BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baru, seperti definisi pernikahan menurut Olson dan Defrain (2006)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah. dalam sebuah pernikahan. Seperti pendapat Saxton (dalam Larasati, 2012) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

memberi-menerima, mencintai-dicintai, menikmati suka-duka, merasakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial, oleh karena itu manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap pasangan yang telah menikah tentu saja tidak ingin terpisahkan baik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

2016 HUBUNGAN ANTARA FAMILY RESILIENCE DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PNS WANITA DI KOTA BANDUNG

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan. Pernikahan merupakan sarana dalam mempersatukan dua anak manusia

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dimensi yang dominan. Berikut adalah kesimpulannya : Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat :

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB V HASIL PENELITIAN. 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi dengan makhluk sosial lainnya. Dalam kehidupannya untuk menjalin hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Manusia terdorong untuk melakukan berbagai macam interaksi sosial. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan. Maslow dan Goble (dalam Mijilputri, 2015, h. 478) menjelaskan bahwa manusia memiliki kebutuhan dicintai dan dimiliki. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi oleh berbagai hal, yaitu dorongan untuk memiliki pasangan dan keturunan, keinginan untuk bersahabat dan keinginan untuk menjadi manusia yang dapat berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggalnya tersebut. Dalam membangun rumah tangga pasangan memiliki harapan-harapan perkawinan yang bahagia, berkualitas dan bertahan lama yang menjadi tujuan dari perkawinan tersebut (Atwater dan Duffy dalam Rumandor, 2011, h. 469). Harapan sebelum perkawinan tersebut belum tentu tercapai didalam sebuah perkawinan. Suami maupun istri yang telah memasuki kehidupan perkawinan pasti akan mendambakan kehidupan perkawinan yang bahagia dan memuaskan namun dalam sebuah perkawinan akan 1

2 muncul beberapa masalah, akan tetapi masalah-masalah tersebut akan menciptakan suasana yang akan membuat pasangan merasa lebih dekat ketika masalah tersebut dapat teratasi. Hasil penelitian kepuasan perkawinan menunjukan bahwa kepuasan perkawinan merupakan hasil akhir dalam hubungan perkawinan (Norton dalam Whisman, Uebelacker dan Weinstock 2004, h. 830). Kepuasan perkawinan merupakan sebuah persepsi terhadap kehidupan perkawinan seseorang yang diukur dari besar kecilnya kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu tertentu (Roach dalam Pujiastuti dan Sofia, 2004, h. 02). Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang kehidupan perkawinannya. Persepsi tersebut yang akan menentukan kepuasan atau ketidakpuasan individu dalam perkawinannya. Menurut (Snyder dalam Najarpourian, 2012, h. 373) kepuasan pernikahan didefinisikan sebagai konstruksi berbagai dimensi yang termasuk dalam kualitas komunikasi, interaksi, rekreasi dan kekompakan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan dan keluarga. Menurut (Sadarjoen 2005, h. 05) dari hasil penelitian kualitas perkawinan yang baik ditandai dengan komunikasi yang baik, keintiman dan kedekatan, seksualitas, kejujuran dan kepercayaan yang keseluruhannya itu menjadi sangat penting dalam menjalin relasi perkawinan yang memuaskan. Hubungan perkawinan dapat diartikan sebagai salah satu bentuk dari intimate relationships. Menurut (Eriksondalam Rumandor, 2011, h. 469) intimate relationship sangat bermanfaat

