BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya kehamilan normal ialah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 10 hari). Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. Selama kehamilan ini terjadi perubahanperubahan, baik perut, fisik maupun fisiologi ibu (Varney, 2007). Setiap wanita yang hamil akan mengalami proses penyesuaian tubuh terhadap kehamilan sesuai pada tahap trimester yang sedang dijalani. Trimester pertama merupakan awal trimester yang menimbulkan berbagai respon pada ibu hamil. Respon yang paling berpengaruh pada ibu hamil adalah mual dan muntah. Mual dan muntah pada kehamilan disebut juga Emesis Gravidarum. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Setiap wanita hamil akan memiliki derajat mual yang berbeda-beda, ada yang tidak terlalu merasakan apa-apa, tetapi ada juga yang merasa mual dan ada yang merasa sangat mual dan ingin muntah setiap saat (Maulana, 2008). Emesis Gravidarum dapat menimbulkan berbagai dampak pada ibu hamil, salah satunya adalah penurunan nafsu mkan yang mengakibatkan perubahan 1
2 keseimbangan elektrolit yakni kalium, kalsium dan natrium sehingga menyebabkan perubahan metabolism tubuh. Dampak lain dari Emesis Gravidarum yaitu dapat mengakibatkan kehilangan berat badan sekitar 5% karena cadangan karbohidrat, protein dan lemak terpakai untuk energy (Mariantari, Lestari et all, 2014). Muntah yang lebih dari sepuluh kali sehari atau mual terus-menerus yang terjadi selama 20 minggu terakhir kehamilan ini akan berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum sehingga tubuh ibu menjadi lemah, muka pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis. Mual dan muntah yang berlebihan juga menyebabkan cairan tubuh semakin berkurang dan terjadi hemokonsentrasi yang memperlambat peredaran darah sehingga dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Trimester pertama adalah fase organ-organ janin dibentuk (Hidayati, 2009). Penelitian terkait Emesis Gravidarum yang dilakukan oleh Elisabeth Birkeland, et all, 2015 di Inggris tentang asupan nutrisi terhadap ibu hamil dengan emesis gravidarum mengatakan bahwa 38 partisipan ibu hamil trimester pertama, 4 (10,5%) tidak mengalami mual dan muntah, 10 (26,3%) kadang-kadang, dan 24(63,1%) sering mual dan muntah. Sebanyak 50%-75% ibu hamil akan mengalami gejala mual dan muntah pada trimester pertama atau awal-awal kehamilan. Gejala-gejala ini dimulai pada trimester pertama yang biasanya kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Keluhan mual muntah pada Emesis Gravidarum
3 merupakan hal yang fisiologis, akan tetapi apabila keluhan ini tidak segera diatasi maka akan menjadi hal yang patologis. Pada ibu yang mengalami keluhan mual dan muntah satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh meningkatnya kadar hormone estrogen dan hcg ( Hormon Corionic Gonadotropin) dalam serum, selain itu progesterone juga diduga menjadi faktor penyebab mual dan muntah (Prawirohardjo, 2009). Selain adaptasi maternal pada fisiologis berbagai stimulus psikologis juga dapat menjadi faktor emosional yang menyebabkan gejala mual dan muntah menjadi lebih berat. Bentuk stimulus psikologis pada ibu hamil adalah distress emosional. Ketika istri mengalami distress pada kehamilannya akan berpengaruh pada suami, karena suami merupakan orang terdekat bagi istri. Selama kehamilan istri membutuhkan perhatian lebih dari suami. Suami harus membantu dan mendampingi istri dalam menghadapi keluhan kehamilannya agar istri tidak merasa sendirian karena kecemasan istri yang berlanjut akan menyebabkan nafsu makan menurun, kelemahan fisik, serta mual muntah yang berlebihan. Saat pemeriksaan antenatal (trimester 1) ibu hamil ingin mengeluh yang dirasakan, seperti pusing, keringat berlebihan, pegal-pegal, dan suami terkadang melewatkan moment saat istri sedang pemeriksaan kesehatan antenatal di Rumah Sakit (Sawitri dan Sudaryanto, 2008). Dukungan yang dapat diberikan oleh suami adalah memberi ketenangan pada ibu, mengantarkan untuk memeriksakan kehamilan, memenuhi keinginan selama mengidam, mengingatkan minum tablet besi, membantu melakukan
