PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS. Dyah Pramesthi Isyana Ardyati

Transkripsi

1 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) ISSN (Media Cetak) (Media Online) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Buton, Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa melalui penerapan model problem based learning. Problem based learning merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah sehingga dapat meningkatkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember-Juli 2016 dan menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Data dikumpulkan melalui panduan catatan lapangan, panduan observasi pembelajaran,dan rubrik pemecahan masalah jawaban diskusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis mahasiswa meningkat setelah diberikan pembelajaran menggunakan model problem based learning. Pada akhir penelitian dapat terlihat bahwa mahasiswa telah mencapai tahap evaluasi yang merupakan tahap akhir dari keterampilan berpikir kritis. Abstract This research is aims to explain the improvements of students critical thinking skill through problem based learning (PBL) model. Problem based learning are the learning model which oriented to the problem solving that potentially improve the student s critical thinking skill. This rearch was conducted in December-July 2016 and use a classroom action rearch method. The data was gained through field note pilot, learning observation pilot, and the rubric of solving problem discussion answers. The result of this recearch was analyzed by descriptive qualitative. The result of this research showed that student s critical thinking skill was increased after given learning by using problem based learning model. In the end of the research, it could be seen that students had achieved the evaluation phase as the final phase of critical thinking skill. Keywords: Critical Thinking, Problem Based Learning 2016 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia PENDAHULUAN Kurikulum perguruan tinggi menuntut dosen dapat menyampaikan materi yang mendalam, tetapi dengan waktu yang terbatas. Hal ini menjadikan pemberian tugas sebagai solusinya. Namun, sebenarnya pemberian tugas belum dapat menjadi solusi permasalahan ini, karena besarnya kemungkinan mahasiswa untuk menyalin tugas dari teman atau kakak tingkat. Hal ini tentunya bertolak-belakang dengan tuntutan agar mahasiswa memiliki keterampilan berpikir kritis dan prestasi akademik yang mumpuni. Tahap perkembangan kognitif mahasiswa Biologi semester dua berada dalam tahap operasional formal. Pada tahap ini, mahasiswa seharusnya telah dapat berpikir abstrak. Oleh sebab 1

2 itu, penerapan model pembelajaran problem-based learning yang berbasis pada pemecahan masalah dapat menjadi salah satu solusi pembelajaran di kelas. Selama penerapan problem based learning mahasiswa dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan secara berkelompok. Bekerja secara kelompok menjadi sarana berlatih menerima dan menghargai pendapat dari rekannya. Permasalahan yang disajikan berupa fenomena di sekitar yang aktual dan berkaitan dengan materi perkuliahan. Dengan demikian selama proses pemecahan masalah dapat sekaligus melatih keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Penelitian pendidikan terkait dengan penerapan model problem based-learning telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang posistif. Oleh sebab itu penerapan pembelajaran menggunakan model problem based learning diharapkan juga dapat meningkatkan prestasi belajar dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Terkait dengan penerapan model problem based learning dalam pembelajaran, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa selama ini mahasiswa Biologi semester dua masih terbiasa dengan pembelajaran di SMA, dalam arti selama kegiatan pembelajaran mereka berorientasi pada ketuntasan materi dan tugas yang diberikan dosen. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa menjelaskan bahwa selama ini sebagian besar dosen menyampaikan materi melalui ceramah dan kurang antusias dalam menjawab pertanyaan mahasiswa. Materi yang tidak sempat disampaikan, seringkali dijadikan tugas misalnya berupa makalah, dengan harapan mahasiswa mempelajari materi tersebut selama mengerjakan tugas, tetapi sebagian besar tugas yang diberikan tidak dibahas lagi di kelas. Makalah yang mengharuskan mahasiswa browsing di internet tidak dikerjakan dengan sungguh-sungguh, artikel diperoleh tidak diberi ulasan atau tanggapan, dan penyusunan makalah tidak memperhatikan kaidah penulisan karya ilmiah, bahkan beberapa mahasiswa hanya mengcopy makalah di internet tanpa membaca isinya Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa Biologi belum dapat berpikir kritis. Penelitian tindakan kelas ini diterapkan pada mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Hal ini disebabkan materi dalam mata kuliah ini sangat dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Dengan demikian, selama penerapan model pembelajaran problem based learniing, mahasiswa dapat mengerahkan seluruh kemampuan dan bekal yang telah dimilikinya tersebut untuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan materi perkembangan peserta didik. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) secara garis besart terdiri dari 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Biologi semester dua kelas A yang terdiri atas 21 mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 dan terdiri atas tiga siklus. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas tiga orang mahasiswa di tiap kelompok. Data keterampilan berpikir kritis diperoleh melalui catatan lapangan, observasi proses pembelajaran, jawaban mahasiswa dalam pemecahan masalah. Instrumen yang digunakan antara lain: panduan catatan lapangan, panduan observasi pembelajaran, dan rubrik jawaban diskusi pemecahan masalah mahasiswa. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif dalam penelitian ini terdiri atas tiga tahap menurut Miles dan Huberman (1984) yang terdiri atas: reduksi data, sajian data, dan pengambilan simpulan. 2 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 4. Juli 2016 (Edisi Khusus)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Pokok bahasan mata kuliah Perkembangan Peserta Didik berbeda-beda di tiap siklusnya. Pokok bahasan pada siklus I, antara lain: perbedaan karakteristik dan prinsip perkembangan peserta didik. Pokok bahasan pada siklus II, antara lain: aspek-aspek psikofisik perkembangan peserta didik, pengaruh perkembangan dan belajar terhadap peserta didik, serta fase dan tugas perkembangan peserta didik. Pokok bahasan pada siklus III, antara lain: perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik, serta pengaruh pengembangan aspek kognitif terhadap perkembangan aspek afektif dan psikomotor. Penjelasan mengenai pelaksanaan penerapan model problem based learning sebagaimana berikut. Mahasiswa diberikan permasalahan yang berhubungan dengan pokok bahasan dan ada di sekitarnya. Selanjutnya, mahasiswa mendiskusikan dalam kelompok kecil permasalahan yang disajikan dosen. Dalam diskusi kelompok, mahasiswa diarahkan untuk mencari solusi dari berbagai sumber referensi. Mahasiswa dapat mencari referensi melalui kajian literatur maupun wawancara dengan narasumber yang terkait dengan topik permasalahan. Langkah berikutnya, dosen membimbing mahasiswa untuk menyusun laporan diskusi sebelum dipresentasikan. Kemudian, dosen melakukan evaluasi terhadap proses pemecahan masalah masalah dan solusi yang disajikan mahasiswa. Berikut ini adalah uraian mengenai hasil penelitian pada tiap siklus. Pada siklus I, hanya delapan orang mahasiswa yang terlihat aktif dalam mencari pemecahan masalah. Siswa yang lain hanya menunggu arahan dari mahasiswa yang aktif atau hanya sekedar mencatat. Demikian halnya pada ketika presentasi. Mahasiswa yang aktif dalam melakukan tanya jawab adalah delapan orang yang sama. Namun, beberapa mahasiswa memperlihatkan keinginan untuk aktif dengan cara berbisik-bisik dengan teman kelompoknya bila ada rekan mereka yang bertanya atau menjawab. Kulitas solusi permasalahan yang disajikan mahasiswa pada siklus I, belum menunjukkan analisa yang tajam. Solusi yang diberikan bersifat umum dan belum menunjukkan adanya aktivitas berpikir kritis. Pada