3 bagi individu dalam memasuki tahap perkembangan dewasa awal muda. Karena dapat menciptakan kedekatan yang dapat membentuk kestabilan, kekuatan dan bersifat merawat. Perkawinan merupakan komitmen emosional yang sah dari pasangan suami istri dalam berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi peran dan keuangan (Olson dalam Mijilputri, 2015, h. 478). Ketika seseorang masuk ke dalam sebuah perkawinan berarti orang tersebut telah siap berkomitmen dan siap untuk berbagi segala sesuatu yang dimiliki dari masing-masing pasangan baik lahir maupun batin. Menurut (Gunarsa dalam Ardhani, 2015, h. 358-359) ketika memasuki kehidupan perkawinan dua orang menjadi satu kesatuan yang saling merindukan, saling menginginkan kebersamaan, saling membutuhkan, saling memberi dukungan dan dorongan, saling melayani, kesemuanya diwujudkan dalam kehidupan yang dinikmati bersama. Setiap manusia memiliki alasan sebelum memutuskan untuk menikah. Beberapa orang memutuskan untuk menikah karena terdapat dorongan untuk kebutuhan akan pertemanan (companionship), mengesahkan hubungan seksual atau bahkan hanya sekedar untukmemenuhi ajaran budaya yang memiliki pendapat bahwa perkawinan adalah suatu keharusan dalam kehidupan manusia (Olsondalam Mijilputri, 2015, h. 478). Perkawinan memiliki dinamika dan romantika. Terkadang suami istri merasakan rumah tangganya berjalan dengan baik, segala permasalahan dapat diselesaikan dengan baik, dan pasangan merasa

4 bahagia dapat melewati permasalahan-permasalahan tersebut berasam-sama, ketika pasangan lain mengalami perselisihan, beradu pendapat, bahkan mengalami pertengkaran yang hebat. Ketika pasangan merasa hubungan meraka hambar serta mengalami kebosanan satu sama lain dalam menjalani rutinitas kehidupan rumah tangga. Hal tersebut sangat wajar asalkan tidak membuat hati keduanya saling menjauh (Gymnastiar dalam Srisusanti dan Zulkaida, 2013, h. 08). Elemen-element keluarga yang baik merupakan asas dalam membentuk masyarakat yang ideal yang mampu melahirkan suatu bangsa yang kuat serta bermartabat (Gymnastiar dalam Srisusanti dan Zulkaida, 2013, h. 08). Membangun rumah tangga yang baik adalah langkah awal untuk membangun negara yang makmur serta sejahtera. Rumah tangga yang baik adalah rumah tangga yang penuh keharmonisan dan kasih sayang, tidak ada rasa tertekan, tidak ada ancaman, dan jauh dari saling pro dan kontra serta pertentangan, karena di dalam rumah tangga akan tercipta anak-anak bangsa yang memiliki budi pekerti dan kepribadian yang baik yang akan meneruskan perjuangan negara. Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan tinggal bersama dalam satu rumah, tetapi beberapa pasangan suami istri tidak dapat tinggal satu rumah dalam waktu tertentu dikarenakan berbagai macam hal. Pasangan yang tidak tinggal bersama dalam satu rumah, terpaksa harus menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long

5 distance relationshipadalah pasangan yang dipisahkan oleh jarak dan terpaksa harus tinggal berjauhan karena tidak adanya kedekatan fisik dalam kurun waktu tertentu (Hampton dalam Dharmawijati, 2016, h. 240). Istri yang ditinggal suami bekerja dalam waktu yang cukup lama, tidaklah mudah untuk dijalani terutama bagi yang sudah memiliki anak karena dampak yang mungkin saja terjadi yaitu kesepian, stres, hubungan dengan keluarga menjadi tidak harmonis, pertengkaran, kecurigaan serta ketakutan yang kadang menjadi salah satu factor dalam pertengkaran rumah tangga. Waskito (dalam Litlioly dan Swastiningsih 2014, h. 54) mengatakan kadang-kadang dijumpai pasangan suami istri yang tinggal terpisah dikarenakan tugas dalam kurun waktu yang ditentukan, dapat menjadikan suamiistri merasa kesepian dan hal tersebut dapat membuat masing-masing dari pasangan ini tertarik pada lawan jenis yang bukan pasangannya. Sedangkan apabila daya tarik berkurang, maka suami dan istri kehilangan alasan terpenting dalam mempertahankan hubungan perkawinan. Menurut Pusat Studi Hubungan Long Distance pada tahun 2000 terdapat pasangan suami istri menjalin perkawinan jarak jauh dan jumlah ini meningkat pada tahun 2005. Setiap tahunnya jumlah keluarga yang menjalin perkawinan jarak jauh meningkat di Amerika Serikat (Time dalam Rachmawati dan Mastuti, 2013, h. 02).

