BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

Kata Kunci: Perempuan pengrajin batik, gender, sosial ekonomi keluarga

MAKALAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PADA DIVA CAKE AND COOKIESDI KABUPATEN SUMEDANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

Abstrak. Kata kunci: pemberdayaan, kesejahteraan, potensi, koperasi wanita

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang

GAMBARAN PELAYANAN DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2017

`BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) merupakan salah

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( IbM ) HOME INDUSTRI NATA DE COCO ( SARI KELAPA) Setia Iriyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

Perempuan dan Industri Rumahan

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengembangan atau pemberdayaan terhadap sumber daya manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 8 TAHUN 2012 KEPALA BADAN BIDANG SOSIAL BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai peranan yang sangat penting

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

BAB II PERENCANAAN KINERJA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

Mida Saragih Koordinator Nasional Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim (CSF-CJI)

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia tersebut berada dalam keadaan yang tertekan. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk perempuan di Indonesia mencapai 118,010,413 jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tersebut. Tahun 2010, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten. Regional Bruto Angka Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) Kabupaten

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan telah ada sejak lama. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan, terutama bagi perempuan perdesaan untuk terlibat dan menikmati hasil pembangunan. Menurut Seda (2007), perempuan masih mengalami ketertinggalan dalam beberapa bidang pembangunan karena faktor kultural dan struktural. Faktor kultural yaitu nilai-nilai agama dan budaya yang sangat kuat dengan ideologi patriarki. Sementara, faktor struktural yaitu sistem ekonomi dan politik yang menganggap bahwa seharusnya laki-laki lebih mendapatkan kesempatan dan akses dibandingkan dengan perempuan. Ketidaksetaraan gender termanifestasikan dalam bentuk marjinalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi dalam politik, pembentukan stereotype, kekerasan, serta beban kerja yang lebih panjang dan lebih banyak (Fakih, 2005). Ketidaksetaraan gender juga membuat perempuan bergantung pada pihak lain. Perempuan tidak memiliki kuasa atau otonomi bahkan untuk mengambil keputusan terkait kehidupannya sendiri. Jika perempuan ini telah menikah maka ia akan sangat bergantung pada suaminya. Salah satu sektor pekerjaan yang dapat mereduksi marjinalisasi perempuan perdesaan adalah pariwisata. UNWTO (2013) menyebutkan bahwa pariwisata 1

2 dapat berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan, mempromosikan keadilan gender, pembangunan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi dan perdagangan, serta pengembangan kerjasama. Menurut UNWTO dan UN Woman (2010), pariwisata menyediakan kesempatan besar bagi partisipasi perempuan dibanding dengan sektor ekonomi lainnya. Perempuan dapat berpartisipasi sebagai tenaga kerja dan wirausahawan. Pariwisata juga membuka kesempatan bagi perempuan untuk memberikan dampak signifikan terhadap pengurangan kemiskinan di dalam komunitas perdesaan. Sektor pariwisata yang dapat melibatkan partisipasi perempuan perdesaan adalah desa wisata yang berarti pariwisata yang berlokasi di area perdesaan, berskala perdesaan, dan karakter serta fungsinya mencerminkan pola kompleks dari lingkungan perdesaan (Lane, 1994). Desa wisata harus memiliki sumber daya alam dan budaya, infrastruktur, serta fasilitas akomodasi, makanan, minuman, dan lainnya (Cawley dan Gillmor, 2008). Menjamurnya desa wisata juga terjadi di Provinsi D.I Yogyakarta. Menurut Dinas Pariwisata Provinsi D.I Yogyakarta (2014) saat ini ada 112 desa wisata yang tersebar di satu kota dan empat kabupaten. Provinsi D.I Yogyakarta adalah provinsi yang memiliki desa wisata terbanyak di Indonesia (Afriansari, 2014). Keberadaan desa wisata membawa angin segar bagi perekonomian masyarakat lokal karena laki-laki dan perempuan dapat berpartisipasi sebagai pengurus dan pelaku usaha di desa wisata.

