BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui pemberian kekebalan tubuh yang harus dilaksanakan secara terus-menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Donor darah adalah proses pengambilan darah dari. seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersering dan terbanyak dari hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus hepatotropik

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang. paling sering disebabkan oleh infeksi virus.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebab kecelakaan atau incidental) (CIA, 2014). AKI (Angka Kematian Ibu)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan saat ini adalah derajat kesehatan masyarakat semakin meningkat secara bermakna, namun

BAB I PENDAHULUAN. hidup, dan Singapura 6 per kelahiran hidup. 1 Berdasarkan SDKI. tetapi penurunan tersebut masih sangat lambat.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi Virus Hepatitis B (VHB) merupakan masalah. kesehatan global, terutama pada daerah berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting yang turut. menunjang dinamika dunia kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. hamil. Anemia pada ibu hamil yang disebut Potensial danger of mother and. intra partum maupun post partum (Manuaba, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI), sehingga menempatkannya diantara delapan tujuan Millennium

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

WAHYU SIFA Mahasiswi D-VI Kebidanan STIkes Ubudiyah Banda Aceh

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB).

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berjumlah 228 per

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Angka Kematian Ibu. tertinggi bila dibandingkan dengan AKI di Negara ASEAN lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. orangan, keluarga maupun masyarakat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dalam program melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

PEMENTASAN WAYANG SEBAGAI MEDIA INFORMASI DALAM UPAYA PREVENTIF PENYEBARAN HEPATITIS B DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit hati di Indonesia umumnya masih tergolong tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting dalam. pelayanan kesehatan modern. Jika digunakan secara

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomi (Depkes, 2007). Para penderita kusta akan cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama

HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit akut, kronis dan juga kematian. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi. Diperkirakan 240 juta orang secara kronis terinfeksi hepatitis B, sekitar 686.000 orang meninggal setiap tahun dari infeksi hepatitis B. Infeksi virus hepatitis B berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi kronis seperti sirosis hati dan kanker hati (WHO, 2016). Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B dan menjadi masalah kesehatan global utama. Prevalensi Hepatitis B tertinggi di sub- Sahara Afrika dan Asia Timur, di mana antara 5-10% populasi orang dewasa terinfeksi kronis. Tingkat infeksi kronis yang tinggi juga ditemukan di Amazon dan bagian selatan Eropa timur dan tengah. Di Timur Tengah dan anak benua India, diperkirakan 2-5% populasi umum terinfeksi kronis. Kurang dari 1% populasi Eropa Barat dan Amerika Utara terinfeksi secara kronis (WHO, 2016). Sementara itu di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) menemukan bahwa prevalensi Hepatitis adalah 1,2%. Angka ini dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2007. Prevalensi semakin meningkat pada penduduk berusia diatas 20 tahun yaitu kelompok tertinggi usia 45-54 tahun (1,4%) dan usia 65-74 (1,4%). Jenis hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah hepatitis B (21,8 %). Sedangkan proporsi penderita Hepatitis B di wilayah DKI Jakarta sebesar 37,7%. Hasil tersebut berada pada posisi kedua tertinggi dari 33 provinsi lainnya. Jumlah kasus Hepatitis B di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2015 pada ibu ditemukan di tiga kota dengan jumlah 67 orang dengan rincian kota Jakarta Selatan sebanyak 42 orang, Jakarta Barat sebanyak 15 orang, dan Jakarta Pusat sebanyak 10 orang, Dimana kota Jakarta Barat berada pada 1

