BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst.

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Hama Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.) merugikan dan sulit. Klasifikasi kumbang beras (Sitophilus oryzae L.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

Evaluasi daya repelensi daun Nimba (Azadirachta indica A. Juss) terhadap hama gudang Sitophilus oryzae L. (Coleoptera : Curculionidae)

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Gudang Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

1 Muhammad Syaifullah Hiola, , Rida Iswati, Fahria Datau, Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Uji Penolakan. terhadap penolakan hama kutu beras. Namun perlakuan serbuk

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Mengkudu. ujung runcing, sisi atas berwarna hijau tua mengkilat (van Steenis et al.

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

Alumni Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP **) Staf Pengajar Peminatan Entomologi Kesehatan FKM UNDIP ***)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA UNTUK PENGEDALIAN ULAT DAN SERANGGA PENGHISAP TANAMAN Oleh Robinson Putra, SP

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ujung batang atau tunas. Tanaman ini mempunyai bunga sempurna dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

IDENTIFIKASI KADAR AIR BIJI JAGUNG DAN TINGKAT KERUSAKANNYA PADA TEMPAT PENYIMPANAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan selama satu bulan pada bulan April 2016 hingga

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Kumbang Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Pracaya (2007), kumbang penggerek buah kopi dapat

MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN KONSENTRASI CO 2 TERHADAP PERKEMBANGAN Sitophilus zeamais SELAMA PENYIMPANAN JAGUNG

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Ulat Sutera Bahan-Bahan Alat

EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH

TINJAUAN PUSTAKA. Permasalahan Hama Sitophilus zeamais. Arti Penting Hama

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

ANCAMAN Lasioderma serricorne PADA GUDANG TEMBAKAU

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi September Suplemen Pertanian (MSI 57).indd1 1 25/08/ :53:12

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

TINJAUAN PUSTAKA AIP + 3 H 2 O PH 3 + AI(OH) 3. Mg 3 P H 2 O 2 PH Mg(OH) 2

Hama penghisap daun Aphis craccivora

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis),

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kutu Beras Sitophylus oryzae sp Biologi dan Ekologi Hama S.oryzae ini adalah: Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Curculionidae : Sitophylus Species : Sitophylus oryzae L. Telur berbentuk oval, berwarna kuning, lunak dan licin, bentuk ujungnya agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm. Telur diletakkan di dalam butiran dengan lebih dahulu membuat lubang menggunakan rostumnya. Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak kelihatan. Gelatin ini berfungsi melindungi telur dari kerusakan dan dimangsa oleh predator lainnya (Parinduri, 2010). Stadium telur 3 hari pada suhu 20 25 ºC. Dalam satu hari seekor betina dapat bertelur sampai 25 butir, tetapi rata-rata tiap hari sebanyak 4 butir. Banyak telur yang diletakkan tiap ekor betina maksimum 575 butir (Rukmana dan Saputra, 1997). 6

7 Gambar 1. Telur Sitophylus sp. Larva hidup dalam butiran, tidak berkaki, berwarna putih dengan kepala kekuning - kuningan atau kecoklatan dan mengalami 4 instar. Pada instar terakhir panjang larva lebih kurang 3 mm. Pada umumnya bentuk badan menyesuaikan dengan ukuran makanan tempat larva itu tinggal. Setelah masa pembentukan instar selesai, larva akan membentuk kokon dengan mengeluarkan ekskresi cairan ke dinding endosperm agar dindingnya licin dan membentuk tekstur yang kuat. Larva dapat mengkonsumsi 25% berat bagian dalam bijian (Parinduri, 2010). Gambar 2. Larva Sitophylus sp. Pembentukan pupa terjadi dalam biji dengan cara membentuk ruang pupa dengan mengekskesikan cairan pada dinding liang gerek. Stadium pupa berkisar antara 5-8 hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji selama sekitar 2-5 hari, sebelum membuat lubang keluar yang relatif besar dengan moncongnya (Tandiabang dkk, 2009).

8 Gambar 3. Pupa Sitophylus sp. Imago dapat hidup cukup lama, tanpa makan selama 36 hari, dengan makan umurnya mencapai 3-5 bulan. Imago betina dapat menghasilkan telur sekitar 300-400 butir selama satu siklus hidupnya (Sitepu dkk, 2004). Gambar 4. Imago Sitophylus sp. Siklus hidup hama selama 30-45 hari pada kondisi optimum yaitu pada suhu 29ºC, kadar air biji 14% dan pada kelembapan 70%. Imago dapat hidup cukup lama tanpa makan sekitar 36 hari, dengan makanan umurnya mencapai 3-5 bulan bahkan satu tahun. Keperidian imago betina sekitar 300-400 butir telur (Sitepu dkk, 2004). Gambar 5. Siklus hidup Sitophylus sp. (a. Telur, b. Larva, c. Pupa, d. Imago)