6 Tabel 1 Jumlah perkawinan jarak jauh di Amerika Tahun Perkawinan Jarak JauhPersentase 2000 2,7 juta pasangan 2,63% 2005 3,6 juta pasangan 2,9% Indonesia menjadi salah satu negara yang sebagian penduduknya menjalani perkawinan jarak jauh (Long Distance Marriage)alasan yang paling dominan adalah masalah pekerjaan. Lapangan pekerjaan di Indonesia sangat terbatas, hal ini membuat seorang istri harus bekerja dan mencari tambahan penghasilan untuk membantu suami atau meringankan beban suami. Berkerja diluar negeri menjadi salah satu pilihan alternatif yang menjanjikan dengan cara mendaftarkan diri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Menurut data dari BNP2TKI yang diolah Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (Pusdatinaker) menyebutkan bahwa di Indonesia, data terakhir jumlah TKI yang diperoleh pada tahun 2013 di dominasi oleh perempuan. Tabel 2 Jumlah perkawinan jarak jauh di Indonesia TahunLaki-lakiPerempuan 2013 45,92% 54,08% Fenomena kehidupan suami istri yangn tinggal berjauhan ini menurut (Dyson dalam Mijilputri, 2015, h. 479) selaku salah seorang pengamat sosial semakin lazim dijumpai pada masyarakat sekarang

7 ini. Perkawinan jarak jauh ini sering terjadi pada pasangan suami istri dikarenakan setiap orang memiliki idealisme untuk bisa hidup mandiri, mencukupi kebutuhan hidup sendiri atau karena alesan tekanan ekonomi. Setiap perkawinan memiliki tujuan untuk membangun keluarga yang bahagia seperti kepuasan dalam perkawinan itu sendiri. Akan tetapi, keberhasilan sebuah perkawinan tidak selalu ditandai dengan lamanya sebuah perkawinan itu berlangsung dan bukan tentang perasaan yang dirasakan dari masing-masing pasangan tetapi dari sejauh mana pasangan merasakan kepuasan pada perkawinannya tersebut dengan saling berkejasama untuk memenuhi kebutuhan lahir maupun batin (Kompas dalam Fedora, 2013, h. 03). Salah satu pasangan yang menjalani perkawinan jarak jauh yang nyata adalah pada istri yang memiliki suami TNI-AD. Menjadi seorang istri prajurit tidaklah mudah. Untuk menikah saja harus melalui tahapan-tahapan yang sulit dan membutuhkan waktu yang lama baru kemudian bisa menikah, setelah menikah seorang istri tentara harus dapat beradaptasi dengan lingkungan, norma serta harus siap untuk ditingal bertugas oleh suami yang berprofesi sebagai TNI-AD. Berdasarkan hasil dari perbincangan yang dilakukan pada bulan Agustus 2016 dengan seorang istri yang memiliki suami dengan profesi sebagai TNI-AD tampak memiliki kepuasandanketidakpuasan perkawinannya.

8 Dalam perbincangan pada pasangan tersebut, perkawinan yang terjalin merupakan perkawinan yang memuaskan karena dalam kehidupan rumah tangganya terjalin komunikasi yang baik. Terlepas dari itu, pasangan suami istri ini berusaha untuk dapat mempertahankan keharmonisan rumah tangga mereka dengan cara menyempatkan atau menyisihkan sebagian waktu agar frekuensi komunikasi mereka tetap terjaga dengan baik. Pada pasangan suami istri yang menjalani hubungan jarak jauh komunikasi merupakan hal yang paling utama karena jika komunikasi berjalan dengan baik maka kebutuhan-kebutuhan yang lainnya dapat terpenuhi dengan baik begitupun sebaliknya. Kepuasan perkawinan ini juga didukung dengan kehadiran seorang anak perempuan yang saat ini berusia 4 tahun. Pada pasangan suami istri yang kedua, berdasarkan perbincangan istri dari suami TNI-AD ini merasa komunikasi mereka kurang berjalan dengan baik. Mereka sedang menjalani hubungan jarak jauh atau sedang tidak serumah. Pengungkapan rasa kasih sayang kurang berjalan dengan baik. Kerap terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat tetapi tidak dapat dipecahkan dengan baik karena komunikasi tidak terjalin secara intens. Penundaan hubungan seksual dikarenakan suami bertugas sebagai seorang TNI-AD. Pasangan suami istri ini memiliki 2 orang anak lai-laki yang saat ini berusia 4 tahun dan 2 tahun. Berdasarkan hasil wawancara terhadap subyek diatas dapat dikatakan bahwa dari beberapa persoalan yang muncul dalam sebuah