2 urutan kedua tertinggi dari 6 kota lainnya (Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2015). Di negara berkembang termasuk Indonesia, penularan virus Hepatitis B secara vertikal masih memegang peranan penting dalam penyebaran virus Hepatitis B. Selain itu, 90% anak yang tertular secara vertikal dari ibu dengan HBsAg (+) akan berkembang mengalami Hepatitis B kronis (Kemenkes RI, 2012). Kondisi ibu penderita Hepatitis B dapat menyebabkan bayi terinfeksi kronis yang mempunyai risiko tinggi menjadi sirosis hati dan kemudian dapat menjadi kanker hati, sehingga dapat membuat janin atau anak dikandungnya berisiko tinggi meninggal akibat sirosis dan kanker hati (WHO, 2016). Hepatitis B yang menahun atau kronis dinyatakan dengan adanya pertanda dari virus hepatitis B (VHB) yang menetap lebih dari 6 bulan. Hepatitis B kronis ini sering terjadi pada 90% bayi yang terinfeksi dari ibunya (IDAI, 2015). Maka pencegahan penularan secara vertikal merupakan sesuatu aspek yang paling penting dalam memutus rantai penularan Hepatitis B. Langkah awal pencegahan penularan secara vertikal adalah dengan mengetahui status HBsAg ibu hamil. Langkah ini bisa dilakukan dengan melakukan penapisan HBsAg pada setiap ibu hamil. Metode penapisan HBsAg bisa menggunakan pemeriksaan cepat (rapid test). Penapisan ini sebaiknya diikuti oleh semua wanita hamil pada trimester pertama kehamilannya (Kemenkes RI, 2012). Menurut PPHI dalam Panitia Pelaksana Hepatitis B (2006), salah satunya cara untuk mencegah terjadinya penularan hepatitis B adalah dengan melakukan skrining pada ibu hamil yang terbukti sebagai pembawa atau karier virus hepatitis B. Skrining ibu hamil dilakukan pada awal trimester kehamilan, terutama ibu yang berisiko terinfeksi HBV (Hepatitis B Virus). Tujuan skrining Hepatitis B pada ibu hamil yaitu untuk memprioritaskan pengobatan bagi mereka yang memiliki penyakit hati dan berisiko tinggi mengalami kematian, untuk menghilangkan virus hepatitis sebagai masalah kesehatan masyarakat dan ini dirumuskan dalam target global, untuk mengurangi infeksi hepatitis virus baru hingga 90% dan

3 mengurangi kematian akibat hepatitis virus hingga 65% pada tahun 2030 (WHO, 2016). Sedangkan tujuan utama dari pengobatan hepatitis B kronik adalah untuk mengeliminasi atau menekan secara permanen Hepatitis B Virus (HBV) (PPHI, 2006). Salah satu program Pengendalian Hepatitis di Puskesmas yaitu pelaporan mengenai pemeriksaan skrining Hepatitis B pada ibu hamil (Kemenkes RI, 2012). Guna mengendalikan virus hepatitis, Kementerian Kesehatan RI memiliki 5 aksi utama, salah satunya yaitu deteksi dini dan tindak lanjutnya yang mencakup akses perawatan, dukungan dan pengobatan. Diharapkan dengan upaya pengendalian Hepatitis di Indonesia tersebut, akan tercapai Eliminasi Penularan Hepatitis B dari ibu ke anak Tahun 2020. Strategi menuju Eliminasi Penularan Hepatitis B dari ibu ke anak 2020 yaitu melalui deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil dan kelompok beresiko tinggi lainnya (Kemenkes RI, 2016). Pengembangan pengendalian Hepatitis mulai dilakukan sejak tahun 2011 dimana telah disusun Pedoman Pengendalian pada tahun 2012, pelaksanaan Skrining Hepatitis B tahun 2013 pada 5.000 Ibu Hamil dan Petugas Kesehatan di 42 Puskesmas DKI Jakarta, salah satunya Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Skrining ini dilanjutkan dengan pengobatan Hepatitis B. Cakupan program skrining Hepatitis B paling tidak yaitu sebesar 90% (Kemenkes RI, 2016). Program skrining Hepatitis B termasuk ke dalam pelayanan antenatal care pada point ke delapan yaitu pemeriksaan laboratorium: Hemoglobin (darah) dan Golongan Darah bersamaan dengan pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu pemeriksaan HBsAg, HIV, Sifilis, Malaria dan TBC (Kemenkes RI, 2015). Skrining Virus Hepatitis B ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari masing-masing ibu hamil untuk menetapkan adanya HBsAg seperti halnya skrining antenatal yang lain (Kemenkes RI, 2012). Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Kembangan (2016), cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan ANC di Puskesmas Kecamatan Kembangan sudah bagus dan mencapai target yang sudah