9 2.2 Gejala Serangan Sitophylus sp. dikenal sebagai kumbang bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kumbang ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Kumbang bersifat polifa bubuk beras ini selain merusak butiran beras, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. (Anonim, 2008). Kerusakan yang diakibatkan oleh kumbang bubuk beras dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijan hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produk beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikomsumsi (Parinduri, 2010). Akibat dari serangan kumbang bubuk beras menyebapkan butir butir beras menjadi borlubang kecil kecil, sehingga mengakibatkan beras menjadi mudah pecah dan remuk menjadi tepung. Hal ini sering kita temukan pada butiran beras yang terserang, dalam keadaan rusak dan bercampur tepung dipersatukan oleh air liur larva sehingga kualitas beras menjadi rusak sama sekali (Sibuea, 2010). 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Populasi Hama Sitophylus sp. 2.3.1. Faktor makanan Preferensi sejenis serangga terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimulat zat kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu gizi dan adaptasi struktur (Sitepu, 2004). Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok bagi kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya populasi hama tidak akan dapat berkembang

10 sebagaimana biasanya. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras dan bentuk materialnya (Sibuea, 2010). Kumbang bubuk beras menyukai biji yang kasar dan tidak dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung. Kumbang ini tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut (Sibuea, 2010). Barker dan Pilbeam (2007) menjelaskan bahwa asam amino berperan penting dalam perkembangan kumbang bubuk beras. Larva dari serangga ini sering gagal untuk bertahan hidup (Survive) dalam bahan makanan dengan kandungan total asam amino 0,1%. Dalam hal ini sangat sedikit aktifitas menggerak larva, dan larva akan mati pada instar pertama. Kandungan asam amino 3% menghasilkan 52% larva yang berhasil mencapai stadium pupa dan imago, walaupun tingkat perkembangan lebih lambat dibandingkan dengan kandungan asam amino 5; 7,5 dan 10%. Kandungan asam amino yang optimal adalah 7,5%. Sebaliknya, bila total asam amino meningkat menjadi 13% perkembangan larva secara nyata menjadi terhambat (Sitepu, 2004). 2.3.2 Faktor kelembaban dan suhu Pengaruh kelembaban terhadap perkembangan kumbang bubuk beras berbeda untuk setiap stadium. Kelembapan yang terlalu rendah, dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi terhadap telur, larva dan terutama imago yaitu pada kelembapan 30, 40 dan 50% (Sitepu, 2004).

11 Perkembangan optimum terjadi pada temperatur 30 ºC dan kelembaban relatif 70%. Perkembangan pada umumnya bisa terjadi pada temperatur 17-34 ºC dan kelembaban relatif 15-100%. Apabila kelembaban melebihi 15% kumbang berkembang dengan cepat (Sibuea, 2010) Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya populasi serangga hama di tempat penyimpanan. Serangga termasuk golongan binatang yang bersifat heterotermis, oleh karena itu serangga tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri, sehingga suhu badannya mengikuti naik turunnya suhu lingkungannya. Sebagian besar serangga gudang hidup dan berkembang biak pada kisaran suhu 10-45 ºC. Dibawah 10 ºC serangga tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan di atas 45 ºC mortalitas serangga sangat tinggi. Pada batas 15 ºC ke bawah, kegiatan serangga mulai berkurang akibat laju pertumbuhan populasi sangat lambat. Setiap spesies mempunyai suhu optimal dimana laju pertumbuhan populasi maksimum. Untuk kebanyakan serangga gudang di daerah tropik kisaran suhu optimumnya adalah sekitar 25-35 ºC. Di bawah 20º C, biasanya laju pertumbuhan populasi sangat kurang (Nyoman, 2005). 2.3.3. Faktor kadar air Produk-produk pertanian yang tersimpan dalam gudang yang kadar airnya tinggi sangat disukai hama gudang. Batas terendah kadar air bahan dalam simpanan yang diperlukan bagi kehidupan normal kebanyakan hama gudang sekitar 8-10% Kadar air yang berbeda menyebabkan perubahan biji akan berbeda pula. Biji yang berukuran cukup besar dan kulit luarnya cukup keras, untuk dapat mencapai kadar air di bawah 10-11% cukup sulit. Biji yang berukuran kecil

12 dengan kulit permukaan yang relatif lunak umumnya dapat mencapai kadar air yang rendah atau di bawah 10% (Tjahjadi, 2002). 2.3.4. Kondisi fisik gudang Kondisi fisik gudang adalah merupakan faktor penting dalam penyimpanan komoditi pascapanen. Gudang yang baik adalah gudang yang memiliki kondisi yang baik. Syarat-syarat gudang yang baik harus di perhatikan seperti: a. Atap gudang Perlu diamati atap gudang terbuat dari jenis apa, apakah atap gudang mendukung pertumbuhan dan perkembangan hama tersebut. b. Dinding gudang Dinding gudang juga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan hama tersebut. Apabila dinding ada celah maka akan mempermudah masuknya hama pada komoditi simpanan di gudang. c. Alas Adanya alas sebelum bahan simpan diletakan juga mempengaruhi perkembangan hama karena apabila bahan simpan langsung bersinggungan dengan lantai maka kelembaban akan meningkat. d. Ventilasi Ventilasi juga berpengaruh pada bahan simpan karena semakin sedikit ventilasi maka tempat pertukaran udara akan semakin kecil dapat diartikan ventilasi juga berpengaruh terhadap perkembangan populasi hama.

