ABSTRAK ABSTRACT. Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt) Blank (11pt)

dokumen-dokumen yang mirip
Ekologi dan Demografi Anjing di Kecamatan Denpasar Timur

Fluktuasi Bedah Sterilisasi pada Anjing Di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Tahun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... v. KATA PENGANTAR. vii. DAFTAR ISI. ix. DAFTAR TABEL.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

PARTISIPASI PEMILIK HPR TERHADAP PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI DESA ABIANSEMAL DAN DESA BONGKASA PERTIWI KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

Cakupan Vaksinasi Anti Rabies pada Anjing dan Profil Pemilik Anjing Di Daerah Kecamatan Baturiti, Tabanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEREDARAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN NASIONAL DAN STRATEGI PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT RABIES

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 30 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

Perhatian Pemilik Anjing Dalam Mendukung Bali Bebas Rabies

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

Alur Penyebaran Rabies di Kabupaten Tabanan Secara Kewilayahan (Spacial)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG OTORITAS VETERINER KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

Meike C. Pangemanan John Hein Goni

BUPATI SIJUNJUNG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN PEMASUKAN HEWAN PENULAR RABIES KE WILAYAH PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hubungan Pengetahuan Masyarakat Pemelihara Anjing Tentang Bahaya Rabies Terhadap Partisipasi Pencegahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PEMASUKAN HEWAN-HEWAN TERTENTU KE WILAYAH PROVINSI PAPUA UNTUK KEPENTINGAN KHUSUS

Peran Studi CIVAS dengan pendekatan Ecohealth dalam Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Bali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menular pada manusia. Oleh karena itu, rabies dikategorikan sebagai penyakit

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

SALINAN. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang. '. a. bahwa rabies merupakan penyakit menular disebabkan oleh

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INFORMASI PROGRAM DAN KEGIATAN APBD PADA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI BALI TAHUN 2017

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : lo96/kpts/tn.120/10/1999

ISSN situasi. diindonesia

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 473/Kpts/TN.150/8/2002 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ditemukan peningkatan kasus penyakit zoonosis di

LAPORAN AKHIRPROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Kardiwinata, et.al Vol. 1 No. 1 : 50-54

PERATURAN DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK DAN HEWAN PENULAR RABIES YAITU ANJING

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK

PENYAKIT-PENYAKIT ZOONOSIS DI NUSA TENGGARA TIMUR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG JUMLAH TERNAK POTONG SAPI BALI ANTAR PULAU TAHUN 2017

Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPADATAN POPULASI ANJING SEBAGAI PENULAR RABIES DI DKI JAKARTA, BEKASI, DAN KARAWANG, Salma Maroef *) '4B STRACT

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEMILIK ANJING DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN RABIES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ONGKAW KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana telah didiskusikan dalam

Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.1: ISSN : Pebruari Pengetahuan Masyarakat Tentang Rabies Dalam Upaya Bali Bebas Rabies

RIWAYAT HIDUP. anak pertama dari pasangan drh Nyoman Reli dan Ibu Meigy S Pantouw. Penulis

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 102 TAHUN 2001 SERI D.99 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

Modul Komunikasi Informasi dan Edukasi Zoonosis (Rabies) Kata Pengantar

Kata Kunci: Rabies, anjing, manusia, Kota Denpasar

Peran FAO sebagai Badan Internasional dalam Mendukung Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di Indonesia (Bali dan Flores)

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

KORELASI RABIES PADA ANJING DENGAN RABIES PADA MANUSIA DAN PENYEBARANNYA DI KABUPATEN TABANAN TAHUN SKRIPSI

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI PENGENDALIAN ZOONOSIS KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

Implikasi Pengetahuan Ayat Tentang Pemotongan Undang-Undang Peternakan dan Kesehatan Terhadap Sapi Bali

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS

1. Puskeswan X Koto. Gambar 3. Puskeswan X Koto

MENGATASI HAMBATAN PEMELIHARAAN ITIK SECARA EKSTENSIP (DIGEMBALAKAN)

MATRIKS DOMESTIK MASUK MEDIA PEMBAWA HPHK BKP KELAS II GORONTALO

PENYAKIT RABIES DI KALIMANTAN TIMUR

Transkripsi:

VOLUME 16 NOMOR 3, SEPTEMBER 2017, hapus tulisan dalam bagian blank setelah makalah selesai diedit. PENYULUHAN DAN PELAYANAN KESEHATAN ANJING JALANAN UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN PROGRAM BALI BEBAS RABIES DI DESA SEDANG KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG I.G.N. Sudisma 1, I.G.A.G.P. Pemayun 2, A.A.G.J. Wardita 3, I.K.A. Dada 4, dan I.W. Gorda 5 ABSTRAK Pengabdian kepada masyarakat di Desa Sedang, Abiansemal, Badung bertujuan untuk menekan angka pertumbuhan populasi anjing jalanan sehingga menekan resiko penularan rabies, mencegah terjadinya penyebaran dan resiko rabies dengan diidentifikasi dan penanganan anjing jalanan dengan kastrasi dan sterelisasi masal, serta menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeliharaan anjing dengan diikat atau dikandangkan dan pemberian pakan yang baik untuk mencegah penularan rabies. Dalam kegiatan ini dilakukan penyuluhan, pengumpulan kuisioner dan pelayanan berupa kegiatan kastrasi dan sterelisasi terhadap anjing jalanan. Penyuluhan dan Pelayanan kesehatan dan pengumpulan kuisioner dilakukan oleh tim pengabdian pada masyarakat yang dibantu oleh Dokter Hewan lapangan serta dari Dinas Peternakan di Kabupaten Badung. Desa Sedang termasuk daerah dengan cakupan vaksinasi yang sangat baik (85%), populasi anjing sangat tinggi (75% Kepala Keluarga memelihara anjing), pengendalian populasi sangat rendah, karena 64% anjing tidak disteril, dan sistem pemeliharaan anjing di Desa Sedang sebagian besar (50%) masih dilepas. Kegiatan pelayanan sterilisasi (kastrasi dan ovariohisterektomy) untuk pengendalian populasi perlu dilanjutkan secara periodik sebagai percontohan dalam program poengendalian rabies dan mempercepat program Bali Bebas Rabies. Kata kunci : Rabies, Anjing jalanan, Desa Sedang ABSTRACT This Community Service was conducted on October 16rd. 2016 in Sedang village, Badung regency in the form of socialization of rabies on primary school students, service castration and ovariohisterectomy in dogs. The aim of this program was to give knowledge, clinical symptoms, and prevention of the rabies diseases. There were 164participants who came from representatives of each class and fill a quisioner. Seventy-five (75%) head of family reported that they have dogs, mostly (85%) have been vaccinated, 64% have not been sterile (castration and ovariohisterectomy), ang the mostly (50%) dogs have not been cage. The activity service of castration and ovariohisterectomy indogs runs smoothly and as planned. Socialization of rabies diseases has improved the understanding of all participants. Keywords : rabies, clinical symptoms, and prevention 12345 Laboratorium Bedah dan Radiologi, Fak.Kedokteran Hewan, Universitas Udayana Jl.P.B.Sudirman Denpasar-Bali, Tlp/Fax. (0361)223791 205

