BARONG KET SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN DI DESA BATUBULAN, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (LATAR BELAKANG DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER SEJARAH DI SMA)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hidup (Sudirga, 2005 : 1). Tentunya hal tersebut merupakan suatu bentuk pernyataan

KERAGAMAN EKSPRESI SENI DI ERA GLOBAL: PENGALAMAN BALI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

Tari Pendet Bali Pergeseran Tarian Sakral Menjadi Tarian Balih-Balihan

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 123

BAB I PENDAHULUAN. tengah berbagai perubahan, lebih jauh lagi mampu menjadikan dirinya secara aktif

PERSOALANSAKRALISASI TARI ANDIR DI DESA TISTA, KERAMBITAN,KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

Taksu Seni Budaya Mewujudkan Ajeg Bali

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG JENIS, MUTU DAN TEMPAT PERTUNJUKAN KESENIAN DAERAH UNTUK WISATAWAN

WISATA EDUKASI-EKONOMI BERBASIS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL BALI. Abstrak

Drama Tari Kunti Sraya Kiriman: Ida Bagus Gede Surya Peradantha, S.Sn., MSn., Alumni ISI Denpasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

IDEOLOGI KOMODIFIKASI SENI PERTUNJUKAN BARONG DI BANJAR DENJALAN-BATUR, BATUBULAN, GIANYAR

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB I PENDAHULUAN. Tari Legong Lasem Gaya Peliatan Dibengkel Tari Ayu Bulan Bandung

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau

3. Karakteristik tari

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

KESENIAN BALI DI TENGAH INDUSTRI PARIWISATA DAN GELOMBANG ERA GLOBALISASI. Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si

ARTIKEL KARYA SENI KAJIAN ESTETIS DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TARI TELEK DI DESA JUMPAI KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 15. Foto Kendang Dalam Gamelan Terompong Beruk Foto: Ekalaiani, 2011.

SENI BUDAYA BALI. Tradisi Omed Omedan Banjar Kaja Sesetan Bali. Oleh (Kelompok 3) :

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

TARI BARIS RASA CINA Oleh I Nyoman Payuyasa Dosen Prodi Film dan Televisi FSRD ISI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

Okokan. Kiriman: I Nyoman Putra Janiasa, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia memiliki sektor pariwisata yang indah dan mampu bersaing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB 4 CINGCOWONG DI KUNINGAN ANTARA RITUAL DAN TARIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan oleh alam dengan segala fenomenanya dan bisa timbul dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

Resensi Buku Serba Serbi Tari Baris, Antara fungsi Sakral dan Profan Kiriman: Made Sudiatmika, Mahasiswa PS Seni Karawitan ISI Denpasar

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA

Schedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

SKRIPSI TARI REJANG MUANI DI PURA PUSEH DESA PAKRAMAN LUMBUAN KABUPATEN BANGLI

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

PEMENTASAN DRAMA GONG WIJAYAKUSUMA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL DI KELURAHAN ABIANBASE KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI MREGAPATI DI SANGGAR APTI BANGLI

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan)

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

Transkripsi:

1 BARONG KET SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN DI DESA BATUBULAN, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (LATAR BELAKANG DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER SEJARAH DI SMA) Made Pradnyana Putra 1, Ketut Sedana Arta S.Pd,M.Pd 2, Dra.Desak Made Oka Purnawati,M.Hum 3 Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha, e-mail:pradnyanaputra01@gmail.com sedana.arta@undiksha.ac.id,okapurna@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan unutuk (1)Bagaimana latar belakang munculnya Seni Barong Ket sebagai seni pertunjukan, (2)Bagaimana sistem pementasan Barong Ket sebagai seni pertunjukan di Desa Batubulan, Sukawati, Gianyar, Bali, (3) Nilai - nilai apa saja yang terdapat dalam Barong Ket sebagai seni pertunjukan di Desa Batubulan, Sukawati, Gianyar, Bali yang dapat dipergunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Dalam penelitian ini,menggunakan metode penelitian sejarah dengan tahap- tahap (1)Heuristik (Teknik Penentuan Informan, Teknik Observasi, Teknik Wawancara, Teknik Studi Dokumen) (2)Kritik Sumber,( Kritik Internal, Kritik Eksternal), (3)Interpretasi, (4)Historiografi. Penelitian ini menghasilkan temuan, yakni: (1)latar belakang munculnya Seni Barong Ket sebagai seni pertunjukan adalah perubahan tari Barong Ket yang awalnya disakralkan berubah menjadi tari profan yang khusus disuguhkan untuk wisatawan, (2)sistem pementasan Barong Ket sebagai seni pertunjukan di Desa Batubulan diawali dengan menghaturkan sesajen/canang di areal Stage, penari dan penabuh berias sebelum pementasan dimulai, pementasan Barong Ket terdiri dari lima babak, (3)Nilai-nilai apa saja yang terdapat dalam Barong Ket sebagai seni pertunjukan di Desa Batubulan, Sukawati, Gianyar, Bali yang dapat dipergunakan sebagai sumber pembelajaran sejarah adalah Nilai Hiburan, Nilai Religius, Nilai Mempertebal Rasa Solidaritas Sosial, Nilai Komunikasi, Nilai Estetika, Nilai Ekonomi. Kata kunci :Barong Ket, seni pertujukan, potensi, sumber belajar, ABSRACT This study aims to (1) How the background of the emergence of Barong Ket Art as the performing arts, (2)What about Barong Ket performance system as performing arts in Batubulan Village, Sukawati, Gianyar, Bali, (3)What values are contained in Barong Ket as performing arts in Batubulan Village, Sukawati, Gianyar, Bali that can be used as a source of historical learning. In this study, using historical research methods with stages (1)Heuristics (Determination Techniques Informants, Observation Techniques, Interview Techniques, Engineering Document Studies)(2) Source Criticism, (Internal Criticism, External Criticism), (3) Interpretation, (4) Historiography. This research produces the findings, namely: (1) the background of the emergence of Art Barong Ket as the performing arts is a change of Barong Ket dance that was originally sacred turned into a profane dance that is specially served for tourists, (2)Barong Ket staging system as performance art in Batubulan Village begins with the offering of the offerings in the Stage area, dancers and singers berias before the staging begins, Barong Ket stagi ng consists of five rounds, (3)(3) What values are contained in Barong Ket as performing arts in Batubulan Village, Sukawati, Gianyar, Bali that can be used as a source of history learning is Value of Entertainment, Religious Value, Value of Social Solidarity, Communication Value, Aesthetic Value, Economic Value. Keywords: Barong Ket, performing arts, potential, learning resources