9 kehidupan perkawinan, masalah yang sering terjai adalah faktor kepuasan perkawinan dan ketiakpuasan perkawinan tersebut karena komunikasi yang kurang berkualitas. Pasangan yang memasuki kehiupan perkawinan jelas membawa kebutuhan, harapan dan keinginannya masing-masing. Setiap pasangan berharap dengan memutuskan untuk menikah maka kebutuhan, keinginan serta harapan-harapan mereka dapat terrealisasikan oleh pasangan mereka masing-masing. Segala permasalahan maupun konflik yang ada di Negara Republik Indonesia dapat terjadi kapanpun dan dimanapun. Jadi, istri yang memiliki suami seorang TNI-AD mengembang tugas negara dan harus bersedia ditugaskan kapanpun dan dimanapun atas perintah negara. Istri tidak hanya ditinggal sehari maupun dua hari jika suami sedang bertugas. Kisaran waktu yang ditugaskan kepada para anggota bisa berbulan-bulan hingga tahunan sesuai dengan penugasan. Pada penelitian kali ini penulis tertarik untuk meneliti apakah benar ada kepuasan perkawinan suami istri long distance relationship ditinjau dari kualitas komunikasi yang dilakukan istri TNI Angkatan Darat khususnya pada satuan yang sedang menjalani long distance relationship dengan usia perkawinan cooling off (5-10 tahun) karena fase ini merupakan fase rawan yang memungkinkan terjadinya perceraian. Kepuasan perkawinan menurut (Rho dalam Khan dan Aftab, 2013, h. 99) merupakan evaluasi subjektif oleh individu dari tingkat

10 kesenangan, kebahagiaan atau pemenuhan dalam hubungan suami istri antara pasangan dan diri sendiri. Kepuasan perkawinan seseorang ditentukan oleh tingkat terpenuhinya kebutuhan, harapan serta keinginan-keinginan dari pasangan yang bersangkutan. Pasangan akan mengalami suka duka kehidupan perkawinan demi mewujudkan kepuasan perkawinan. Pandangan individu terhadap kondisi yang dijalani sehari-hari menjadi dasar tolok ukur terhadap kepuasan perkawinan. Kriteria keberhasilan meliputi kepuasan dan kebahagiaan yang berlangsung secara terus menerus seperti usaha untuk saling menjaga, mengerti dan saling penyesuaikan satu sama lain (Gunarsa dalam Rachmawati dan Mastuti, 2003, h. 02). Pasangan yang menjalani Long Distance Marriage kemungkinan menemukan berbagai masalah yang berbeda dengan pasangan suami istri yang tinggal bersama. Masalah yang sering ditemukan adalah pada masalah kualitas komunikasi antar pasangan dibandingkan dengan pasangan yang tinggal serumah. Perkawinan yang dijalani melalui hubungan jarak jauh, termasuk hubungan yang tidak mudah untuk dijalani bagi pasangan yang tidak memiliki rasa kepercayaan yang tinggi. Hubungan seperti ini sangat mudah mendapatkan masalah. Hal-hal yang sangat memengaruhi perkawinan jarak jauh adalah, pekerjaan, studi dan masalah ekonomi. Banyak perkerjaan yang menuntut pasangan suami istri berpisah sementara waktu, misalnya harus keluar daerah demi kewajiban sebagai pegawai atau karyawan mau tidak mau harus meninggalkan keluarga untuk sementara demi melaksanakan

