BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar. dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis faktor-faktor..., Kartika, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat secara global. TB Paru menduduki peringkat ke 2 sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak lepas terkait dengan status gizi ataupun kesehatan setiap. individu. Indikator yang digunakan salah satunya adalah Indeks

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi ancaman kesehatan global. Sejak tahun 1993, World

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

KERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU UPTD PUSKESMAS BANDA RAYA KECAMATAN BANDA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama dunia terutama pada negara - negara berkembang. Tuberkulosis menjadi penyebab utama kematian akibat infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa 1,5 juta orang meninggal karena TB dan 9,6 juta orang lainnya diperkirakan akan menderita TB di seluruh dunia (WHO, 2015). Kasus TB tersebar di seluruh dunia, dengan angka kejadian 58% di Asia, 28% di Afrika, dan sebagian kecil lainnya tersebar di Timur Tengah, Eropa, dan Amerika. Indonesia termasuk dalam 3 negara dengan insiden TB tertinggi pada tahun 2014, yaitu setelah India (23%) dan China (10%), dengan jumlah kasus 10% dari jumlah kasus dunia (WHO, 2015). Angka nasional prevalensi TB di Indonesia adalah 0,4% dengan prevalensi tertinggi terdapat di Jawa Barat (0.7%), Papua (0.6%), DKI Jakarta (0.6%), Gorontalo (0.5%), Banten (0.4%) dan Papua Barat (0.4%). Sumatera Barat memiliki prevalensi 0,2% (Riskesdas, 2013). Sampai saat ini, strategi nasional untuk mengendalikan TB di Indonesia mengacu pada rencana strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019 yaitu dengan sasaran menurunkan prevalensi TB dari 297 per 100.000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 245 dari 100.000 penduduk pada tahun 2019. Strategi penanggulangan TB yang direkomendasikan oleh WHO dan diimplementasikan di Indonesia adalah strategi Directly Observe Treatment Shortcourse (DOTS). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Program DOTS digunakan untuk mengelola penemuan suspek dan pengobatan pasien TB (Kemenkes, 2015). Penemuan suspek TB di Indonesia dilakukan secara intensif dengan strategi passive promotif case finding yaitu penjaringan suspek TB yang dilakukan kepada penderita yang datang ke unit pelayanan kesehatan. Strategi ini didukung dengan promosi secara aktif oleh petugas kesehatan bersama masyarakat seperti kader TB dengan tujuan mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan (Kemenkes, 2014). Pada penemuan kasus secara aktif, penjaringan suspek dari rumah ke rumah dianggap tidak efektif baik dari segi biaya dan tenaga petugas kesehatan, sehingga pasien harus secara sadar memeriksakan diri ke unit kesehatan (Depkes, 2006). Berdasarkan penelitian yang membandingkan antara penemuan suspek TB secara aktif dan pasif didapatkan bahwa penemuan secara aktif lebih efektif dibandingkan penemuan secara pasif sehingga dapat berpengaruh pada angka Case Notification Rate (CNR) dan Case Detection Rate (CDR) (Riris A, 2009). Setelah tahun 2015, CDR tidak digunakan lagi dan diganti dengan CNR sebagai indikator yang digunakan untuk menggambarkan cakupan penemuan pasien TB (Pusadatin, 2015). Angka capaian CNR di Provinsi Sumatera Barat tahun 2014 adalah 135 per 100.000 penduduk. Sumatera Barat menempati posisi ke 16 dari 33 provinsi dengan CNR tertinggi yaitu Papua (302 kasus/100.000 penduduk) dan terendah Yogyakarta (74 kasus/100.000 penduduk). Tinggi rendahnya CNR di suatu wilayah tergantung dari upaya penemuan kasus (case finding) dan juga faktor lain seperti kinerja sistem pencatatan dan pelaporan di wilayah tersebut, jumlah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

