui model pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS). Siswa yang belajar meialui model penrbelajaran Search Solve Create and. Share (SSCS) liemperoleh prestasi belajar biologi yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang belajar rnelaiui n-rodil penrbelajaran PBI disertai hand ofi. Hal ini dimungkinkan melalui model 52 geminar Loforftgrya ${arionatcpendififgrn Biofogi f4se UNS 1S tu6 2@9

pembelajaran SSCS siswa lebih mudah memaharni konsep ilmu dan keteranpilanberpikir tingkat tinggi lebih b erkenrb ang' pemyataan di atas senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daniel Slrepar-rlsol dan Edward Pizzini (1993), menyinqpulkan bahwa SSCS (searclt solve create and sha)q merupakan rnodel pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman sisrva dan keteranrpilan dalam rnenyelesaikan masalah. (http ://education. atu. edu/p eople/swomack/stu/ealth%20s cience. htm). SSCS adalah rnodel penfielajaran yang menggunakan pendekatan problent solving yang didesail ultuk mengembangkan keteranpilan berpikir lritis dan meningkatkatr pemahaman terhadap konsep ilmu. Dengan model penrbelajaran SSCS siswa lebih aktif; kreatif dan rnelglnakal keteranpilan berpikir tirigkat tinggi dalarn rangka memperoleh pemahaman ilmu dengan melakukan penyelidikan dan mencari solusi dali permasalahan yang ada. Pada p.-b.luiutun dengan model SSCS lebih ditekankan atau berorientasi pada bagaimana cara menrp eroleh p engetaluan' b) Hipotesis Kedua Hasil perhitungan statistik anava tiga 1alan sel tidak sama diperoleh F h,,une : 6,L62 danf tabel : 3,88 liirga F nitung ) F tuu"l ini berarli ada pengaruh intelegensi terhadap prestasi belajar biologi pada konrpetensi dasar bioteknologi. Hasil perhittrngan konparasi ganda dengan metode sclrefie diperolehf nit*e =3,925 danf 1u5"1 = 3,88. Harga F hituoe) F tub"r iniberartiadabeda retata yang signifikan antari siswa yang tingkat intelegensinya tinggi dengan siswa yang tingkat intelegensinya lendah. Intelegensi atau keman4tuan intelektual rnempunyai pengaruh besar terhadap kemajuan belajar. Tingkat intelegensi atau tingkat kecerdasan dari seorang individu sangat rnempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajaraya. Siswa yang tingkat intelegensinya tinggi cenderung memperoleh prestasi belajal biologi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tingkat intelegensinya rendah. Hal ini dimurgkinkan siswa yang tingkat intelegensinya tinggi lebih lrudah dalam rnemahami materi dan rnencari solusi dari pelmasalahan yang dihadapi daripada siswa yang tingkat intelegensinya rendah. Penryataan di atas senada dengan hasil peneiitian Endang Puwaningsih Agustina (2004), yang rnenglrngkapkan bahwa siswa yang memiliki intelegensi tinggi akan memperoleh prestasi belajal yang lebih mennaskan dibandingkan dengan intelegensi sedang dan rendah. Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi akan marpu menyeiesaikan soal-soa1 secara cepat dan benal karena pernahaman yang didapat, sedangkan siswa yang memiliki intelegensi rendah akan terjadi sebaliknya. Dari deskripsi data hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa intelegersi berpengaruh terlradap plestasi belajar biologi. Siswa yang rnemiliki intelegensi tinggi mempruryai rerata plestasi belajar biologi yang lebih tinggi (1 17,81) dibanding dengan rerata prestasi belajar biologi siswa yang tingkat intelegensinya rendah (115,31). c) Hipotesis ketiga Hasil perhitungan statistik dengan anava tiga jalan sel tidak sama diperoleh Fni,,,* i 0,571.dan Ftub"r : 3,88. Harga Fnrune ( F1u5"1, itti berarli tidak terdapat pengaruh interaksi antara rnodel pernbelajaran dan intelegensi siswa terhadap prestasi belajar biologi pada korrpetensi dasar bioteknologi. Tidak ditolaknya hipotesis nol ini kemungkinan terjadi karena intelegensi yang dinriliki siswa cenderlrng merupakan kelebihan yang ada pada diri siswa tersebut dan seling dilatih dengan baik. Sislva yang secal'a sadar mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan cendelung menrperoleh prestasi yang tinggi sekalipun diajar dengan model yang berbeda. Sedangkan sis,,va yang tingkat intelegensinya rendah akan cenderung mempffoleh prestasi yang rendah pula meskipun diajarkan dengan model yang berbeda. Dengan denrikian tidak ada perbedaan prestasi belajar untuk siswa yang memiliki intelegensi tinggi bila diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Instruction disertai hcutd out dibanding siswa yang diajar dengan model penrbelajaran SSCS. Demikian pula tidak gemin.ar Lo(gtfotrya NarionatQen[i[ifom cbiokgi rkia UIS ls Juh 2009 q?