Penyuluhan Dan Pelayanan Kesehatan Anjing Jalanan Untuk Mendukung Percepatan Program Bali Bebas Rabies Di Desa Sedang Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung 1. PENDAHULUAN Bali adalah kawasan pariwisata budaya berkelas dunia yang sehat dan aman. Bali dinyatakan daerah aman dan bebas rabies sejak zaman penjajahan kolonial Belanda, sekarang tinggal kenangan. Berdasarkan catatan Hondsdolhed Ordonantie (staatblad 1926, No. 451 yunto Stbl 1926 No. 452) yang menyatakan bahwa beberapa wilayah karesidenan dan pulau di Hindia Belanda pada masa itu bebas rabies termasuk di antaranya wilayah Karesidenan Bali. Bali dinyatakan bebas rabies dari 1962, tetapi 2008 Bali pun benar-benar dinyatakan positip sebagai daerah tertular rabies. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 1637/2008 menyatakan Pulau Bali sebagai daerah berstatus wabah rabies. Wabah rabies di Pulau Bali ini yang pertama dalam sejarah karena selama ini Pulau Dewata adalah daerah wisata dunia yang bebas penyakit rabies. Wabah rabies mengancam Bali sebagai kawasan pariwisata dunia, karena rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus yaitu Lyssa virus dari famili Rhabdo viridae yang bersifat zoonosis atau menular dengan angka kematian mencapai 100%, sehingga rabies dikenal sebagai penyakit yang hampir selalu mematikan bila telah timbul gejala klinis, baik pada hewan maupun manusia. Sebagai tindak lanjut dari kejadian wabah rabies, Gubernur Bali mengeluarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 88/2008 tentang Penutupan Sementara Pemasukan atau Pengeluaran Hewan Penular Rabies (HPR) seperti Anjing, Kucing, Kera, atau Hewan Sebangsanya dari dan ke Provinsi Bali per 1 Desember 2008. Pulau Bali juga dinyatakan sebagai kawasan karantina. Hal ini dilakukan agar program pemberantasan rabies di pulau Bali mencapai keberhasilan dan Bali kembali menjadi daerah bebas rabies. Pemerintah dan seluruh komponen masyarakat wajib ikut serta untuk melindungi masyarakat di Bali dari ancaman penyakit zoonosis Rabies, karena mulai 2008 sampai 2014 telah terjadi korban kematian pada manusia akibat gigitan anjing rabies sebanyak 152 orang. Program pencegahan dan penanggulangan kejadian rabies wajib dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat untuk mencegah hewan-hewan tidak berdosa menjadi korban dan tidak berharap adanya korban pada manusia berikutnya. Wabah rabies di Pulau Bali sejak 2008 telah menghabiskan banyak biaya pemberantasan dan pencegahan, energi, korban manusia dan hewan tak berdosa. Strategi pengendalian dan pemberantasan rabies pada hewan umumnya dilakukan melalui program vaksinasi massal yang memadai pada anjing berpemilik dan pengendalian populasi anjing jalanan (stray dog). Jepang berhasil bebas dari rabies sejak 1957 dengan melakukan kontrol legislasi yang kuat, termasuk sistem karantina dan vaksinasi pada anjing setiap. Kunci utama dalam menangani rabies adalah mencegah pada sumbernya yaitu hewan. Upaya untuk mengendalikan rabies dengan vaksinasi dan eliminasi anjing yang tidak optimal tidak banyak memberikan hasil, bahkan didaerah-daerah tertentu kasus rabies semakin meningkat (Adjid et al., 2005). Demikian juga halnya yang terjadi di Bali, terbukti dengan semakin luasnya wilayah yang terkena rabies. Hal ini mungkin disebabkan karena cakupan vaksinasi yang rendah (kurang dari 70%). Vaksinasi sangat sulit dilakukan pada anjing jalanan (stray dog) karena sulit ditangkap dan populasinya berkembang sangat tidak terkendali. Untuk itu perlu dilakukan penanganan yang lebih serius terhadap populasi anjing jalanan dengan cara kastrasi dan sterilisasi masal. Sterilisasi dan kastrasi masal dapat dilakukan melalui pendekatan Banjar atau Desa. Kegiatan sterilisasi dan kastrasi masal terhadap anjing jalanan akan kami lakukan secara bertahap mulai dari Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Desa Sedang adalah Desa dengan status sosial dan geografis transisi antara desa dan perkotaan. Desa Sedang merupakan daerah yang datar, terletak 10 Km baik dari Ibu Kota Kecamatan 206 BULETIN UDAYANA MENGABDI