2 PENDAHULUAN Pulau Bali sangat populer dikalangan wisatawan manca negara, karena masyarakat Bali terkenal sebagai masyarakat yang sangat kreatif dalam mengembangkan berbagai karya seni. Kreativitas seni budaya masyarakat Bali berkembang dalam berbagai bentuk, seperti seni lukis, seni patung, seni tabuh dan seni tari.perkembangan karya seni tersebut diyakini mampu memberikan sumbangan baik terhadap kehidupan pariwisata, ekonomi dan budaya masyarakat Bali. Masyarakat Bali menggolongkan kesenian menjadi tiga golongan yakni seni wali, seni bebali, dan seni balih-balihan. Seni wali adalah tarian sakral dan hanya dipentaskan pada saat upacara Dewa Yadnya (upacara persembahan untuk Ida Shang Hyang Widi) di pura, seperti tari Sanghyang, Baris gede, Rejang. Seni bebali adalah tarian sakral dan dipentaskan dalam kaitan dengan upacara keagamaan tertentu, misalnya upacara metatah. Tarian yang dipentaskan seperti Tari Topeng. Seni balihbalihan atau pertunjukan adalah seni hiburan yang bisa dipentaskan tanpa ada keterkaitan dengan upacara, contoh jenis ini adalah tari janger, arja, sendratari. Hampir di setiap banjar di Desa Batubulan mempunyai sekehebarong, namun ada yang bersifat profan dan ada yang bersifat sakral.hal ini terkait erat dengan keberadaan dari Barong Ket yang pada umumnya menjadi benda sakral yang sangat disucikan oleh warga masyarakat pemiliknya (penyungsung). Sedangkan keberadaan Tari Barong Ket yang bersifat profan dipentaskan untuk atraksi wisata seperti yang ada di Stage Banjar Tegaltamu, Stage Sila Budaya, Stage Banjar Denjalan, dan Stage Jambe Budaya. Fenomena ini menarik dan berpotensi dijadikan sumber belajar sejarah.seni Barong Ket dapat digunakan sebagai pengembangan sumber belajar sejarah di SMA khususnya di kelas X. Adapun materi yang bisa dihubungkan dengan keberadaan Seni Barong Ket terletak pada silabus SMA, kelas X kurikulum 2013 dengan pengamatan sumbersumber sejarah yang ada didekat lingkungan siswa yang nantinya dapat dikaitkan dengan sejarah peminatan atau sejarah lokal dengan Kompetensi Dasar (KD) 4.7 Melakukan penelitian sejarah secara sederhana dan menyajikannya dalam bentuk laporan penelitian. METODE PENELITIAN Peneliti menggunakan langkah-langkah dalam metode penelitian sejarah. Langkahlangkah penelitian yang akan dilaksanakan sebagai berikut :(1) HeuristikDalam kegiatan penelitian, peneliti nantinya tidak hanya mencari data di Desa Batubulan saja, akan tetapi peneliti juga mencari data ke berbagai instansi-instansi yang mengetahui data tentang Desa Batubulan. Langkah-langkah yang akan peneliti tempuh seperti: Teknik Penentuan Informan, Teknik Observasi, Teknik Wawancara, Teknik Studi Dokumen(2) Kritik

3 Sumber,Kritik Internal dan Kritik Eksternal, (3) Interpretasi, (4) Historiografi PEMBAHASAN 1. Latar Belakang Munculnya Seni Barong Ket Sebagai Seni Pertunjukan 1.1. Zaman Kerajaan Tari Barong Bali merupakan satu dari begitu banyak bentuk seni yang ada di Bali. Tarian Barong ialah sebuah tari tradisional yang biasa ditandai dengan adanya topeng hewan berkaki empat yang besar dan kostumnya dikenakan oleh satu hingga dua orang. Hadirnya pertunjukan menggunakan topeng, atapukan atau pertapukan (dalam prasasti Bebetin dari tahun 896 masehi) manarik untuk disimak. Alasannya, antara lain, bahwa pertunjukan topeng ini menandakan adanya keberlanjutan terhadap budaya pertunjukan yang melibatkan benda-benda seperti topeng yang sejak zaman Pra Sejarah dianggap sebagai yang memiliki kekuatan magis (keajaiban). Kemudian, pertunjukan ini juga menandakan bahwa tari menggunakan topeng sudah dikenal di Bali lebih dari seribu tahun yang lalu (Bandem, 1995. Dalam buku Dibia, 2013:17) Salah satu jenis tarian yang menggunakan topeng adalah Barong Ket. Menurut Bandem (2017) Banyak para sarjana memastikan bahwa asal mula Barong adalah tari singa Cina yang muncul selama dinasti Tang (abad ke 7-10) dan menyebar ke barbagai negara di Asia Timur. Nampaknya pertunjukan tari singa ini pada awalnya merupakan suatu bentuk pengganti dari pertunjukan singa asli oleh para penghibur keliling professional (sirkus) yang tampil di setiap pasar malam atau festival musiman. Bila dihubungkan dengan sang Budha, tari singa Cina memiliki konotasi sebagai pengusir bala yang hidup sampai masa sekarang. Dilihat dari fungsinya Barong-barong di Bali juga melakukan perjalanan ke luar desanya, berkeliling mengunjungi desa lain, mengadakan pementasan di jalan raya atau dirumah orang secara profesional, memungut uang untuk kepentingan kesejahteraan kelompoknya yang disebut ngalawang. 1.2. Zaman Pemerintahan Belanda Masa kerajaan dikatakan bahwa fungsi Barong Ket adalah kepentingan upacara saja, namun dibalik itu khususnya di Banjar Denjalan Desa Batubulan perkembangan dari tarian Barong Ket tersebut mengalami perkembangan, karena bukan hanya untuk difungsikan sebagai tari bebali tapi juga balih-balihan artinya pementasan tari Barong Ket untuk kepentingan pariwisata. Hal ini juga didukung sumber seniman Kerawitan Lelambatan, I Wayan Djebeg menceritakan sekilas pertunjukan Barong Ket di Batubulan khususnya di Banjar Denjalan, bahwa

