PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PRODUKTIF DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI IN HOUSE TRAINING

dokumen-dokumen yang mirip
HARLINA .

UPAYA PENINGKATKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA GURU MELALUI WORKSHOP DI SDN 20 SUNGAI LIMAU

EFEKTIFITAS MEDIA PEMBELAJARAN MIPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SMP N 3 TALAMAU. Yasman 1) 1 SMP N 3 Talamau

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP MELALUI ON THE JOB TRAINING DI SMP NEGERI 2 RANAH BATAHAN

Faisal 1) 1) 19 Lembah Melintang Pasaman Barat.

Yunisra .

Ali Arman 1) SMAN 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat

PENINGKATAN KUALITAS PENYUSUNAN RPP MELALUI MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH OLEH GURU DI SDN 18 SUNGAI LIMAU

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN KELENGKAPAN MENGAJAR MELALUI IN-HOUSE TRAINING DI SMPN 4 PASAMAN

UPAYA PENINGKATKAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING PADA GURU GEOGRAFI MELALUI WORKSHOP DI SMAN 1 PASAMAN

Masril . Keywords: Professional Teacher Competency, PTK Report, CLCK mentoring based mentoring model

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SENI BUDAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUANTUM LEARNING

Zulpan 1) 1. SMK N 1 Gunung Tuleh Keywords: learning ability of teachers, panel discussions, the Council Subject teachers.

PENERAPAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI KEGIATAN SUPERVISI AKADEMIK DENGAN PENDEKATAN REALISTIK DI SMA NEGERI 2 LUBUK BASUNG

Mistiawati SMAN 1 Pasaman

PENINGKATAN PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN MELALUI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMAN 1 PASAMAN.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGAJAR TEMATIK DI KELAS RENDAH DENGAN KEGIATAN PEER TEACHING PADA GURU DI SDN 27 PANGIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

PERAN KERJA NYATA PENGAWAS SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR KBM DI SDN 18 LUHAK NAN DUO

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY) Imam Rosyidi SDN Paciran I, Kecamatan Paciran, Kab.

PENINGKATAN KUALITAS PENYUSUNAN RPPH MELALUI MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH OLEH PENGAWAS TK DI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM)

PEMAHAMAN GURU PROGRAM STUDI TEKNIK GAMBAR BANGUNAN TENTANG RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMKN 1 SUMATERA BARAT

PELAKSANAAN TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL SEBAGAI IMPLEMENTASI KERJA KEPALA SEKOLAH DI SMAN 2 PASAMAN

PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL BAMBOO DANCING DI SEKOLAH DASAR

Ilmi SMA N 1 Lembah Melintang

Peningkatan Kompetensi Pendidik dalam Menyusun RPP melalui Supervisi Akademik pada MI se-kecamatan Paliyan Gunungkidul

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI PADA SISWA KELAS X.IPA.3 SMAN 1 LEMBAH MELINTANG

Samsuar SDN 001 Bintan Kecamatan Dumai Timur

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SIBONU

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS II SDN 12 LEMBAH MELINTANG

PELAKSANAAN IN HOUSE TRAINING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM MENYUSUN RPP BERKARAKTER

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

Yusliana 1) 1 SDN 18 Lembah Melintang. Keywords: Interest in Learning, Teaching PE, learning model demonstration

PENERAPAN TEKNIK TEAM TRAINING THREE AND ONE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Entrepreneurship

Suharyanto. UPT Dinas Pendidikan Kec.Tembarak Kab. Temanggung Kata kunci : Kompetensi, Guru TK, Bimbingan Berkelanjutan, RKH

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN SIPETE

JURNAL PGSD INDONESIA P-ISSN E-ISSN Vol 3 No 1 Tahun 2017

Briandika Doni Arnanda Dr. T.Sulistyono, M.Pd., MM. Universitas PGRI Yogyakarta ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SOSIOLOGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS X IPS

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN FOOD AND BEVERAGE SERVICE

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI

Keywords: Teacher Competence, Lesson Plan Adjustment, continuous counseling PENDAHULUAN