I.G.N. Sudisma, I.G.A.G.P. Pemayun, A.A.G.J. Wardita, I.K.A. Dada, dan I.W. Gorda Abiansemal di Blahkiuh, maupun Kantor Bupati Badung di Sempidi, serta berada di ketinggian +120 M di atas permukaan air laut. Keadaan alam Desa Sedang merupakan desa cukup lembab. Temperatur rata-rata 18 0 Celcius s/d 26 0 Celcius, dengan curah hujan rata-rata antara 2.000 s/d 3.000 mmm per-. Jumlah penduduk Desa Sedang sebanyak 3500 orang dengan 874 KK. Luas wilayah desa Sedang 339 Ha atau 3,39 Km2 dan jumlah penduduk 3500 orang sehingga kepadatan penduduk rata-rata 10,32 Jiwa/Ha atau 1.006 Jiwa/Km2, sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk se terakhir sebesar 2,64 %. Tingginya tingkat pertumbuhan ini disebabkan karena mulai banyaknya pendatang yang masuk ke Desa Sedang. Pupulasi anjing di Desa Sedang diperkirakan 600 ekor dan sebagian besar dari populasi tersebut tidak diikat atau dibiarkan berkeliaran sebagai anjing jalanan. Pengendalian populasi anjing di desa Sedang sangat perlu dilakukan untuk mencegah perkembangan populasinya dan mencegah kemungkinan penyebaran rabies. Pencegahan perkembangan populasi hganya dapat dilakukan dengan kastrasi dan sterelisasi masal. Oleh karena itu pengabdian pada masyarakat ini memberikan pelayanan berupa kastrasi dan sterilisasi masal terhadap anjing di Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.. 2. METODE KEGIATAN Dalam kegiatan ini akan dilakukan penyuluhan, pengumpulan kuisioner terhadap Kepala Keluarga (KK) dan pelayanan berupa kegiatan kastrasi dan sterelisasi terhadap anjing jalanan. Penyluhan dan Pelayanan kesehatan akan dilakukan oleh tim pengabdian pada masyarakat yang dibantu oleh Dokter Hewan lapangan serta dari Dinas Peternakan di daerah tersebut. Blank (11p 2.1 KASTRASI (ORCHIECTOMY) Kastrasi atau Orchiectomy adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat (menghilangkan) testis. Kastrasi dapat menurunkan populasi hewan karena dapat mencegah kesuburan hewan jantan (tujuan sterilisasi), mengurangi sifat menjelajah, dan mengurangi kebiasaan kencing yang tidak baik. 2.1.1 Teknik Kastrasi Pada Anjing Kastrasi pada anjing dapat dilakukan melalui pendekatan prescrotalis, perinealis dan scrotalis. Pendekatan melalui insisi prescrotalis adalah paling umum dilakukan dan lebih mudah untuk dikerjakan. Testis sangat sukar dikeluarkan melalui pendekatan perineal, tetapi pendekatan perinealis dilakukan apabila sangat diperlukan seperti pada kasus hernia perineal. Sedangkan kastrasi melalui pendekatan scrotalis juga umum dilakukan yaitu melakukan insisi pada kulit skrotum diatas raphe scrotalis (Sudisma et al., 2006). 2.1.2 HYSTERECTOMY Hysterectomy adalah operasi pemotongan dan pengambilan keseluruhan uterus. Hysterectomy dilakukan untuk tujuan : 1. Untuk membuat hewan betina menjadi steril; 2. Untuk mengambil uterus karena pyometra yang tidak dapat diobati; 3.Untuk mengambil uterus yang sudah mengalami nekrosa dan keadaan fetus yang sudah membusuk (Sudisma et al., 2006). Blank (11 VOLUME 16 NOMOR 3, SEPTEMBER 2017 207