4 SekeheBarong sudah pentas atau dikenal dengan istilah Mecobak,dimana pementasan Barong Ket ini diawali dari keinginan seorang warga Jerman yang bernama Walter Spies atau lebih terkenal dengan sebutan Tuan Tevis.Pementasannyadilakuka n setiap minggu atau dua minggu sekali, demikian seterusnya yang menyebabkan istilah mecobak tidak asing lagi didengar sampai sekarang oleh masyarakat Banjar Denjalan, Desa Batubulan.Pertunjukan Barong Ketyang dipentaskan di Banjar Tegaltamu dengan cerita Kala Ekek pada tahun 1940. Salah satu tokoh penggagas dalam pertunjukan tari Barong dari yang bernilai sakral menjadi profan adalah Walter Spies. Belaiu menetap di wilayah Ubud dengan aktivitas seni lukisnya. Diselasela waktu senggangya, beliau sering mengajak temannya yang menginap di Bali Hotel Denpasar untuk melihat pelaksanaan upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Bali. Dari tradisi upacara keagamaan yang dilihat oleh Walter Spies dan temannya tersebut, seiring berkembangnya pariwisata di Bali, dengan ilmu tentang budaya yang dimilikinya, Spies menemukan ide untuk mengembangkan tradisi tarian Barong sakral yang sering dilihat saat upacara keagamaan, kemudian agar tak menunggu saat upacara saja maka dipentaskan dalam pertunjukan untuk hiburan semata dan waktu pementasannya disesuaikan dengan kebutuhan pariwisata. 1.3. Zaman Pemerintahan Jepang Kesenian khususnya Seni Barong Ket pada zaman kedudukan Jepang mengalami kemerosotan akibat adanya perang antara Belanda dengan Jepang I Wayan Djebeg mengatakan bahwa sebagai akibat terjadinya perang antara Belanda dengan Jepang, dimana kekalahan terjadi di pihak Belanda, dan berakhir kekuasaan Belanda digantikan oleh Jepang.Pada pemerintahan zaman Belanda kesenian Tari Barong Ket mengalami perkembangan yang sangat pesat, namun dengan mulai berkuasanya Jepang keadaan berbalik seratus persen. Pada masa perang antara Belanda dengan Jepang semua tempat-tempat berkumpul dibakar habis oleh Jepang, karena itu pula pementasan Barong Ket sebagian besar hanya bisa dilakukan di Pura, lambat laun karena di Pura ada pementasan seni pertunjukan Barong Ket maka beberapa pura pun ikut dibakar. 1.4. Zaman Setelah Kemerdekaan Mengingat pengalaman yang terjadi pada masa pendudukan Jepang, bukan berarti nilai kesenian yang sudah ada sudah punah sampai keakar-akarnya, sebab tokoh-tokoh kesenian pada waktu itu masih hidup, I Wayan Djebeg mengatakan pada zaman kemerdekaan, perkembangan Seni Barong Ket khususnya di Banjar