4 kegiatan rumah tangga dan memberi pijatan ringan bila ibu merasa lelah hal kecil yang dilakukan suami memiliki makna yang berarti dalam meningkatkan kesehatan psikologis kearah yang lebih baik. Dukungan yang diberikan oleh suami diharapkan dapat membantu ibu melewati kehamilan dengan perasaan senang dan tanpa depresi. Kondisi stress psikologis yang terjadi dapat disebabkan karena tidak adanya dukungan dari suami sehingga menyebabkan ibu yang pada awalnya dapat beradaptasi dengan kenaikan hormon tidak mengalami mual dan muntah akan mengalami kejadian tersebut. Suami harus tetap memberikan dukungan kepada istri dimasa kehamilan walaupun suami juga terkadang mengalami gejala fisik selama kehamilan istri yang disebut sebagai Syndrome Couvade (Jhaquin, 2010). Banyak suami yang mengalami gejala fisik selama kehamilan pasangannya. Keadaan ini kadang-kadang disebut sebagai Syndrom Couvade (Fathering). Dalam penelitian Arthur Brenan 2010 di Australia tentang kejadian Couvade Syndrome di Australia bahwa gejala yang ditunjukkan meliputi, kenaikan berat badan, kembung mual, muntah, sakit panggung, sakit gigi, kehilangan nafsu makan, atau kejang perut adalah gejala-gejala yang mencerminkan simpati dan pengidentifikasian dengan wanita hamil, atau barangkali mencerminkan kekhawatiran dan kecemasan. Jika calon ayah mengalami gejala-gejala kehamilan, mungkin perlu dilakukan konseling (Brenann, 2010). Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam keadaan
5 sehari-hari. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau idintitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu (Suliswati, 2005). Kecemasan suami menghadapi ibu hamil primigravida trimester I yang emesis gravidarum (mual dan muntah) dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan atau informasi mengenai emesis gravidarum, cemas bila mual dan muntah yang dialami istri berkelanjutan (Sawitri dan Sudaryanto, 2008). Kecemasan suami yang berkelanjutan akan berdampak pada sang istri, hal ini dapat terjadi karena suami terlalu sibuk memikirkan hal buruk akan terjadi pada istri jika mual dan muntah terus-menerus, sehingga suami tidak memperdulikan keluhan kehamilan istri selain mual dan muntah. Bahaya yang akan terjadi pada sang istri jika suami mengalami kecemasan yang berlebihan kemungkinan besar istri juga akan mengalami kecemasan bahkan hingga stress (Octaviadon, 2011). Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2015, di wilayah Puskesmas Singosari. Dengan melakukan wawancara terhadap pihak puskesmas didapatkan data beberapa yang mengalami mual muntah biasa tidak dicatat dalam buku periksa pihak puskesmas juga hanya melakukan perawatan terhadap ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum saja. Menurut hasil wawancara dengan 6 orang suami saat melakukan pemeriksaan antenatal di
6 Puskesmas Singosari, didapatkan hasil bahwa 4 dari 6 orang suami merasakan cemas saat istrinya sedang mengalami mual muntah, dan sedangkan pada 2 orang suami menyatakan bahwa tidak begitu mengalami kecemasan karena dianggap hal yang lumrah di awal kehamilan jika mengalami mual dan muntah. Sedangkan pada 4 orang suami saat ditanya mengenai penanganan saat istri mual dan muntah suami menjawab dengan memberi makanan agar perut tidak kosong dan membelikan makanan kesukaan sang istri. Pada 2 orang suami lain justru suami menyuruh istri untuk tidur dan beraktifitas agar rasa mual dan muntah tidak dirasakan kembali. Dapat disimpulkan, bahwa suami akan turut merasakan kecemasan apabila istri yang mengalami emesis gravidarum pada kehamilan pertamanya. Berdasarkan data dari latar belakang diatas sehingga peneliti tertarik untuk melihat apakah suami ikut merasakan kecemasan yang berarti pada istri ketika mengalami mual muntah (Emesis Gravidarum). Jika melihat dari karakteristik istri yang mengalami muntah yang sangat berlebihan menyebabkan suami dapat merasakan cemas, sehingga kecemasan suami dapat dilihat ketika menemani pemeriksaan antenatal, sehingga peran suami sangat penting. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah hubungan antara kejadian emesis gravidarum pada ibu primigravida trimester I dengan tingkat kecemasan suami?.
7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui adakah hubungan antara kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil primigravida trimester I dengan tingkat kecemasan suami. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil primigravida trimester I b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada suami c. Menganalisa hubungan antara kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil primigravida trimester I dengan tingkat kecemasan suami di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Singosari. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Ibu Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan pada ibu hamil primigravida trimester I tentang gambaran emesis gravidarum dan tingkat kecemasan pada suami. 1.4.2 Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang hubungan antara tingkat kecemasan suami dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil primigravida trimester I.