PENERAPAN MOTODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA

INTEGRASI GALERI BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU BAHASA INDONESIA MERENCANAKAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DENGAN TEKNIK PELATIHAN ON-THE-JOB TRAINING

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB II KAJIAN TEORI. diinginkan untuk siswa dapat diraih dengan baik dan optimal.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SD N 16 PADANG BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA

PENGGUNAAN PERTANYAAN PRODUKTIF PADA LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK MAHASISWA PADA MATA KULIAH PROGRAM LATIHAN PROFESI I (PLP I)

Oleh: Sholhan Efendy, Prodi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENALAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING DI SDN 09 AIR PACAH PADANG

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL WORD SQUARE DI SDN 26 PELANGAI KECIL KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU KIMIA MELALUI PELATIHAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF DI BANYUWANGI

PELAKSANAAN IN HOUSE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Oleh: Ari Herliyanto, Pendidikan Teknik Elektronika, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.

(Seminar Nasional Lembaga Kebudayaan) Edisi 1 Tahun 2017 Halaman E-ISSN

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS II SDN SIDOTOPO WETAN I SURABAYA

Herlina Suryati. SDN 47 Pangian Kecamatan Lintau Buo Kabupaten Tanah Datar

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 105 PEKANBARU

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F

PENGARUH SERTIFIKASI TERHADAP KINERJA GURU DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMK NEGERI 4 PEKANBARU JURNAL

Meningkatkan Aktivitas, Respon, dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS MELALUI SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS DI SMP N 4 PASAMAN. Hartasani .

PREZI INNOVATION USAGE TO INCREASE 10 TH BOGA CLASS STUDENT LEARNING MOTIVATION IN SANITATION, HYGIENE & SAFETY LEARNING SUBJECT IN SMKN 4 SURAKARTA

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR K3LH DI SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

Hasil Belajar, Pembelajaran Tematik, Metode Make A Mact

PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRIT BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI

PADA SISWA KELAS XII.IPS4 SMA N 1 KINALI

PENGGUNAAN GAMBAR BERANGKAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULISKAN ISI HATI

TINJAUAN PELAKSANAAN PRAKTEK DASAR KERJA KAYU SISWA KELAS X TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DI SMK NEGERI 1 PADANG

STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LISTENING BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IX.E SMP NEGERI I BAJENG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS V SDN 17 SAPAN KECAMATAN BATANG KAPAS

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED TEACHING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SIDOARJO MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PPKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IX.1 SMP N 4 PASAMAN. Sudirman 1) 1 SMP N 4 Pasaman

Suharni SDN 35 Sungai Limau .

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DEMOKRASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS III SDNEGERI PENDOWOHARJO SLEMAN

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG STRUKTUR BATANG DAN FUNGSINYA MELALUI METODE DEMONSTRASI

Transkripsi:

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PRODUKTIF DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI IN HOUSE TRAINING (IHT) DI SDN 09 SUNGAI LIMAU Yuliarni SDN 09 SUNGAI LIMAU Email: yuliarni09@gmail.com ABSTRACT Based on the results of observations and supervision conducted by the authors showed that the pedagogic competence of teachers in preparing the RPP is still low. The purpose of this study is to describe and obtain information about the improvement of pedagogic competence of productive teachers in preparing the Learning Implementation Plan (RPP) through In House Training (IHT) at SDN 09 Sungai Limau. This study is a school action research. The research procedures in this study include planning, action, obeservation and reflection. This study consists of two cycles with four meetings. The subjects consisted of 6 productive teachers teaching at SDN 09 Sungai Limau. The data were collected using obeservation sheets. Data were analyzed using percentages. The results showed that the implementation of In House Training (IHT) can improve the pedagogic competence of teachers in preparing the RPP. This is evidenced by the average value of the initial competence of teachers before the program is 74. Then after IHT activities there is an increase in cycle I is 78.70 (good) and after that increases in cycle II to 87.56 (very good). Keywords: Pedagogic Competency, IHT, RPP ABSTRAK Berdasarkan hasil pengamatan dan supervisi yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik guru dalam menyusun RPP masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mendapatkan informasi tentang peningkatan kompetensi pedagogik guru produktif dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) melalui In House Training (IHT) di SDN 09 Sungai Limau. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah. Prosedur penelitian dalam penelitian ini meliputi perencanaan, tindakan, obeservasi dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan empat kali pertemuan. Subjek penelitian terdiri dari 6 orang guru produktif yang mengajar di SDN 09 Sungai Limau. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan lembaran obeservasi. Data dianalisis dengan menggunakan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan In House Training (IHT) dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam menyusun RPP. Hal ini dibuktikan dengan dari nilai rata-rata awal kompetensi guru sebelum dilakukan program yaitu 74. Kemudian setelah dilakukan kegiatan IHT terdapat peningkatan pada siklus I adalah 78,70 (baik) dan setelah itu meningkat pada siklus II menjadi 87.56 (Amat baik). Kata Kunci: Kompetensi Pedagogik, IHT, RPP 455

PENDAHULUAN Sebagai guru yang professional, guru dituntut untuk memiliki empat kompetensi khusus. Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV pasal 10 menyatakan bahwa kompetensi yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui Pendidikan Profesi. Berdasarkan hal di atas, jelas bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik. Untuk lebih jelasnya kompetensi pedagogik guru menurut Standar Nasional Pendidikan dalam Mulyasa (2008:75) menjelaskan bahwa: kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu kemampuan atau unsur kompetensi pedogogik yang harus dikuasai oleh guru. Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario pembelajaran. RPP memuat KD, indikator 456 yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional Pendidikan menyatakan standar proses merupakan salah satu SNP untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang mencakup: 1) Perencanaan proses pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses pembelajaran, ) Penilaian hasil pembelajaran, 4) dan pengawasan proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dikembangkan oleh guru pada satuan pendidikan. Guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan dan supervisi yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terjadi di lapangan yaitu seperti masih ditemukan adanya guru yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuat dengan alasan ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah membuat RPP masih ditemukan adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian (soal, skor dan kunci jawaban), serta langkah-langkah kegiatan 456

pembelajarannya masih dangkal, Soal, skor, dan kunci jawaban merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, rencana metode atau model pembelajaran yang digunakan juga terkesan menggunakan metode yang kurang bervariasi, kebanyakan hanya menggunakan metode caramah. Berdasarkan data bahwa kemampuan guru dalam menyusun RPP masil berada pada nilai 74. Dengan keadaan demikian, peneliti sebagai kepala sekolah berusaha untuk memberi bimbingan berkelanjutan pada guru dalam menyusun RPP secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan bagian dari standar nasional pendidikan. Hal itu juga sesuai dengan Tupoksi peneliti sebagai kepala sekolah berdasarkan Permendiknas No.12 Tahun 2007 tentang enam standar kompetensi kepala sekolah yang salah satunya yaitu membina guru. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peneliti bermaksud mengadakan sebuah penelitian tindakan sekolah dengan judul Peningkatan kompetensi pedagogik Guru Produktif Dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Melalui In House Training (IHT) Di SDN 09 Sungai Limau. KAJIAN PUSTAKA Pedagogik terdiri dari dua istilah yaitu paedas yang berarti anak, dan agogos yang artinya pendidik atau memelihara objek kajian pedagogik disebut sebagai dasar-dasar ilmu mendidik, Aliasar dkk (2006:5) kompetensi pedagogik sangat penting dimiliki oleh guru. Pedagogik adalah teknik-teknik yang digunakan dalam mendidik anak. Guru yang baik harus mampu mengenal anak didiknya, kemudian memberikan bantuan agar dapat belajar dan mengembangkan diri secara maksimal. Untuk lebih jelasnya kompetensi pedagogik guru menurut Standar Nasional Pendidikan dalam Mulyasa (2008:75) menjelaskan bahwa: kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Selanjutnya Mulyasa (2008:75) menjelaskan kompetensi pedagogik guru mencakup pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik. Mulyasa (2007) menyatakan bahwa kemampuan mengelola pembelajaran dapat dianalisis ke dalam beberapa kompetensi, antara lain mencakup: a) pemahaman terhadap peserta didik, b) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, c) mengevaluasi hasil belajar, d) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik adalah penerapan atau aplikasi pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik, 457

pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut Hamid (2010) Banyak hal yang dapat mempengaruhi dalam proses belajar peserta didik sehingga menentukan kualitas hasil belajar siswa. Guru atau pendidik adalah salah satu dari faktor eksternal lingkungan sosial. Keberhasilan seorang peserta didik dalam meraih prestasinya tidak terlepas dari keberhasilan guru yang mendidiknya. Guru yang sukses mendidik para peserta didiknya memiliki kemungkinan melahirkan seorang peserta didik yang berprestasi, karena itu pihak kepala sekolah perlu memperhatikan mutu dan kualitas guru yang pengajarnya. Hal ini penting didahulukan karena keberadaan guru yang profesional dan berkualitas akan sangat menentukan muncul atau tidaknya nilai prestasi peserta didik. Eksistensi seorang guru tidak hanya dituntut untuk memberikan pengajaran sesuai bidang yang menjadi keahliannya, namun, selain itu kehadiran seorang guru juga dituntut menjadi suri tauladan yang baik bagi para peserta didiknya. Sebuah bidang mata pelajaran seharusnya dipegang oleh guru yang memang memiliki keahlian di bidangnya. Hal ini akan memberikan peluang bagi terselenggarakannya proses belajar mengajar yang efektif dan kondusif, selain itu juga memberi peluang bagi tuntasnya pelajaran untuk dipelajari secara mendalam. Dalam rangka mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar. Silabus merupakan pegangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang sifatnya masih umum/luas. Silabus tersebut sebaiknya disusun sebagai program yang harus dicapai selama satu semester\ atau satu tahun ajaran. Untuk pegangan dalam jangka waktu yang lebih pendek, guru harus membuat program pembelajaran yang disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan satuan atau unit program pembelajaran terkecil untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana penyampaian suatu pokok atau satuan bahasan tertentu atau satu tema yang akan dibahas. Isi dan alokasi waktu setiap RPP ini tergantung kepada luas dan sempitnya pokok/satuan bahasan yang dicakupnya. Misalnya suatu pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu hanya 2 jam pelajaran, mungkin bisa selesai diajarkan dalam satu kali pertemuan saja. Tetapi pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu 4 jam pelajaran perlu disampaikan dalam dua kali pertemuan. Supaya tidak terlalu kaku/rigid, tidak perlu membuat RPP untuk setiap kali pertemuan secara terpisah-pisah, namun bisa diatur untuk satu RPP misalnya mencakup materi pembelajaran untuk -4 kali pertemuan. 458 458