5 Denjalan, Desa Batubulan sudah membaik seperti pada zaman pendudukan Belanda. Begitu pula aspek-aspek estetisnya sudah semakin tertata sesuai dengan perkembangan zaman. Barong Ket yang dulunya semua terbakar, dibuatkan lagi, baik untuk keperluan upacara maupun untuk kepentingan pariwisata. Untuk menghidari persaingan juga agar tamu yang menonton tidak memilih tempat karena alasan lakon yang berbeda, kehidupan kesenian Barong Ket pada masa setelah kemerdekaan semakin membaik dan adanya persamaan lakon yang dipentaskan yaitu Kunti Sraya. Walaupun ikhwal kesenian ini menjadi seni turistik sudah dimulai pada tahun 1930-an. Atas campur tangan seorang pelukis Jerman, Walter Spies, yang tinggal di Ubud yang sering mengajak teman-teman Baratnya menonton drama tari Calonarang di Desa Batubulan seperti di BanjarTegaltamu, Pagutan dan Banjar Denjalan Gianyar, bila ada odalan atau ritual agama di pura setempat. Untuk dapat menyaksikan seni pertunjukan seni Calonarang tanpa perlu menunggu odalan, atas saran Spies, seni pentas yang sakral itu, dibuatkan bentuk profannya dengan tetap mempertahankan penampilan Barong Ket dan Rangda. Kontruksi inilah, dengan pengembangan dan pemadatannya, yang kini lazim dinikmati oleh para wisatawan. (Geriya, 2007, 41) 2. Sistem Pementasan Tari Barong Ket 2.1. Sebelum Pementasan Tari Barong Ket Hampir semua pementasan seni di Bali diawali dengan hal sakral. Tanpa terkecuali tari Barong Ket. Meskipun dipentaskan hanya untuk menghibur toris ataupun wisatawan, pementasan Barong Ket tetap melaksanakan ritual sebelum pementasan dilaksanakan. Ritual yang dimaksudkan memohon izin agar diberikan kelancaran dalam kegiatan yang dilakukan oleh para Sekehe Barong Ket dengan menghaturkan sesajen berupa canang yang diletakkan ditempat khusus,yang di haturkan oleh salah seorang pemangku dan memanjatkan doa. Disisi lain anggota sekehe Barong sangat percaya bahwa kualitas serta daya pikat sajian seni pertunjukkan Bali akan sangat dipengaruhi oleh adanya kekuatan spiritual (kekuatan Tuhan), atau karisma penampilan, yang lebih dikenal dengan taksu. Untuk menghadirkan dan menghidupkan taksu dalam pertunjuukan, para seniman pada umumnya melakukannya dengan melaksanakan ritual terutama menjelang pementasan dengan menggunakan sesaji. Oleh sebab itu setiap sajian seni pertunjukan Bali selalu membutuhkan sesaji. (Dibia, 2012 : 6)