8 1.4.3 Bagi Petugas Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi petugas kesehatan khususnya petugas kesehatan diwilayah Puskesmas Singosari, mengenai gambaran kecemasan suami terhadap gangguan emesis gravidarum dan dapat berupa pendidikankesehatan kepada suami siaga dari ibu-ibu hamil yang mengalami gejala emesis gravidarums pada trimester I yang akan mempengaruhi tingkat kecemasannya maupun peran serta suami dalam kehamilan istrinya. 1.4.4 Bagi Responden Khususnya suami dari ibu hamil sebagai bahan masukan untuk mengurangi rasa kecemasan dan meningkatkan pengetahuan tentang emesis gravidarum. 1.4.5 Bagi Bidang Keperawatan Sebagai bahan pertimbangan bagi praktek pelayanan keperawatan khususnya pada keperawatan jiwa dan keperawatan maternitas dalam gambaran emesis gravidarum dan menjadi masukan mahasiswa keperawatan melakukan pendidikan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan memperlihatkan gambaran kecemasan suami terhadap ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum trimester I. 1.4.6 Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi dan masukan untuk pengembangan teori bidang keperawatan maternitas dan jiwa dalam melakukan penelitian.
9 1.5 Keaslian Penellitian Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain adalah sebagai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh (Sadiah 2014), Gambaran Tingkat Kecemasan Suami Terhadap Gangguan Morning Sickness Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Kecamatan Ciputat Timur. Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif untuk melihat hubungan antar variable. Tekhnik samplingnya menggunakan teknik total sampling pada 66 responden. Tingkat kecemasan diukur dengan kuesioner yang telah baku dan dimodifikasi.hasil unvariat memperlihatkan pada karakteristik usia suami, latar belakang pendidikan, usia kandungan istri mayoritas pada usia kehamilan 12 minggu dan pada tingkat kecemasan suami dalam menghadapi morning sickness ibu hamil primigravida sebagian besar pada tingkat kecemasan ringan dengan respon kecemasan berada pada rentang adaptif. Yang membedakan dengan penelitian ini adalah variable independent dan dependent, tempat penelitian, waktu penelitian dan teknik sampling. 2. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Yunia Mariantari, Widia Lestari dan Arneliwati tentang (Tahun 2014) tentang, Hubungan Dukungan Suami, Usia, Ibu, dan Gravida Terhadap Kejadia Emesis Gravidarum. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif kolerasi dengan pendekatan cross sectional study. Pada penelitian ini peneliti ingin mengidentifikasi hubungan dukungan suami, usia ibu, ndan gravida terhadap
10 kejadian emesis gravidarum. Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil trimester I yang berjumlah 38 responden. Instrument pada penelitian ini adalah kuisioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pertama mencakup data demografi ibu meliputi usia ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan gravid, bagian kedua mencakup dukungan suami, dan bagian ketiga mencakup kejadian emesis gravidarum. Hasil dari penelitian ini menunjukkan hubungan dukungan suami terhadap kejadian emesis gravidarum didapatkan responden yang mengalami emesis gravidarum memiliki dukungan suami yang rendah. Berdasarkan hasil uji statistic, diketahui tidak ada hubungan dukungan suami terhadap kejadian emesis gravidarum. Analisa mengenai hubungan usia ibu terhadap kejadian emesis gravidarum didapatkan p value 0,23 dimana p value >0,05. Hal ini juga tidak ada hubungan antara usia ibu terhadap kejadian emesis gravidarum. Maka yang membedakan dengan penelitian ini adalah terletak pada variable independen dan dependent selain itu tempat penelitian dan teknik pengambilan sampling juga berbeda. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Izza, Aida Rusmariana, Teti Retnawati pada tahun 2005 tentang Pengaruh Kecemasan Ibu Hamil Trimester I Terhadap Munculnya Gangguan Morning Sickness di Wilayah Kerja Puskesmas Kusuma Bangsa Kota Pekalongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Hipotesis ditetapkan untuk melihat apakah ada pengaruh kecemasan dengan gangguan Morning Sickness. Dan hasil dari uji chi square menunjukkan tidk ada pengaruh yang
11 bermakna antara kecemasan dengan gangguan Morning Sickness dengan P>a (0,5-0,1). Namun ada kecenderungan ibu hamil trimester I yang cemas bverpeluang 3,2 kali mempengaruhi ibu hamil untuk mengalami Morning Sickness dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak Morning Sickness. Maka yang membedakan dengan penelitian ini adalah terletak pada variable independen dan dependent selain itu tempat penelitian dan teknik pengambilan sampling juga berbeda.