Komponen-komponen RPP ini lebih rinci dan lebih spesifik dibandingkan dengan komponen-komponen dalam silabus. Bentuk RPP yang dikembangkan pada berbagai daerah atau sekolah mungkin berbeda-beda, tetapi isi dan prinsipnya seharusnya sama. Komponen minimal yang ada dalam RPP adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, penilaian hasil belajar. Sedangkan pengertian dari IHT atau In House Training adalah Setiap pemimpin bertanggung jawab untuk memajukan atau mengembangkan bawahannya, tidak menjadi soal tingkat pimpinannya. Tanggung jawab itu timbul sejak pegawai itu resmi diterima menjadi pegawai. Dengan memajukan atau mengembangkan pegawai ini dimaksudkan setiap usaha pimpinan untuk menambah keahlian atau efesiensi kerja dari bawahannya dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan menempatkan ia dalam jabatan yang setepat-tepatnya. Usaha untuk memenuhi maksud ini ialah dengan berbagai tindakan seperti melatih, mempromosikan, dan memindahkan. Melatih pegawai merupakan tugas setiap pimpinan. Bukan saja sebagai pegawai baru, tetapi pula pada saat seseorang dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi atau pada saat perubahan teknologi yang diterapkan ke dalam instansi. Agar para pegawai tersebut dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik perlu diberikan latihan. In House Training (IHT) adalah pelatihan SDM atau pelatihan pegawai yang pelaksanaannya berdasarkan permintaan instansi. In House Training (IHT) adalah sebuah program pelatihan yang diselenggarakan oleh sebuah instansi dengan menggunakan tempat pelatihan, peralatan pelatihan, menentukan peserta, dan juga dengan mendatangkan trainer/narasumber sendiri. Terkadang ada juga trainer yang menawarkan paket pelatihan yang mana sekolah cukup menentukan topik pelatihannya saja. Semua peralatan, trainer, dan tim yang mempersiapkan acara in house training tersebut adalah dari tim trainer. Umumnya pelatihan ini diadakan oleh Dinas/ Institusi/ Perusahaan/ Sekolah yang menginginkan peningkatan sumber daya manusia di dalam organisasinya. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah, model Stephen Kemmis dan Mc. Taggart (1998) mengadopsi dari Suranto, 2000; 49, model ini menggunakan sistem spiral yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah. Peneliti menggunakan model ini karena dianggap paling praktis dan aktual. Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah pendekatan kualitatif, sebab penelitian ini dilakukan karena terjadi permasalahan kompetensi pedagogik guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Permasalahan ini ditindak lanjuti dengan cara mendatangkan melakukan program In House Training (IHT), yang akan menyajikan bagaimana RPP yang baik dan lengkap serta membimbing dan melatih guru secara langsung untuk menyusun RPP. Kegiatan dilkukan dengan membuat sebuah perencanaan dan mewujudkannya dalam 459

bentuk tidakan dan diamati kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan uji coba kembali dari siklus ke siklus berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 09 Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman. Subjek dalam penelitian ini adalah 6 orang guru produktif yaitu guru kelas 1 sampai kelas 6. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan pada semester Genap tahun pelajaran 2015/2016. Waktu yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian tindakan sekolah ini yaitu selama II siklus 4 kali pertemuan siklus I Pertemuan 1 Rabu, 1 Februari 2016 Pertemuan 2 Kamis, 14 Februari 2016 dan siklus II Pertemuan 1 Rabu, 21 Februari 2016 Pertemuan 2 Kamis 22 Februari 2016. Penelitian dilakukan pada terhadap guru produktif di SDN 09 Sungai Limau. Penelitian ini dilaksanakan melalui dua siklus empat kali pertemuan dengan menerapkan metode yang telah direncanakan. Rangkaian kegiatan tersebut menurut Kemmis (1992:21) adalah: 1) Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan, 2) Melaksanakan tindakan, ) Pengamatan/ monitoring, 4) Refleksi hasil pengamatan, sebagai perubahan/revisi perencanaan untuk pengembangan selanjutnya. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan program setelah proses pembimbingan setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan penilaian terhadap kualitas penyusunan RPP yang dilakukan oleh guru yang disesuaikan dengan standar proses dan standar penilaian. Program ini dikatakan berhasil apa bila seluruh guru memperoleh nilai A (80-100) dalam menyusun atau 460 dengan kata lain guru memiliki kompetensi yang amat baik dalam menyusun RPP. Untuk melihat kemampuan guru dari suatu pertemuan ke pertemuan selanjutnya, dan dari siklus I ke siklus II digunakan persentase. Adapun kriteria penilaian sebagai berikut: 80 100 = A (Sangat Baik) 70 79 = B (Baik ) 60 69 = C (Cukup) 59 = D (Kurang) HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Berikut ini disajikan gambaran materi pembelajaran pada setiap siklus dan hasil pengamatan pada siklus I yang merupakan landasan pertama untuk perencanaan siklus berikutnya. Hasil dari penelitian pada siklus I akan menjadi tolak ukur perubahan dan perbaikan yang sesuai terhadap proses dan teknik yang akan diterapkan pada siklus II. Siklus satu dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada hari Rabu, 1 Februari 2016 dengan materi konsep dasar tentang perencanaan pembelajaran dan pemberian tugas individu menyusun RPP sesuai dengan bidang mata pelajaran masing-masing. Pertemuan kedua pada hari Kamis, 14 Februari 2016 yaitu memeriksa kelengkapan mengajar yang telah disusun oleh Guru kemudian menganalisis bersama dan kemudian guru diminta untuk memperbaiki RPP yang telah disusun sesuai dengan saran perbaikan. Dalam kegiatan In House Training (IHT), peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan lembaran observasi. 460