Penyuluhan Dan Pelayanan Kesehatan Anjing Jalanan Untuk Mendukung Percepatan Program Bali Bebas Rabies Di Desa Sedang Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung pt) 2.1.3 OVARIOHYSTERECTOMY Ovariohysterectomy adalah operasi pemotongan dan pengambilan keseluruhan uterus dan ovarium. Alasan utama untuk melakukan ovariohysterectomy adalah untuk mencegah estrus dan tidak menginginkan keturunan (sterilisasi). Alasan lainnya adalah mencegah tumor mammae, mencegah dan menangani pyometra, metritis (radang uterus), neoplsasia (ovarium, uterus, vagina), cyst, trauma, torsio uteri, prolapsus uteri, prolapsus vagina, dan mencegah gangguan keseimbangan endokrin dengan manifestasi klinis seperti sterilitas, penyakit kulit, tumor mammae, dan nymphomania. Untuk sterilisasi terbaik bila dilakukan pada umur 4-6 bulan. Bisa dilakukan juga pada setiap umur, sebaiknya pada waktu anestrus (Sudisma et al., 2006). 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa sosialisasi, survei, penyuluhan dan pelayanan kesehatan anjing jalanan untuk mendukung percepatan program bali bebas rabies di Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Kegiatan sosialisasi, survey, dan penyuluhan Penyakit Rabies dilakukan pada Siswa Sekolah Dasar (SD1, 2, dan 3) di Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung pada Sabtu, 8 Oktober 2016. Pelayanan berupa kastrasi pada anjing jantan dan ovariohisterektomi pada anjing betina dilaksanakan pada Minggu, 16 Oktober 2016 di Balai Banjar Aseman, Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Data kepemilikan hewan, system pemeliharaan, dan tingkat pengetahuan masyarakattentang penyakit rabiesdi Desa Sedang, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data Kepemilikan Hewan Kesayangan (Anjing), Sistem Pemeliharaan, dan Pengetahuan Masyarakat Tentang Rabies pada 164 Kepala Keluarga (KK) di Desa Sedang. Variabel (n= 164 KK) Jumlah % Kepemilikan Anjing (KK) : a. Memiliki 123 75% b. Tidak 41 25% Jumlah Kepemilikan Anjing 135 ekor : a. Jantan 90 67% b. Betina 45 33% Status Sterilisasi (ekor) : a. Steril 49 36% b. Tidak 86 64% Sistem Pemeliharaan Anjing (ekor) : a. Diikat 40 30% b. Dikandangkan 27 20% c. Dilepas 68 50% Status Vaksinasi Rabies (ekor) : a. Divaksin 114 85% b. Tidak Divaksin 21 15% Pengetahuan Adanya Penyakit Rabies (KK) : a. Mengetahui 145 88% b. Tidak 19 12% Pengetahuan Gejala Penyakit Rabies (KK): a. Mengetahui 115 70% b. Tidak 49 30% Pengetahuan Penanganan Penyakit Rabies (KK) : a. Mengetahui 65 40% b. Tidak 99 60% Sumber Informasi Pengetahuan Tentang Rabies (KK) : a. Media (Koran, Radio, TV) 73 45% b. Petugas (Penyuluhan) 82 50% c. Lain 9 5% 208 BULETIN UDAYANA MENGABDI