siklus I, ketujuh kelompok yang presentasi bersikeras mempertahankan solusi yang disajikan kelompoknya meskipun kurang sesuai dengan permasalahan yang disajikan. Pada siklus I ini jelas terlihat bahwa mahasiswa dengan mudahnya memberikan kritikan secara membabi buta, namun sulit menerima kritikan. Kritik yang diberikan seringkali tidak berkaitan dengan solusi permasalahan yang dipresentasikan. Pada siklus II, mahasiswa yang terlihat aktif bertambah menjadi 11 orang. Beberapa mahasiswa sudah mulai menunjukkan kepercayaan dirinya dalam memberikan solusi alternatif pada kelompok yang melakukan presentasi. Pada siklus ini, ada dua kelompok yang mau menerima saran dan kritik dari kelompok lain terkait solusi permasalahan yang mereka presentasikan. Kritikan yang diberikan sudah mulai terfokus pada solusi permasalahan yang disajikan. Kualitas solusi permasalahan yang disajikan pada siklus II, beberapa menunjukkan ketajaman analisis masalah dan sebagian lagi analisa permasalahannya masih rendah. Namun demikian, dalam siklus II ini mulai tampak adanya aktivitas berpikir kritis yang ditunjukkan dengan adanya analisa yang berasal dari pemikiran mahasiswa yang dikaitkan pada teori dari referensi yang diperoleh. Pada siklus III, mahasiswa yang terlihat aktif semakin meningkat menjadi 17 orang. Mahasiswa semakin percaya diri dalam berargumentasi, mau menerima kritikan dengan lapang dada, dan dapat memberikan kritikan sesuai dengan konteks permasalahan. Beberapa mahasiswa juga mulai dapat mengajukan pendapat yang berbobot dibandingkan pada siklus sebelumnya. 3

4 Mahasiswa yang belum aktif memang memiliki kepercayaan diri yang rendah sehingga harus lebih dimotivasi agar mau berpendapat atau mengutarakan argumennya. Mahasiswa yang aktif selama proses pemecahan masalah juga menunjukkan peningkatan dalam prestasi akademiknya. Kualitas solusi permasalahan yang disajikan pada siklus III, sebagian besar solusi yang disajikan menunjukkan ketajaman analisis masalah. Pada siklus III ini mahasiswa mulai terlatih mengasah keterampilan berpikir kritisnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya analisa yang berasal dari pemikiran mahasiswa yang dikaitkan pada teori, serta kemampuan berargumen yang mulai dikaitkan dengan teori dan tidak sekedar mengutarakan pendapat. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa sudah sampai pada tahap evaluasi. Peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa melalui penerapan model problem based learning senada dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan Rika (2008) menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa meningkat setelah diberikan pembelajaran menggunakan problem based learning. Demikian halnya dengan hasil penelitian M. Afcariono (2008) yang menunjukkan meningkatnya kemampuan berpikir siswa setelah diberikan pembelajaran berbasis masalah. Penelitian lain mengenai pembelajaran berbasis masalah bahkan menunjukkan adanya kaitan antara keterampilan berpikir kritis dengan prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Dyah (2010) menunjukkan bahwa siswa dengan keterampilan berpikir kritis tinggi memiliki peningkatan prestasi belajar setelah diberikan pembelajaran berbasis masalah. Keterampilan berpikir kritis terdiri atas tiga tahap terakhir dari taksonomi Bloom, yaitu: analisis, sintesis, dan evaluasi. Berdasarkan perkembangan yang dicapai mahasiswa pada tiap siklusnya, dapat diketahui bahwa mahasiswa telah mencapai tahap evaluasi. Gambaran mengenai peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dari siklus I sampai siklus III, dapat dilihat pada gambar 1 berikut. Rata-rata Skor Siklus Analisis Sintesis Evaluasi Gambar 1. Rata-rata skor keterampilan berpikir kritis tahap analisis, sintesis, dan evaluasi. Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa pada siklus I, tahapan dari keterampilan berpikir kritis yang tampak hanya analisis. Pada siklus II, mahasiswa sudah menunjukkan peningkatan dalam berpikir kritis yang ditunjukkan meningkatnya skor kemampuan analisis dan munculnya kemampuan sintesis dan evaluasi. Pada siklus III, keterampilan berpikir kritis mahasiswa semakin meningkat. Pada siklus III meskipun skor kemampuan analisis mengalami sedikit penurunan dibandingkan pada siklus II, namun terjadi peningkatan skor kemampuan sintesis dan evaluasi mahasiswa. Hal ini menunjukkan secara umum keterampilan berpikir kritis mahasiswa telah mengalami peningkatan dibanding siklus-siklus sebelumnya. Pada tahap tertinggi dari taksonomi Bloom yaitu tahap evaluasi, mahasiswa telah menunjukkan kemampuannya dalam membuat kesimpulan dari data dan referensi yang diperolehnya 4 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 4. Juli 2016 (Edisi Khusus)