6 2.2. Berias Sebelum Pementasan Barong Ket Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam pementasan yaitu aksesoris dari pakaian sampai make up. 2.3. Pembukaan Pementasan Tari Barong Ket Pembukaan diiringi dengan gending atau nyanyian, diceritakan Barong dan kera adalah dua sahabat tatkala itu berada dalam sebuah hutan lebat. Kemudian muncul tiga orang bertopeng, tiga orang tersebut digambarkan sedang membuat tuak di tengah hutan belantara, dan terlihat marah dan membuat keributan dan gaduh di hutan karena anaknya meninggal dimakan harimau, dan akhirnya mereka bertemu dengan Barong dan kera, melihat Barong yang berwujud seperti harimau langsung menyerang Barong, dalam perkelahian tersebut, kera berhasil melukai salah satu hidung dari tiga orang bertopeng tersebut, dan akhirnya merekalari 2.4. Babak Pertama Pementasan Tari Barong Ket Babak I dalam babak pertama dalam sinopsis Tari Barong Ket ini diceritakan, munculnya pengikut-pengikut rangda yang dibawakan oleh 2 orang penari, pengikut rangda ini mencari pengikut Dewi Kunti (ibu dari para Pandawa) yang sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan maha patihnya. 2.5. Babak Kedua Pementasan Tari Barong Ket Babak II Muncul pengikut-pengikut Dewi Kunti, salah satu pengikut Rangda berubah wujud menjadi makhluk menyeramkan seperti Rangda, dengan kekuatan mistisnya kekuatan setan dari Rangda tersebut mampu mempengaruhi dan memasukkan kekuatan jahat kepada pengikut Dewi Kunti, sehingga mereka menjadi pemarah dibawah pengaruh kekuatan Rangda. 2.6. Babak Ke Tiga Pementasan Tari Barong Ket Babak III Diantara 5 bersaudara panca Pandawa, diceritakan Sahadewa yang sedang bersama Dewi Kunti. Dewi Kunti sendiri telah terikat janji dengan Rangda untuk menyerahkan Sahadewa kepada Rangda. 2.7. Babak Keempat Pementasan Tari Barong Ket Babak IV Dalam situasi seperti ini Sahadewa tidak bisa berbuat apa, apalagi Patih dan pengikutnya semua dalam pengaruh Rangda. Dan saat itulah turun Dewa Siwa memberikan keabadian dan kekuatan kepada Sahadewa tanpa diketahui oleh Rangda ataupun pengikutnya. 2.8. Babak Kelima Pementasan Tari Barong Ket Babak V Merupakan babak terakhir yang menjadi pertarungan sengit anatar Barong dan Rangda.Kekuatan mereka berimbang, samasama saktinya sehingga menjadi pertarungan abadi

7 tanpa ada yang kalah maupun menang 2.9. Alat Musik Yang Dipergunakan Untuk Mengiringi Seni Barong Ket Peralatan yang dipergunakan adalah Gong Kebyar. terdiri dari : gong yang dimainkan oleh seorang diri, klentong satu orang, klenang juga satu orang, calung dua orang, penyacah dua orang, jublag dua orang, kantil empat orang, gangsa empat orang, ugal satu orang, kempluk satu orang, cengceng satu orang, gender rambat dua orang, dan kendang juga satu orang. Jadi jumlah penabuh yang diperlukan dalam setiap pementasan Barong Ket sekitar 23 orang penabuh. 3. Nilai-nilai Yang Terdapat Dalam Seni Barong Ket 3.1. Nilai Hiburan Pada dasarnya seni sangat potensial sebagai sarana hiburan dan semua seni mengandung hiburan, misalnya tari Barong Ket. Dalam Tari Barong Ket terdapat nilai hiburan yang begitu menarik penonton. Hiburan merupakan perwujudan dari hasrat untuk memenuhi suatu pengalaman kejiwaan yang paling didambakan oleh batin manusia. Hiburan yang prima adalah rasa kebahagiaan yang pada dasarnya merupakan hasil komunikasi antara maksud (hasrat) dengan kejiwaan manusia (Najib, 1992:17) 3.2. Nilai religius Terdapat pada topeng yang dipergunakan penari dimana pada saat penari Barong Ket memakai topeng, maka para penari Barong Ketakan kelihatan metaksu. Sejalan dengan hal itu, Dibia (2017) mengatakan dalam seni pertujukan Bali, topeng dipergunakan dalam berbagai kesenian. Tiga genre seni pertunjukan Bali yang banyak menggunakan topeng adalah barong, legong, dan wayang wong. Barong adalah perwujudan mahluk mitologis, yang diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi warga masyarakat setempat dari berbagai marabahaya.dengan keyakinan seperti ini Barong sangat disucikan oleh masyarakat Hindu Bali.Ada kepercayaan dikalangan masyarakat setempat bahwa kekuatan magis Barong ada pada topeng yang dipergunakan. 3.3. Nilai Mempertebal Rasa Solidaritas Sosial Pesan yang tersimpan didalam Dunia seni tersebut menunjukkan betapa tingginya peranan seni bagi pemupukan rasa solidaritas sosial.hal tersebut tercermin dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para sekehebarong Ket baik didalam pentas maupun diluar pementasan.salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh para sekehebarong Ket yaitu menjelang hari raya besar agama Hindu, sebut saja