Hal tersebut antara lain: mengamati kegiatan guru secara komprehensif dengan memanfaatkan alat perekam data yang sudah disiapkan. Dalam melaksanakan kegiatan ini, kepala sekolah bertindak sebagai pengamat. Sementara itu, narasumber bertindak sebagai pembimbing sekaligus pengamat. Berikut ini adalah hasil deskripsi dari praktek yang dilakukan oleh guru produktif dalam menyusun RPP di SMK N 1 Tanjung Raya dengan menggunakan program In House Training (IHT). Tabel. Lembar Nilai Observasi Guru dalam Menyusun RPP pada Siklus 1 No 1 2 4 5 6 Nama Kemampuan dalam 1 2 4 5 6 7 8 jmlah Ratarata Kriteria Guru Kelas 1 90 81 85 82 85 90 80 80 67 84.1 A Guru Kelas 2 92 75 8 81 78 77 80 80 646 80.75 A Guru Kelas 90 79 80 78 76 7 70 75 621 77.6 B Guru Kelas 4 91 82 85 82 79 80 70 70 69 79.88 A Guru Kelas 5 85 80 8 81 78 77 70 70 624 78.00 B Guru Kelas 6 85 79 80 78 76 7 80 82 6 79.1 B 12 12 12 Jumlah 120 1282 Rata-rata Perindikato r 82.50 80.1 10 7 81.6 9 75 79.6 9 7 77. 1 12 7 77. 1 14 75.8 8 120 2 75.1 10074 629.6 Kriteria A A A B B B B B B 1259. 25 78.70 Rata-rata kompetensi guru dalam menyusun RPP dapat dilihat pada gambar berikut ini. 85 80 75 84.1 Kompetensi Menyusun RPP 80.75 77.6 79.88 78 79.1 Guru 85 80 75 70 65 Pencapaian masing-masing indikator 82.5 80.1 81.69 79.69 77.1 75.88 75.1 Series 1 71.1 1 2 4 5 6 7 8 70 1 2 4 5 6 Jika dilihat berdasarkan indikator kompetensi guru dalam menyusun RPP maka kompetensi guru tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan In House Training (IHT) untuk meningkatkan kompetensi pedagogic guru dalam menyusun RPP dan hasil analisis dari lembaran nilai observasi, maka ditemukakan bahwa secara keseluruhan rata- 461