11 kewajiban tersebut. Tak jarang juga pasangan suami istri yang harus menjalani hubungan jarak jauh untuk mengejar studinya dan masalah ekonomi juga kerap menjadiakan suami istri harus terpisah karena suami harus merantau demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Dalam hubungan rumah tangga, jarak adalah hambatan komunikasi. Menurut penelitian (Kustantyo dalam Adelina dan Andromeda, 2014, h. 53) apabila komunikasi antara suami dan istri berjalan baik dan berkualitas, maka ketika pasangan menghadapi sebuah masalah dalam perkawinan akan lebih sabar dalam menghadapinya. Sedangkan menurut (Kurniawati dalam Adelina dan Andromeda, 2014, hal. 53) komunikasi yang berjalan secara efektif dapat meningkatkan komitmen perkawinan pada pasangan Long Distance Marriage (LDM). Sastropoetro (dalam Dewi dan Sudhana, 2013, h. 24) menyatakan bahwa dengan komunikasi yang baik berarti memelihara hubungan yang telah terjalin sehingga menghindari diri dari situasi yang dapat merusak hubungan. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang efektif, yang mempunyai ciri saling terbuka, empati, saling mendukung, sikap positif dan kesetaraan (Devito dalam Dewi dan Sudhana, 2013, h. 24). Hasil penelitian ((Defrain dan Olson dalam Dewi dan Sudhana, 2013, h. 24) menyimpulkan bahwa 90% pasangan suami istri merasakan kebahagiaan dalam hubungannya dengan berkomunikasi yang baik satu dengan lainnya sehingga pasangan dapat merasakan dan mengerti keinginan dan

12 perasaan pasangan serta apabila muncul suatu perbedaan atau konflik dapat diatasi dengan saling berkomunikasi. Sadarjoen (2005, h. 74) menyatakan bahwa komunikasi merupakan kunci dalam menjalani sebuah perkawinan yang harmonis. Menurut (Walgito, 2004, h. 58) jika dalam sebuah keluarga komunikasi berjalan baik maka akan terjalin rasa saling pengertian dan dapat membandingkan mana yang prioritas dan mana yang bukan prioritas, mana yang harus didahulukan dan mana yang dapat ditunda. Dengan demikian akan terbentuklah sikap yang terbuka. Untuk menciptakan kualitas komunikasi yang baik dengan tujuan untuk mencapai kepuasan perkawinan maka masing-masing pasangan harus mengerti perasaan yang sedang dirasakan satu dengan yang lain. Dengan begitu akan mudah bagi pasangan dalam berinteraksi dengan satu sama lain (Sadarjoen, 2005, h. 82). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perkawinan yang memuaskan dan ada pula perkawinan yang tidak memuaskan. Salah satu penyebab ketidakpuasan perkawinan tersebut adalah tidak memiliki kualitas komunikasi yang baik dalam berhubungan jarak jauh. Hal ini yang membuat pasangan berselisih paham yang berdampak pada kepuasan perkawinan. Dengan demikian penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Kepuasan Perkawinan pada Suami Istri Long Dstance Relatonship ditinjau dari Kualitas Komunikasi.

13 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik hubungan antara kualitas komunikasi dengan kepuasan perkawinan pasangan suami istri long distance relatiomship. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak dan hasil dari penelitian yang akan dilakukan, diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis dapat memberikan sumbangan yang berguna dan bermanfaat bagi kajian Psikologi Keluarga maupun Psikologi Perkembangan yang berkaitan dengan kepuasan pada pasangan suami istri long distance relatiomship serta kualitas komunikasi dalam perkawinan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi para pembaca khususnya pada pasangan suami istri hubungan jarak jauh dalam mencapai kualitas komunikasi sebagai salah satu penentu kepuasan perkawinan.