fasilitas layanan kesehatan yang terlibat DOTS, dan banyaknya pasien TB yang tidak dilaporkan oleh fasilitas layanan kesehatan. Hal ini menunjukan penemuan kasus TB masih di bawah target dan merupakan masalah dalam program pengendalian TB Paru di Provinsi Sumatera Barat (Pusadatin, 2015). Pada tahun 2015, terdapat 5 kabupaten yang tidak mencapai target kinerja penemuan kasus baru di Provinsi Sumatera Barat, salah satunya adalah Kabupaten Tanah Datar. Kabupaten Tanah Datar termasuk dalam 3 besar kabupaten dengan angka penemuan kasus baru TB yang rendah di Provinsi Sumatera Barat yaitu 71.43 % dari target kinerja 90% pada tahun 2015 (Dinkes Sumbar, 2016). Berdasarkan laporan kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar, angka penemuan suspek hanya 50% dari target suspek 5416 dan angka CDR 5 tahun terakhir di bawah 50 %, dengan 47% pada tahun 2013. Capaian ini masih rendah bila dibandingkan target program pengendalian TB Paru yaitu 70%. Hal ini terus berlanjut sampai tahun 2015 terlihat dari target suspek yang harus ditemukan adalah sebesar 5517, ternyata yang ditemukan hanya 2622 (47%) (Dinkes KabupatenTanah Datar, 2015). Kabupaten Tanah Datar memiliki angka CDR yang rendah, meskipun demikian terdapat satu puskesmas yang mencapai target di wilayah kerja Kabupaten Tanah Datar yaitu Puskesmas Tanjung Emas. Puskesmas Tanjung Emas merupakan puskesmas dengan angka CDR tertinggi di wilayah kerja Kabupaten Tanah Datar, yaitu 84% di tahun 2013. Hal ini melebihi target 70% yang ditetapkan dan menjadikan Puskesmas Tanjung Emas sebagai satu - satunya puskesmas di Kabupaten Tanah Datar yang mencapai target. Selain angka CDR yang tinggi, dengan jumlah penduduk 14.817 Jiwa dan 12 jorong, Puskesmas Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

Tanjung Emas memiliki kader TB yang berjumlah 34 orang. Jumlah ini merupakan jumlah kader TB puskesmas terbanyak di Kabupaten Tanah Datar jika dibandingkan dengan puskesmas lain yang hanya memiliki kader sekitar 8-25 orang (P2P Dinkes, 2016). Pemberdayaan kader yang merupakan sumber daya yang berada di lingkungan masyarakat dilakukan karena dibandingkan dengan petugas kesehatan kader lebih dekat dengan masyarakat sehingga pasien dapat ditemukan dan diarahkan ke puskesmas untuk diperiksa lebih cepat serta pengobatan TB dapat lebih optimal. Peran serta masyarakat berpengaruh pada tinggi rendahnya CDR (Pusadatin, 2015). Kinerja kader TB dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengetahuan, sikap dan perilaku kader. Dengan mengetahui faktor faktor tersebut, penemuan suspek TB dapat dioptimalkan dan diterapkan di puskesmas lainnya untuk mencapai pengendalian TB yang lebih baik dan peningkatan CDR yang merata. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku kader dapat berpengaruh terhadap penemuan suspek TB dalam rangka pengendalian TB. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku kader terhadap penemuan suspek TB di Puskesmas Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku kader terhadap penemuan suspek TB di Puskesmas Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar? Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku kader terhadap penemuan suspek TB di Puskesmas Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui karakteristik kader TB berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama menjadi kader, tempat tinggal, riwayat TB di keluarga dan diri sendiri di Puskesmas Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar. 2. Mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku kader di Puskesmas Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar. 3. Mengetahui hubungan pengetahuan kader terhadap penemuan suspek TB di Puskesmas Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar. 4. Mengetahui hubungan sikap kader terhadap penemuan suspek TB di Puskesmas Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar. 5. Mengetahui hubungan perilaku kader terhadap penemuan suspek TB di Puskesmas Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisa, dan menginformasikan data serta meningkatkan ilmu pengetahun dalam bidang DOTS. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5

2. Bagi puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan dalam menentukan strategi untuk meningkatkan peran kader dalam penemuan suspek TB Paru di puskesmas. 3. Bagi institusi peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama mengenai peran kader dalam penemuan suspek TB paru di instansi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6