3 Salah satu bentuk partisipasi perempuan di desa wisata adalah peran mereka sebagai pelaku usaha mikro. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan ekonomi yang dapat menyerap banyak tenaga kerja, baik laki-laki ataupun perempuan (Sudaryanto dkk, 2011). Pemerintah mendorong perempuan menjadi pelaku usaha mikro agar memiliki penghasilan untuk membantu ekonomi keluarga sehingga kesetaraan gender dalam rumah tangga dapat terwujud. Cara pemerintah mendorong perempuan menjadi pelaku usaha mikro melalui pemberian modal bagi usaha mikro perempuan dan mendorong ketersediaan koperasi simpan pinjam yang dapat diakses oleh perempuan (Kementerian Koperasi dan UKM, 2010). Jenis pekerjaan perempuan di usaha mikro biasanya berhubungan dengan bidang perdagangan dan industri pengolahan, misalnya warung makan, pengolahan makananan, toko kecil, dan industri kerajinan karena usaha tersebut dapat dilakukan di rumah sehingga perempuan dapat tetap berperan sebagai ibu rumah tangga (Priminingtyas, 2010). Pemilihan jenis usaha itu karena perempuan belum dapat melepaskan diri dari belenggu domestifikasi walaupun terlibat aktif dalam kegiatan usaha (Bappenas, 2006). Perempuan di desa wisata memang menjalankan usaha yang berhubungan dengan pekerjaan domestik, misalnya berjualan makanan, menyediakan jasa memasak (catering), dan menyediakan penginapan. Perempuan di desa wisata memilih jenis pekerjaan tersebut karena sifat pekerjaan yang part time, fleksibel, diizinkan suami, dan agar dapat terus menjalankan peranan sosial seperti merawat anak, bertani, dan bekerja di dapur (Boonabaana, 2014).

4 Pekerjaan usaha mikro yang ada di desa wisata membuat perempuan memiliki penghasilan sendiri. Penghasilan perempuan berkontribusi terhadap ekonomi rumah tangga sehingga perempuan menjadi orang penting dalam keluarga. Peran penting perempuan dalam rumah tangga mendorong perempuan untuk memiliki kontrol dan akses terhadap sumber daya rumah sehingga ia dapat membuat keputusan-keputusan penting, yang berarti perempuan memiliki otonomi. Menurut Jejeebhoy dan Sathar (2001), otonomi adalah kontrol perempuan terhadap materi dan sumber daya, akses terhadap pengetahuan dan informasi, dapat membuat keputusan, bebas untuk melakukan mobilitas, dan mampu membangun hubungan. Menurut Susilastuti (2003), perempuan yang bekerja menunjukkan otonomi yang lebih besar dibanding perempuan yang tidak bekerja. Perempuan di usaha mikro memang memiliki penghasilan sendiri, tetapi pembagian kerja dalam rumah tangga tidak berubah secara substantif. Pekerjaan perempuan di pariwisata juga tetap dibidang perawatan, membersihkan, dan katering. Perawatan anak juga masih menjadi tanggung jawab utama perempuan (Pettersson dan Cassel, 2014). sehingga pekerjaan perempuan di usaha mikro tidak selalu berhubungan dengan terwujudnya otonomi dan kesetaraan gender. Namun, menurut Brandth dan Haugen (2010), pekerjaan perempuan di pariwisata telah menantang hubungan kekuasaan antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga karena perempuan memiliki penghasilan sendiri.