rata guru telah memiliki kompetensi yang baik. Bila dianalisa hasil RPP yang dibuat oleh guru dalam masing-masing indikator bahwa baru tiga indikator yang dicapai oleh guru dengan kategori amat baik yaitu penyususnan identitas mata pelajaran, perumusan indicator, perumusan tujuan pembelajaran. Sementara itu, lima indikator lagi masih berada pada kategori baik yaitu pemilihan materi ajar, pemilihan sumber belajar, pemilihan media belajar, skenario pembelajaran, penilaan. Selanjutnya akan N o 1 2 4 5 6 dilaksanakan pada siklus dua karena beluam sesuai dengan hasil yang diharapkan. Siklus dua dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada hari Rabu, 21 Februari 2016 dan pertemuan kedua pada hari Kamis, 22 Februari 2016. Berikut ini adalah hasil deskripsi dari praktek yang dilakukan oleh guru produktif dalam menyusun RPP di SDN 09 Sungai Limau dengan menggunakan program In House Training (IHT) pada siklus II. Tabel 4. Lembar Nilai Observasi Guru dalam Menyusun RPP pada Siklus II Nama Kemampuan dalam 1 2 4 5 6 7 8 jmlah Ratarata Kriteria Guru Kelas 1 90 81 85 90 85 90 80 80 681 85.1 A Guru Kelas 2 92 75 8 90 78 77 80 80 655 81.88 A Guru Kelas 90 81 85 90 85 90 80 80 681 85.1 A Guru Kelas 4 91 82 85 82 92 80 70 70 652 81.50 A Guru Kelas 5 85 80 8 81 90 77 90 90 676 84.50 A Guru Kelas 6 85 80 80 78 91 85 87 82 668 8.50 A 140 10 15 16 15 1 129 1069 17.0 4 4 2 9 6 6 0 Jumlah Rata-rata Perindikator 87.6 9 81.5 0 84.6 85.1 84.5 6 8.6 9 81.0 0 12 85 80. 1 668.5 0 87.56 Kriteria A A A A A A A A A Berdasarkan Tabel 4 diatas, dapat dibuat kesimpulan bahwa secara umum, kompetensi pedagogik guru produktif dalam menyusun RPP sudah berada dalam kategori baik dengan rata-rata nilai yang diperoleh guru adalah 87.56 (Amat baik). Rata-rata kompetensi guru dalam menyusun RPP dapat dilihat pada gambar berikut ini. 86 84 82 80 78 85.1 Kompetensi 85.1 Menyusun 84.5 RPP 8.5 81.88 81.5 1 2 4 5 6 Guru 462 462

Jika dilihat berdasarkan indikator kompetensi guru dalam menyusun RPP maka kompetensi guru tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini. 90 88 86 84 82 80 78 76 87.96 Pencapaian masing-masing indikator 84.6 85.1 84.56 8.96 81.5 Series 1 81 80.1 1 2 4 5 6 7 8 Berikut ini adalah hasil refleksi terhadap kegiatan In House Training (IHT) yang dilakukan di SDN 09 Sungai Limau untuk meningkatakam kompetensi pedagogic guru dalam menyusun RPP. Pada siklus dua pertemuan pertama pada hari Rabu, 21 Februari 2016 dan pertemuan kedua pada hari Kamis, 22 Februari 2016. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan In House Training (IHT) untuk meningkatkan kompetensi pedagogic guru dalam menyusun RPP dan hasil analisis dari lembaran nilai observasi, maka ditemukakan bahwa secara keseluruhan rata-rata guru telah memiliki kompetensi yang amat baik. Bila dianalisa hasil RPP yang dibuat oleh guru dalam masing-masing indikator bahwa baru seluruh indikator yaitu delapan indikator meliputi: penyususnan identitas mata pelajaran, perumusan indicator, perumusan tujuan pembelajaran pemilihan materi ajar, pemilihan sumber belajar, pemilihan media belajar, skenario pembelajaran, penilaan dicapai oleh guru dengan kategori amat baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam menyusun RPP dari siklus I ke siklus II. Rata-rata kompetensi pedagogic guru dalam menyusun RPP pada siklus I adalah 78.70 (baik) dan pada siklus II adalah 87.56 (Amat baik), dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Untuk lebih ringkasnya, peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. Perkembangan Kompetensi Pedagogik Guru dari Siklus I ke Siklus II No 1 2 4 5 6 Nama Rata-rata SIKLUS I Kriteria SIKLUS II Rata-rata Kriteria Guru Kelas 1 84.1 A 85.1 A Guru Kelas 2 80.75 A 81.88 A Guru Kelas 77.6 B 85.1 A Guru Kelas 4 79.88 A 81.50 A Guru Kelas 5 78.00 B 84.50 A Guru Kelas 6 79.1 B 8.50 A Jumlah 1259.25 17.00 Rata-rata Perindikator 78.70 87.56 Kriteria B A 46