13 e. Fasilitas MCK Fasilitas MCK (mandi cuci kakus) harus tersedia di lingkungan dan selalu dalam keadaan bersih. f. Lampu penerangan Lampu penerangan harus ada dalam ruangan maupun di luar ruangan. g. Saluran Drainase Aliran pada saluran drainase harus lancar dan berfungsi dengan baik (Sibuea, 2010). 2.4 Teknik Pengendalian yang dipakai Penanggulangan hama gudang bubuk beras ini dapat dilakukan dengan cara lain: penjemuran bahan-bahan yang terserang pada terik sinar matahari, pengaturan penyimpanan bahan dengan baik dan teratur pada tempat yang kering dan terawat dengan baik serta melakukan fumigasi. Cara pengendalian hama gudang lainnya dapat juga dengan modifikasi fisik tempat penyimpanan seperti menaikkan atau menurunkan suhu sampai tingkat dimana pertumbuhan serangga dapat dihambat (Parinduri, 2010). Menurut Pracaya (1999) pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Kelembaban tempat penyimpanan beras diusahakan kurang dari 80%. Kumbang bubuk tak dapat hidup dalam kelembaban yang serendah itu. 2. Gudang beras disemprot dengan melathiaon 12 ppm atau fumigasi dengan methyl bromidae 10 g/m 3 selama 24 jam. 3. Beras disimpan dalam kantung plastik atau kaleng ditutup rapat.

14 Pada prinsipnya kerusakan komoditas dalam penyimpanan dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu bahan yang disimpan, gudang tempat penyimpanan, lingkungan sekitar gudang dan perlakuan untuk mempertahankan kualitas beras serta interaksi antara keempat faktor tersebut. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan dan keteraturan lingkungan penyimpanan, kelembaban ruangan (RH), kadar air dalam komoditi. Gudang yang kotor banyak lekukan atau sampah dapat dijadikan tempat bersembunyinya kumbang bubuk beras. Semakin lembab ruang penyimpanan semakin gampang terkena serangan kutu beras. Semakin tinggi kadar air semakin mudah terserang kutu beras (Anonim, 2007). Melakukan fumigasi dengan menggunakan obat-obatan seperti: Penggunaan Pyrenone Grain Protectant sebanyak 0,1% pada temperatur sekitar 23,5 ºC, ternyata setelah 9 hari semua bubuk yang merusak produk beras dalam simpanan akan mati. Namun demikian, penggunaan insektisida buatan secara terus-menerus dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, sehingga diperlukan suatu sarana pengendalian hama lain yang ramah lingkungan (Sibuea, 2010). Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat insektisida sebenarnya telah dikenal sejak dahulu oleh para peneliti. Salah satu diantaranya yaitu Kabaru dan Gichia (2001) menetapkan ekstrak daun Shyalmutra (Blumea lacera) sebagai insektisida nabati pada penglubang biji dan kutu beras Tumbuhan yang saat ini sedang dikembangkan sebagai insektisida nabati yaitu tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri.

15 Beberapa penelitian telah dilakukan untuk minyak atsiri dari cengkeh, serai wangi dan jeruk nipis sebagai pestisida nabati. Wiratno (2011) telah melakukan uji mortalitas serai wangi wangi terhadap D. hewetti (hama penghisap bunga lada) sebesar 47% pada konsentrasi 2,5% dan gabungan minyak serai wangi wangi dan lengkuas (1:1) pada konsentrasi 2,5% mampu menyebabkan mortalitas sebesar 82%. Astuthi dkk (2012) telah melakukan uji efektivitas minyak atsiri tanaman cengkeh, pala dan jahe terhadap mortalitas ulat bulu gempisa family lymant ridae. Perlakuan minyak atsiri cengkeh yang diujikan, konsentrasi 10% dapat memberikan persentase kematian paing tinggi (100%), sedangkan jahe pada konsentrasi 2% sudah mampu membunuh di atas 50%, dan minyak atsiri pala pada konsentrasi 10% memberikan persentase kematian paling tinggi (10%). Manaf dkk (2005) telah melakukan evaluasi daya repelensi daun nimba terhadap hama gudang Sitophylus orizae L. Daun Azadirachta indica A. Juss memiliki pengaruh repellent (penolak) terhadap individu kumbang dewasa (Sitophilus oryzae L.) yang paling tinggi pengaruh repelensinya adalah pada perlakuan 25 gram. Telah dilakukan penelitian oleh Hermanto dan Nurichawati (2008) tentang uji penolakan distilat minyak atsiri pandan wangi (P.amaryllifolis Roxb.) terhadap hama kutu beras (Sitophilus oryzae L). Perkembangan penelitian yang ada menunjukkan bahwa penggunaan minyak atsiri cengkeh, sereh wangi dan jeruk nipis belum pernah dilakukan penelitian khususnya untuk pestisida nabati terhadap kutu beras.