5 1.2 Masalah Penelitian Salah satu desa wisata di Provinsi D.I Yogyakarta yang melibatkan hampir seluruh perempuan di desa tersebut untuk menjadi pelaku usaha mikro adalah Desa Wisata Pentingsari di Dusun Pentingsari, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I Yogyakarta. Usaha mikro perempuan yang ada di Desa Wisata Pentingsari yaitu usaha kuliner dan home industry. Usaha kuliner menyediakan konsumsi berupa makanan dan snack bagi wisatawan. Usaha home industry memproduksi cemilan oleh-oleh aneka keripik, sekaligus bertindak sebagai pendemo atraksi pembuatan cemilan tersebut. Perempuan yang memiliki penghasilan sendiri berkesempatan mendorong otonomi. Namun, apakah pekerjaan perempuan di usaha mikro di Desa Wisata Pentingsari dapat mendorong terwujudnya otonomi? Atau justru malah semakin memarjinalkan perempuan karena pekerjaan di usaha mikro adalah pekerjaan domestik yang justru semakin mengukuhkan peran domestik perempuan dan membuat perempuan memiliki peran ganda? Menurut UNWTO dan UN Women (2010), pekerjaan pada sektor pariwisata yang disediakan untuk perempuan dapat membawa kesempatan bagi perbaikan ekonomi rumah tangga sekaligus menjadi tantangan bagi kesetaraan gender. ini adalah: Berdasarkan masalah penelitian tersebut maka rumusan masalah penelitian 1. Bagaimana peran desa wisata dalam mendorong munculnya usaha mikro di Desa Wisata Pentingsari?

6 2. Bagaimana hubungan usaha mikro dan otonomi perempuan di Desa Wisata Pentingsari? 3. Apa tantangan usaha mikro dalam mendorong otonomi perempuan di Desa Wisata Pentingsari? 1.3 Pembatasan Masalah Jejeebhoy dan Sathar (2001) menjelaskan bahwa otonomi perempuan dapat dilihat dari empat aspek, seperti; 1. Kewenangan dalam pembuatan keputusan. Perempuan dapat berpendapat dalam keputusan keluarga dan memutuskan hal-hal terkait hidupnya dan kesejahteraannya sendiri. Pembuatan keputusan secara ekonomi dapat dilihat dari; (1) Biaya belanja kebutuhan makanan; (2) Biaya belanja kebutuhan rumah tangga; (3) Biaya belanja harta seperti perhiasan dan pakaian 2. Otonomi untuk melakukan mobilitas Perempuan bebas untuk bepergian tanpa perlu diantar. Mobilitas yang penting bagi perempuan adalah ke; (1) Pusat kesehatan; (2) Komunitas desa atau pasar; (3) Rumah saudara atau teman; (4) Desa tetangga. 3. Otonomi secara emosional Perempuan dapat menikmati hubungan yang hangat dengan pasangan dan bebas dari ancaman kekerasan dan pelecahan. Jenis ancaman kekerasan dan pelecahan, misalnya; (1) Perempuan takut kepada suaminya dan mendapat perlakuan kasar; (2) Perempuan mendapat perlakuan kasar tetapi tidak takut

7 kepada suaminya; (3) Perempuan takut kepada suaminya tetapi tidak mendapat perlakuan kasar. 4. Otonomi secara ekonomi dan sosial Perempuan dapat mengakses dan mengontrol sumber daya miliknya sendiri dan sumber daya ekonomi rumah tangga. Akses terhadap sumber daya rumah tangga, seperti; (1) Memiliki ide bagaimana mengelola keuangan rumah tangga; (2) Dapat membelanjakan uang secara tunai; (3) Bebas untuk membeli perhiasan-perhiasan kecil; (4) Bebas untuk membeli hadiah. Akses perempuan dalam mengontrol sumberdayanya sendiri, seperti; (1) Apakah ada harta berharga keluarga (tanah/rumah/kendaraan) yang dimiliki atas nama perempuan; (2) Apakah perempuan harus melaporkan mengenai bagaimana ia membelanjakan uangnya; (3) Apakah perempuan memiliki tabungan yang dapat menopang kebutuhan dirinya di hari tua. Pada penelitian ini aspek otonomi yang akan diteliti yaitu otonomi secara ekonomi dan otonomi untuk melakukan mobilitas. Kedua otonomi tersebut diadaptasi dari aspek otonomi menurut Jejeebhoy dan Sathar. Pengadaptasian dilakukan karena beberapa hal seperti; 1. Otonomi terkait kewenangan perempuan dalam pembuatan keputusan ekonomi rumah tangga dan otonomi secara ekonomi adalah hal yang sama karena keduanya sama-sama melibatkan kemampuan pembuatan keputusan ekonomi. Penulis memilih menggunakan otonomi secara ekonomi karena memberikan makna yang lebih umum. Pada aspek otonomi secara ekonomi, penulis menggabungkan aspek kewenangan perempuan dalam pembuatan