ada pelbedaan prestasi belajar unhrk siswa yang rnemiliki intelegensi rendah bila diajarkan dengin model pembelajaran Problem Based Instruction disertai hand out dibanding siswa yang diajir dengan model Search Solve Create and Share (SSCS). D. KESIMPULAN DAN SARAN l. Terdapat pengaruh nrodel pembelajaran Problem Based Instuction (PBI) disertai Hand out dan model pernbelajalan Search Solve Create and Share (SSCS) terhadap prestasi belajar biologi pada korpetensi dasar biotelnologi. Siswa yang belajar melalui model pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) menl:eloleh prestasi belajar biologi yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang belajar melalui model pembelajaran PBI disertai hand out. Hal ili dinrungkinkan rnelalui rnodel pembelajaran SSCS siswa lebih mudah memahami konsep ihnu dan keteranpilan berpikir tingkat tinggi lebih berkembang. Terdapat pengaruh antara IQ siswa tinggi dan IQ siswa rendah terhadap prestasi belajar biologi pada kot4retensi dasar biotelarologi. Siswa yang tingkat intelegensinya tinggi cendenmg menperoleh prestasi belajal biologi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tingkat intelegensinya rendah. Hal ini dimwrgkinkan siswa yang tingkat intelegensinya tinggi lebih mudah dalam memahami materi dan rnencari solusi dari permasalarhan yang dihadapi daripada siswa yang tingkat intelegensinya rendah. 3. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan IQ siswa terhadap prestasi belajar biologi pada korpetensi dasar bioteknologi. Siswa yang secara sadar mempruryai tingkat intelegensi tinggi akan cenderung merrperoleh prestasi yang tinggi sekalipur diajar dengan model yang berbeda. Sedangkan siswa yang tingkat intelegensinya rendah akan cenderlmg menperoleh prestasi yang rendah pula meskipirr diajarkan dengan model yang belbeda, DAFTAR PUSTAKA Arends, Richar:d l. lgg7. Classroom Instruction Ancl Management.New York: Mc.Graw-Hill.. 2001,. Leandng to Teach (Ftfth Edition). New York: Mc.Graw-Hill. Arsyad, A, 2004. Media Pentbelajaran. Jakarta: PT.'Raja Grafindo Psrsada. Carte4 Reece. S. 1997. Comparison of Two Instructtonal Approaches in Eighth Grade Earth Science. htfp:/ieducation.atu.edu/people/swomacv shr/eartholo20science.htm [25 Maret 20061. Clrang, Churr-yen and James, Balulfadi. P. 1995. The (Jse of Problem-Solving-Based htstrttcttonal Model in Change in Students Achievement and Alternative Frameworla. (fnt. J. SCI. BDU, 1994 vol. 2I, no. 4,373-388). http://receol.edb.utexas.edrlbarulfadi/publicatior/ IJSEpp.pdf [25 Maret 2006]. Endang Ptrwaringsih Agustina.2004. Efektivitas Model Pernbelajaran Jigsaw dan Peta Ko,nsep Terhadap Prestasi Belajar Fisika dalam Materi Inferensi Cahaya pada Lapisan Tipis Ditinjau dari Minat dan Intelegensi Siswa. LINS : Tesis. Koesnranto. 2005. Peranan Kemampuan Logika Abstrak Dan Pandang Ruang Terhadap Hasil Belajar Dinamilan Gerak Pada Ranah Analtsis Dan Sintesis Dengan Pendekatan Problem Solving Untuk Siswa Kelas I Setnester I Program akselerasi SMAN 3 Surakarta Tahun 2004/2005. UNS : Tesis. Mulyani Sunianh'i dan Johar Pennana. 200i. Shategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana. Ntuhadi dan Agru Geread Senduk. 2003. Pembelajaran Kontel<stual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Orustan, Allan. C. dan Lasley, II Thomas. J. 2000. Effective Teaching. New York Mc-Graw-Hill. Pizzini, Edward. L.1,99L SSCS hnplementation Handbook. USA : University Iowa Publisher. Runtut Prih Utanri.2006. Prestusi Belajar Biologi Pada Kompetensi Dasar Biotelmologi Menggttnakan Model Pembelajaran Probleru Based Instruction (PBI) Disertai Hand Out dan Model Pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) Ditinjau Dari Intelegensi dan Kreativitas Siswa. Tesis Plogtarn Pasca Sarjana : UNS. 54 Seminar Loforfotrya $fasianatcpen[itifom Eiofogi cfkia UlfS U futi 2009