5 untuk memutuskan solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan yang diberikan dosen. Sehubungan dengan hal tersebut, Tantri (2008) menyebutkan bahwa Keterampilan berpikir kritis seseorang dalam suatu bidang studi tidak dapat terlepas dari pemahamannya terhadap materi bidang studi tersebut. Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang runtut mengenai konsep materi yang sedang dipelajari. Selanjutnya, materi tersebut dikaitkan dengan materi atau pelajaran lain yang relevan dengan konsep tersebut. Dalam rangka mengembangkan keterampilan berpikir krits, perlu diperhatikan pula pengembangan keterampilan intelektual siswa. Komponen keterampilan intelektual yang diperlukan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dari hasil lokakarya American Philosophical Association pada tahun 1990 menurut Duldt-Battey, 1997) dalam Sudaryanto (2008) antara lain: interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation,dan self regulation. Dengan demikian pengembangan komponen keterampilan intelektual ini berdampak pada peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Hal ini tampak pada akhir penelitian, dimana skor keterampilan berpikir kritis mahasiswa pada tahap sintesis dan evaluasi mengalami peningkatan. Hal ini tentunya didukung dengan pemilihan permasalahan yang disajikan dosen dalam pembelajaran. Pemilihan topik permasalahan yang relevan dengan materi perkuliahan selain dapat membantu pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahan, juga dapat melatih keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian yag telah disebutkan, maka berikut ini adalah saran-saran yang penulis berikan dalam rangka menyumbangkan pemikiran terkait dengan peningkatan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Dosen hendaknya memilih permasalahan yang relevan dengan materi perkuliahan sekaligus dapat melatih keterampilan berpikir kritis mahasiswa agar hasil penerapan pembelajaran metode problem based learning dapat maksimal. Dosen hendaknya juga mempertimbangkan fasilitas yang dimiliki mahasiswa sebagai sarana mencari informasi dalam memecahkan kasus atau masalah yang diajukan dosen atau masalah yang mereka temukan sendiri. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya yang sejenis dan diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Dyah Pramesthi I. A Pengaruh Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode Problem Solving dan Metode Proyek Ditinjau dari Keingintahuan Siswa dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis Tidak Diterbitkan. Surakarta: Program Pascasarjana UNS. Muchammad Afcariono Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Menigkatkan Kemampuan Berpikir Siswa. Jurnal Pendidikan Inovatif. 3(2): Tersedia di html diakses tanggal 9 Februari Rika R. A Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Pokok Bahasan Laju Reaksi, (Online), ( diakses tanggal 23 Oktober 2008). Sudaryanto Kajian Kritis tentang Permasalahan Sekitar Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis, (Online),( belajaran-kemampuan-berpikir-kritis&catid=23:pengembangan-pendidikan&itemid=94 diakses tanggal 21 Nopember 2008). 5

6 Suharsimi Arikunto penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Tantri M Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan Model Pembelajaran Search Solve Create and Share (SSCS) Terhadap Prestasi Belajar Fisika pada Materi Tekanan Ditinj au dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta: Program Pascasarjana UNS. 6 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 4. Juli 2016 (Edisi Khusus)