8 keputusan ekonomi dan aspek otonomi secara ekonomi karena kesemua aspek tersebut penting. Namun, pada penggunaan sub-aspek, penulis menghilangkan dua sub-aspek yaitu: (1) Dapat membelanjakan uang secara tunai karena perempuan di Indonesia biasanya telah memiliki uang belanja yang dapat dibelanjakan secara tunai dan; (2) Bebas untuk membeli perhiasan-perhiasan kecil karena telah diwakili oleh sub-aspek dapat membuat keputusan untuk belanja perhiasan dan pakaian. 2. Penulis menghilangkan otonomi secara emosional karena untuk melihat hubungan suami-istri terkait ancaman dan kekerasan memakan waktu lama dan memerlukan instrumen khusus, kecuali jika penulis melakukan penelitian otonomi secara emosional di shelter-shelter perlindungan perempuan yang mewadahi perempuan-perempuan korban kekerasan. Pada penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Wisata Pentingsari. Berdasarkan hal tersebut, maka otonomi yang diteliti penulis adalah; 1. Otonomi secara ekonomi yang dilihat dari beberapa aspek seperti; a. Kewenangan dalam pembuatan keputusan ekonomi rumah tangga, yang dapat dilihat dari; (1) Biaya belanja kebutuhan makanan; (2) Biaya belanja kebutuhan rumah tangga; (3) Biaya belanja harta seperti perhiasan dan pakaian b. Akses perempuan terhadap sumber daya rumah tangga, yang dapat dilihat dari; (1) Memiliki ide bagaimana mengelola keuangan rumah tangga; (2) Bebas untuk membeli hadiah.

9 c. Akses perempuan terhadap sumber daya sendiri, yang dapat dilihat dari; (1) Apakah ada harta berharga keluarga (tanah/rumah/kendaraan) yang dimiliki atas nama perempuan; (2) Apakah perempuan harus melaporkan hal kecil atau besar mengenai bagaimana ia menggunakan atau membelanjakan hartanya; (3) Apakah perempuan berharap dapat menopang kebutuhan dirinya di hari tua dari uang tabungannya sendiri. 2. Otonomi perempuan untuk melakukan mobilitas yaitu bagaimana perempuan bebas bepergian tanpa perlu diantar terutama untuk pergi ke: (1) Pusat kesehatan; (2) Komunitas desa atau pasar; (3) Rumah saudara atau teman; dan (3) Desa tetangga. 1.4 Keaslian Penelitian Penelitian bertema usaha mikro perempuan, otonomi perempuan, dan desa wisata telah banyak dilakukan, namun penelitian yang menggabungkan ketiga tema tersebut menjadi satu tema besar belum pernah dilakukan. Supeni dan Sari (2011) telah melakukan penelitian mengenai usaha mikro dengan fokus penelitian mengetahui hasil pemberdayaan perempuan melalui usaha mikro dari aspek kesejahteraan, akses, konsientiasi, partisipasi, dan kesetaraan dalam kekuasaan. Penelitian kualitatif tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik focus group discussion terhadap ibu-ibu bukan pelaku usaha mikro, ibu-ibu pelaku usaha mikro namun gagal, dan ibu-ibu yang menjalankan usaha mikro sampai sekarang. Pada tahun 2014, Oktaviani melakukan penelitian mixed method mengenai otonomi perempuan. Penelitiannya fokus pada penyebab keoptimalan otonomi