4 ditetapkan. Untuk K1 target sebesar 100% dan K4 target sebesar 97,4%, sedangkan cakupan K1 yaitu 6225 ibu hamil (99,9%) dan cakupan K4 yaitu 6068 ibu hamil (97,4%). Sedangkan target untuk program skrining Hepatitis B sebesar 100%. Akan tetapi, cakupan program skrining Hepatitis B di Puskesmas Kecamatan Kembangan masih rendah yaitu 30% dari 6.230 sasaran ibu hamil yang ada. Namun, jumlah kunjungan pasien penderita Hepatitis B meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2015 sebanyak 9 orang sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 26 orang. Sehingga, perlu dilakukan pemeriksaan lanjut dan segera diberi pengobatan pada penderita penyakit Hepatitis B. Berdasarkan laporan tahunan di poli KIA pada Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat (2016), usia ibu hamil yang datang untuk melakukan pemeriksaan skrining di Puskesmas Kecamatan Kembangan yaitu <20 tahun sebanyak 64 ibu hamil, 20-29 tahun sebanyak 959 ibu hamil, 30-39 tahun sebanyak 757 ibu hamil dan >40 tahun sebanyak 78 ibu hamil. Kunjungan terbanyak ibu hamil yang melakukan pemeriksaan skrining yaitu di usia 20-29 tahun dengan rata-rata usia ibu hamil yang melakukan pemeriksaan skrining yaitu 30 tahun. Usia 30 tahun berjumlah 835 ibu hamil dan usia <30 tahun berjumlah 1.023 ibu hamil. Sedangkan, jumlah kunjungan ibu hamil yang datang untuk melakukan pemeriksaan skrining Hepatitis B yaitu pada tahun 2015 sebanyak 513 ibu hamil dan pada tahun 2016 sebanyak 1857 ibu hamil. Dapat dilihat kenaikan jumlah kunjungan yang sangat signifikan, artinya ibu hamil sudah mulai mengetahui akan pentingnya kegiatan skrining hepatitis B. Berdasarkan survei pendahuluan didapatkan informasi dari petugas puskesmas (bidan, dokter) bahwa program skrining Hepatitis B di Puskesmas Kecamatan Kembangan meliputi kegiatan pemeriksaan Hb (darah) dengan rapid test diambil sampel darah di laboratorium puskesmas untuk mengetahui ibu hamil terkena penyakit hepatitis atau tidak, pemeriksaan golongan darah ibu hamil, anamnesa ibu hamil berupa pengisian kuisioner sebagai informasi tambahan untuk mengetahui pasien sudah punya gejala hepatitis atau belum,

5 test serilogi yaitu berupa alat sentrifuse untuk memeriksa darah ibu dan cairan serum. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan skrining dilihat dari informasi yang pernah dikemukakan oleh pasien kepada bidan puskesmas bahwa fasilitas kesehatan/bidan/klinik diluar sebelumnya tidak menyarankan ibu hamil untuk melakukan kegiatan program skrining ke puskesmas sehingga pasien kurang mendapatkan informasi. Selain itu, tempat/ ruangan pemeriksaan di puskesmas sempit. Penelitian yang dilakukan oleh Rauf dkk. (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel pengetahuan, keterjangkauan, dukungan keluarga, dan sikap dengan pemanfaatan ANC dan tidak terdapat hubungan variabel paritas dengan pemanfaatan ANC. Penelitian yang dilakukan oleh Hikmah dkk. (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pekerjaan, keterjangkauan tempat, dukungan suami dengan perilaku ibu hamil dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel umur, pendidikan, pengetahuan dengan perilaku ibu hamil. Penelitian yang dilakukan oleh Anggarini (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel pendidikan, pekerjaan dengan perilaku ibu hamil dan tidak terdapat hubungan antara variabel usia dengan perilaku ibu hamil. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Program Skrining Hepatitis B pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Meningkatnya jumlah penderita pasien yang terkena penyakit Hepatitis B setap tahunnya, dan masih ada fasilitas kesehatan/bidan/klinik diluar yang tidak menyarankan pasien untuk melakukan skrining di Puskesmas, padahal hal tersebut sangat penting untuk mendeteksi dini apakah pasien menderita penyakit Hepatitis B atau tidak. Pada Puskesmas Kecamatan Kembangan