8 hari raya Galungan dan Kuningan. Mereka para anggota Sekehe Barongakan melakukan dalam istilah balinya mepatung atau yang lebih lazim dikenal dengan membagi daging babi untuk digunakan bahan sesajen untuk upacara Galungan. Kegiatan mepatung ini biasanya dilaksanakan sehari sebelum hari raya Galungan, yang di Bali dikenal dengan hari Penampahan Galungan. Dari kegiatan tersebut tercermin bahwa adanya rasa kekeluargaan diantara setiap anggota keluarga. Dimana mereka membagi rata daging babi yang mereka peroleh dari menyisihkan sebagian dari honor menarikan Barong Ket mereka. Dalam kegiatan mepatung tersebut, tidak ada memandang tinggi rendahnya derajat atau kasta seorang. Semua anggota sekehe dianggap sama. 3.4. Nilai komunikasi Yaitu saling kontak antara penari dan penabuh, supaya tidak terjadi miskomunikasi antara penari dan penabuh.seni sebagai sarana komunikasi barangkali bukanlah merupakan suatu hal yang baru bagi kehidupan manusia, lebih jelas lagi hal ini akan terlihat pada hakekat sastra sebagai suatu bentuk komunikasi yang pada dasarnya merupakan eksplorasi dan perenungan yang terus menerus mengenai makna dan penafsiran pengalaman manusia, maka studi tentang sastra membutuhkan metode tertentu yang mengasilkan penafsiran kreatif sebagai eksplorasi langsung antara pencipta dan penikmat karya sastra sedangkan wujud yang mewakili emosi dan perasaan terdalam seniman maupun dikenal olehnya muncul sebagai jembatan komunikasi dengan penonton (Yudiaryani, 1991:201). 3.5. Nilai estetika Perubahan dan pembaharuan estetik seni pertunjukan Bali dapat diklasivikasikan menjadi tiga, yaitu :Facial (perwajahan/penampilan), formal (bentuk dan struktur pertunjukan), dan total (keseluruhan bagian). Perubahan facial ditandai dengan adanya inovasiinovasi yang masih sebatas permukaan, perwajahan, atau penampilan.perubahan pada tingkat ini tidak sampai mengabaikan bingkai-bingkai formal, prinsip-prinsip estetik, elemen-elemen esensial, serta kebiasaan-kebiasaan lainnya yang berlaku bagi masing-masing genre seni pertunjukan.dalam melakukan inovasi seperti ini para seniman pada umumnya hanya menambahkan, antara lain, elemen naratif (lakon atau tema) yang baru, teknik permainan, pemadatan