10 perempuan dalam rumah tangga. Hasil penelitiannya adalah otonomi dapat diukur dengan melihat bagaimana kekuasaan perempuan dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Otonomi sangat dipengaruhi oleh kontribusi ekonomi yang diberikan perempuan pada rumah tangganya. Kontribusi ekonomi berhubungan erat dengan pendidikan yang memudahkan untuk mencari pekerjaan. Pada tahun 2000, Lont melakukan penelitian kualitatif mengenai otonomi ekonomi perempuan di Bujung, Yogyakarta. Ia membandingkan otonomi perempuan pada rumah tangga miskin dan rumah tangga menengah dari aspek kontrol terhadap belanja rumah tangga dan mengambil kredit. Hasil penelitiannya adalah perempuan pada rumah tangga miskin biasanya memiliki pendapatan untuk membantu ekonomi keluarga sehingga mereka memiliki kontrol terhadap anggaran belanja dan dapat mengakses kredit untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan kata lain, ketika perempuan memiliki pendapatan meskipun itu merupakan bagian kecil dari pendapatan rumah tangga, hal tersebut dapat meningkatkan otonomi mereka secara ekonomi. Pada tahun 2014, Afriansari melakukan penelitian kualitatif deskriptif terkait alasan perempuan untuk bergabung dengan kelompok usaha di desa wisata Samiran, Boyolali. Menurutnya, meskipun jumlah perempuan yang terlibat di desa wisata tidak sebanyak laki-laki, namun dari sisi iuran kelompok yang masuk kas desa wisata, 66% disumbang oleh kelompok perempuan. Penelitian tersebut dilakukan dengan wawancara mendalam pada 12 perempuan dengan level partisipasi di desa wisata yang berbeda-beda.

11 Keempat penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Perbedaan penelitian terletak pada tema, fokus penelitian, kriteria informan, dan lokasi penelitian. Penelitian penulis untuk dilakukan untuk mendalami hubungan usaha mikro yang dijalankan perempuan terhadap otonomi mereka dalam rumah tangga. Selain itu, perbedaan terlihat pada kriteria informan yang dipilih. Kriteria pemilihan informan penulis adalah: (1) Anggota aktif kelompok usaha mikro; (2) Telah menikah dan memiliki anak; (3) Tidak memiliki pekerjaan formal. Selain itu, perbedaan penelitian juga tampak pada lokasi penelitian, penelitian penulis dilakukan pada rumah tangga di perdesaan. 1.4 Tujuan Penelitian adalah: Dengan melihat rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini, 1. Untuk mengetahui peran desa wisata dalam mendorong munculnya usaha mikro di Desa Wisata Pentingsari 2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan usaha mikro dan otonomi perempuan di Desa Wisata Pentingsari 3. Untuk mengetahui tantangan usaha mikro dalam mendorong otonomi perempuan di Desa Wisata Pentingsari

12 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis: a. Manfaat Teoritis: 1. Dapat memberikan sumbangan tentang terbentuknya usaha mikro di desa wisata yang dapat melibatkan partisipasi perempuan perdesaan 2. Dapat memberikan deskripsi mengenai hubungan usaha mikro terhadap otonomi perempuan serta langkah-langkah agat usaha mikro dapat mendorong terwujudnya otonomi perempuan. b. Manfaat Praktis: 1. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh pengurus desa wisata untuk mengetahui hubungan usaha mikro terhadap otonomi perempuan sehingga pengurus desa wisata dapat mengambil langkah-langkah untuk menciptakan usaha mikro yang dapat mendorong terwujudnya otonomi perempuan anggota usaha mikro 2. Hasil penelitian dapat membantu pemerintah dalam memfasilitasi usahausaha mikro perempuan yang ada di desa wisata lainnya agar usaha mikro dapat mendorong terwujudnya otonomi perempuan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga. 3. Penelitian dapat dimanfaatkan sebagai solusi terkait reduksi marjinalisasi perempuan perdesaan secara ekonomi melalui pendirian dan pengelolaan desa wisata yang lebih baik agar dapat mendorong terbentuknya kelompok usaha mikro perempuan.