Berdasarkan tabel 5. Diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kompetensi dari masing-masing guru dalam menyusun RPP. Untuk lebih mudah dalam mehami peningkatan kompetensi guru, dapat dilihat pada gambar 9 berikut ini. 86 84 82 80 78 76 74 72 84.1 80.75 77.6 79.88 78 79.1 1 2 4 5 6 Series 1 Series 2 Berdasarkan data awal kompetensi guru sebelum dilaksanakannya program IHT rata-rata kompetensi guru masih berada dibawah nilai 80 yaitu 74 dalam menyusun RPP. Namun setelah dilakukan penelitian tindikan ini, terdapat peningkatan yaitu dari siklus I ke siklus II. Rata-rata kompetensi pedagogic guru dalam menyusun RPP pada siklus I adalah 78.70 (baik) dan pada siklus II adalah 87.56 (Amat baik), dengan uraian sebagai berikut: 1. Kompetensi guru dalam menyusun identitas mata pelajaran pada sisklus I berada pada kategori amat baik dengan skor pencapaian 82.50. Kemudian meningkat menjadi 87,1 (amat baik) pada siklus II 2. Kompetensi guru dalam merumusan indicator pada sisklus I berada pada kategori amat baik dengan skor pencapaian 80,1. Kemudian meningkat menjadi 81,50 (amat baik) pada siklus II. Kompetensi guru dalam merumusan tujuan pembelajaran pada sisklus I berada pada kategori baik dengan skor pencapaian 81,69. Kemudian meningkat menjadi 84,6 (amat baik) pada siklus II 4. Kompetensi guru dalam memilih materi ajar pada sisklus I berada pada kategori baik dengan skor pencapaian 79,69. Kemudian meningkat menjadi 85,1 (amat baik) pada siklus II 5. Kompetensi guru dalam memilih sumber belajar pada sisklus I berada pada kategori baik dengan skor pencapaian 77,1. Kemudian meningkat menjadi 84,56 (amat baik) pada siklus II 6. Kompetensi guru dalam memilih media belajar pada sisklus I berada pada kategori baik dengan skor pencapaian 77,1. Kemudian meningkat menjadi 8,69 (amat baik) pada siklus II 7. Kompetensi guru dalam menetapkan scenario pembelajaran pada sisklus I berada pada kategori baik dengan skor pencapaian 75,88. Kemudian meningkat menjadi 81,00 (amat baik) pada siklus II 8. Kompetensi guru dalam menetapkan merencanakan penilaian pada sisklus I berada pada kategori baik dengan skor pencapaian 75,1. Kemudian meningkat menjadi 80,1 (amat baik) pada siklus II. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan In Housse Training (IHT) dapat meningkatkan kompetensi 464 464

pedagogik guru dalam menyusun RPP. Hal ini dibuktikan dengan dari nilai rata-rata awal kompetensi guru sebelum dilakukan program yaitu 74. Kemudian setelah dilakukan kegiatan IHT terdapat peningkatan yaitu kompetensi kompetensi pedagogic guru dalam menyusun RPP meningkat menjadi siklus I adalah 78,70 (baik) dan setelah itu meningkat pada siklus II menjadi 87.56 (Amat baik). SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Kepala sekolah dapat meningkatkan kompetensi guru dengan menggunakan IHT. 2. Guru sebagai pendidik harus senantiasa untuk meningkatkan kompetensinya dalam mengajar. DAFTAR PUSTAKA Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Remaja RosdaKarya. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. PP No. 19 Tahun 2005 Satori,Djam an. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka Syaiful Sagala, Kompetensi Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: AlfaBeta, 2009), hal. 9 Usman, Uzer, 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda karya. Zen, Setia P,.2015. Sistem Informasi Sekolah. Jakarta:Pustaka Alfabet. 465

466 466