6 ruangan/tempat untuk melakukan pemeriksaan sempit dan pencapaian cakupan program skrining di Puskesmas Kembangan pada tahun 2016 masih rendah yaitu sebesar 30% dari jumlah sasaran ibu hamil yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh dari kunjungan ibu hamil yang melakukan kegiatan skrining pada tahun 2016 diketahui bahwa terdapat 26 orang pasien yang menderita Hepatitis B, apabila tidak segera dilakukan pemeriksaan lanjut atau diberikan pengobatan maka akan menyebabkan sirosis hati atau kanker hati. Sehingga peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pemanfaatan program skrining pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan program skrining hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017? 2. Bagaimana gambaran umur ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017? 3. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017? 4. Bagaimana gambaran sikap ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017? 5. Bagaimana gambaran dukungan keluarga bagi ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017? 6. Bagaimana gambaran peran petugas kesehatan bagi ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017? 7. Bagaimana gambaran pemanfaatan program skrinning Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017? 8. Apakah terdapat hubungan antara Umur dengan pemanfaatan program skrining Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017?

7 9. Apakah terdapat hubungan antara Pengetahuan dengan pemanfaatan program skrining Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017? 10. Apakah terdapat hubungan antara Sikap dengan pemanfaatan program skrining Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017? 11. Apakah terdapat hubungan antara Dukungan Keluarga dengan pemanfaatan program skrining Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017? 12. Apakah terdapat hubungan antara Peran Petugas Kesehatan dengan pemanfaatan program skrining Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum : Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan program skrining hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017. 1.4.2 Tujuan Khusus : 1. Mengetahui gambaran umur ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017 2. Mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017 3. Mengetahui gambaran sikap ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017 4. Mengetahui gambaran dukungan keluarga bagi ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017 5. Bagaimana gambaran peran petugas kesehatan bagi ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017 6. Mengetahui gambaran pemanfaatan program skrinning Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan tahun 2017

8 7. Mengetahui terdapat hubungan antara Umur dengan pemanfaatan program skrining Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017 8. Mengetahui terdapat hubungan antara Pengetahuan dengan pemanfaatan program skrining Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017 9. Mengetahui terdapat hubungan antara Sikap dengan pemanfaatan program skrining Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017 10. Mengetahui terdapat hubungan antara Dukungan Keluarga dengan pemanfaatan program skrining Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017 11. Mengetahui terdapat hubungan antara Peran Petugas Kesehatan dengan pemanfaatan program skrining Hepatitis B pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti 1. Memperoleh pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan program skrining hepatitis B 2. Mengembangkan wawasan, minat dan kemampuan dalam bidang penelitian. 3. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif dalam menerapkan ilmu yang didapat. 1.5.2 Manfaat Bagi Lahan Penelitian Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas Kecamatan Kembangan dan instasi yang terkait dalam meningkatkan program skrining ibu hamil Hepatitis B.

9 1.5.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan 1. Sebagai sarana bagi pembaca dan penulis untuk menambah wawasan mengenai program skrining Hepatitis B. 2. Menambah bahan referensi kepustakaan Universitas Esa Unggul, sehingga bermanfaat bagi penulis dan pembaca. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Program Skrining Hepatitis B pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Kembangan Tahun 2017. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat selama 3 bulan yaitu dari bulan Maret-Mei 2017. Penelitian ini dilakukan karena di Puskesmas Kecamatan Kembangan terdapat penderita penyakit hepatitis B yang jumlahnya meningkat pada setiap tahunnya yang menjadi masalah kesehatan penyakit menular dan bisa menyebabkan sirosis hati atau kanker hati apabila tidak segera dilakukan deteksi dini atau diberikan pengobatan dan pencapaian cakupan program skrining masih rendah pada tahun 2016 sebesar 30%. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan desain cross sectional (potong lintang) melalui data primer dengan penyebaran kuesioner dan observasi, data sekunder yaitu data yang didapat dari Puskesmas Kecamatan Kembangan.