9 waktu pentas, dan variasivariasi lainnya yang tidak bersifat prinsip. Oleh kreativitas seni seperti ini telah menghasilkan seniseni pertujukan tradisi dengan wajah atau penampilan baru (Dibia, 2012:7) Merupakan nilai-nilai keindahan yang menjadi dasar suatu ekspresi kesenian yang dianut oleh seniman maupun masyarakat umum.nilai-nilai keindahan sangat diperhatikan oleh para pemain, sehingga bila nilainilai itu sudah didapat maka penghargaan yang diperoleh bukan lagi diukur oleh upah yang didapat melainkan kepuasan batin yang diperoleh. 3.6. Nilai Ekonomi Dalam pembagian upah penari dan penabuh mendapatkan upah yang berbeda-beda sesuai dengan peranannya masingmasing.dalam pertunjukan tari Barong Ket, para anggota atau sekehe selalu mendapatkan upah.seiring berjalannya waktu, perubahan hasil atau upah dari setiap anggotapun berubah. Upah dari setiap sekehe Barong yang satu dengan sekehe barong lainnya berbeda-beda. Anggota sekehe barong rata-rata mendapatkan upah 30 ribu untuk penarinya dan 20 ribu untuk penabuh setiap harinya. Namun, sistem pembayaran untuk upah sekehe tersebut dibayaran setiap bulan PENUTUP sekali dengan perhitungan perhadirnya anggota kepertunjukan Barong Ket. A. Simpulan Tari Barong Bali merupakan satu dari begitu banyak bentuk seni yang ada di Bali. Tarian Barong ialah sebuah tari tradisional yang biasa ditandai dengan adanya topeng hewan berkaki empat yang besar dan kostumnya dikenakan oleh satu hingga dua orang.hadirnya pertunjukan menggunakan topeng, atapukan atau pertapukan (dalam prasasti Bebetin dari tahun 896 masehi) manarik untuk disimak.salah satu tari Barong yang terkenal di daerah Bali ialah tari Barong Ket.Kemunculan tari Barong Ket tidak dapat dipisahkan dari letak geografis Desa Batubulan yang sangat strategis dan sumber daya manusia yang memiliki kreatifitas seni yang sangat tinggi bahkan sudah terkenal dari sejak dulu.desa Batubulan terletak diantara Denpasar dan Ubud. Sehingga ketika Bali sekitar awal abad ke- 20 dimana Belanda telah berhasil menaklukan penguasa Bali, Bali pun diubah menjadi tempat wisata eksotis. Ketika Walter Spies berkunjung dari Bali Hotel Denpasar menuju ke Ubud, Walter Spies melewati daerah Batubulan dan secara langsung beliau menyaksikan sebuah tarian Barong sakral.dari situ kemudian Walter Spies menggagas agar tari Barong sakral berubah menjadi seni tari Barong yang bersifat profan.yang kemudian bisa dipertontonkan

10 sewaktu-waktu kepada wisatawan dan inilah yang kemudian berkembang sehingga melahirkan Stage-stage pementasan Barong Ket yang dikomersilkan oleh Desa Adat dan perorangan. Awalnya pementasan tari Barong Ket yang dipertunjukan kepada wisatawan bisa dibilang sederhana namun ketika permintaan pertunjukan tari Barong Ket meningkat secara derastis dari para wisatawan maka Desa Adat melakukan modifikasi agar pementasan tari Barong Ket bisa lebih propesional. Sebab dalam hal ini dengan naiknya permintaan wisatawan akan mengundang keuntungan yang lebih besar tidak saja untuk pelaku tari Barong Ket (sekehe gong dan pemain/penari) dan untuk Desa Adat. Tarian Barong Ket mengandung beberapa nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA kelas X Kurikulum 2013, nilai-nilai tersebut yaitu : Nilai Hiburan, Nilai Religius, Nilai Mempertebal Rasa Solidaritas Sosial, Nilai Komunikasi, Nilai Estetika, Nilai Ekonomi. B. Saran 1. Peneliti Agar tetap berperan aktif untuk menjaga dan melestarikan taribarong Ket dengan cara memasukkan tari Barong Ket ke dalam materi pembelajaran sejarah di SMA/SMK 2. Bagi Guru Kajian seni Barong Ketsangat sarat dengan nilainilai atau makna sehingga dapat dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah di SMA/SMK. 3. Bagi Masyarakat Mengingat seni Barong Ket, memiliki kebermaknan bagi masyarakat maka diharapkan masyrakat dapat melestarikannya. 4. Bagi Pemerintah Dalam pelestarian seni Barong Ket ini pemerintah diharapkan ikut berperan serta didalamnya. DAFTAR PUSTAKA Bandem, I Made dkk. 2017. Singapadu The Power Behind the Mask. Bentara Budaya Bali Dibia, I Wayan. 2012. Geliat Seni Pertujukan Bali. Denpasar: Buku Arti Dibia, I Wayan. 2013. Puspasari Seni Tari Bali. Denpasar: UPT Penerbitan ISI Geriya, I Wayan. 2007. Dalam Dinamika Pulau Dewata. Gianyar Najib, Emha Ainun. 1992. Indonesia Bagian Dari Desa Saya. Yogyakarta Si Press Yudi, Prof Dr, MA. 1991. Seni Pertunjukan Teater. Pustaka Pelajar

11