I.G.N. Sudisma, I.G.A.G.P. Pemayun, A.A.G.J. Wardita, I.K.A. Dada, dan I.W. Gorda Sebanyak 164 kepala keluarga (KK) telah mengisi kuisioner pertanyaan tentang penyakit rabies yang diisi oleh anak-anak di sekolah dasar. Hasil pengisian data kuisioner terhadap 164 KK memperlihatkan bahwa 75% (123 KK) masyarakat Desa Sedang memelihara anjing, terdiri dari 67% anjing jantan (90 ekor) dan 33% anjing betina (45 ekor). Hanya 36% anjing (49 ekor) yang depilihara masyarakat dalam keadaan disteril (kastrasi), sedangkan 64% (86 ekor) tidak disteril. Berdasarkan sistem pemeliharaannya, hanya 30% (40 ekor) dipelihara dengan cara diikat, 20% (27 ekor) dikandangkan, dan 50% (68 ekor) anjing masih dipelihara dengan cara dilepas liarkan. Sedangkan status vaksinasi rabies terhadap anjing yang dipelihara di Desa Sedang memperlihatkan bahwa sebagian besar (85%) anjing yang dipelihara sudah dilakukan vaksinasi rabies. Pengetahuan masyarakat tentang adanya penyakit rabies sudah sangat baik yaitu 88% sudah mengetahui adanya penyakit rabies, begitu pula pengetahuan masyarakat tentang gejala penyakit rabies sudah sangat baik, yaitu 70% masyarakat Desa Sedang sudah mengetahui tentang gejala penyakit rabies. Tetapi pengetahuan masyarakat tentang penanganan penyakit rabies masih kurang, karena hanya 40% masyarakat mengetahui cara penanganan penyakit rabies. Pengetahuan masyarakat Desa Sedang tentang penyakit rabies diperoleh sebagaian besar (50%) dari petugas atau penyuluh kesehatan dan 45% dari media masa. Desa Sedang termasuk daerah dengan cakupan vaksinasi yang sangat baik (85%), sehingga Desa Sedang termasuk daerah yang mempunyai resiko rabies sangat rendah dan berptensi besar sebagai daerah yang dinyatakan sangat mendukung program eleminasi rabies dan Bali bebas rabies. Menurut Putra (2011) menyatakan bahwa sangat baik untuk melanjutkan pelaksanaan vaksinasi massal di seluruh Bali, dengan cakupan 70% atau lebih memiliki potensi yang besar untuk mengeliminasi rabies dari Provinsi Bali. Tetapi Peningkatan pengetahuan masyarakat untuk kesiapsiagaan penanganan rabies masih perlu ditingkatkan, karena tingkat pengetahuan masyarakat tentang cara penanganan penyakit rabies masih kurang (40%). Begitu pula dengan sistem pemeliharaan anjing di Desa Sedang sebagian besar (50% ) masih dilepas sehingga masih sangat beresiko tinggi untuk penularan dan penyebaran penyakit rabies. Populasi anjing di desa Sedang juga termasuk sangat tinggi, karena sebagain besar masyarakat memelihara anjing (75%) dan pengendalian populasi juga termasuk sangat rendah, karena sebagaian besar anjing yang dipelihara tidak disteril (64%). Sosialisasi rabies lewat pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan masyarakat terkait dengan penyakit rabies di Bali, bahaya serta penanganannya, sehingga kejadian dan resiko penyakit rabies dapat ditekan. Pengabdian masyarakat dalam bentuk pelayanan kesehatan hewan khususnya kegiatan kastrasi pada anjing jantan dan ovariohisterektomi pada anjing betina sangat perlu dilakukan untuk pengendalian populasi anjing. Kegiatan pelayanan kesehatan seperti, pengobatan, kastrasi, dan ovariohisterektomi, disajikan seperti Tabel 2. VOLUME 16 NOMOR 3, SEPTEMBER 2017 209

Penyuluhan Dan Pelayanan Kesehatan Anjing Jalanan Untuk Mendukung Percepatan Program Bali Bebas Rabies Di Desa Sedang Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung Tabel 2. Jumlah Pelayanan Sterilisasi pada Anjing di Desa Sedang untuk Pengendalian Populasi dalam Rangka Mempercepat Bali Bebas Rabies. Jenis Pelayanan 1 1 s/d 2 2 s/d 3 3 Jumlah Kastrasi (ekor) 6 12 8 2 28 Histerectomy(ekor) - 2 - - 2 Ovariohisterectomy (ekor) - 3 2 1 6 Data pelayanan kastrasi, ovariohisterectomi di Desa Sedang diperoleh bahwa, anjing jantan yang dikastrasi sebagian besar berada pada kisaran anjing muda umur (1-3 ), begitu juga anjing yang diovariohisterktomy juga anjing dengan kisaran umur muda (1-3 ). Kesadaran masyarakat untuk membawa ajingnya untuk disteril (Kastrasi dan Ovariohisterektomy) cukup baik, karena dari 68 anjing yang belum disteril, sebagian besar (36 ekor) sudah disteril. UCAPAN TERIMA KASIH Pengabdian kepada masyarakat ini Dibiayai dari Dana DIPA PNBP Universitas Udayana sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor : 640-99/UN14.2/PKM.01.03/2016, Tanggal 15 Juni 2016. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana lewat Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM Unud) atas dukungan dana yang diberikan, Kepala Desa Sedang dan jajaran, segenap jajaran SD se Desa Sedang, dan seluruh masyarakat di Desa Sedang atas kerjasama dan perhatiannya. 210 BULETIN UDAYANA MENGABDI

I.G.N. Sudisma, I.G.A.G.P. Pemayun, A.A.G.J. Wardita, I.K.A. Dada, dan I.W. Gorda DAFTAR PUSTAKA Akoso, B.T. 2007. Pencegahan dan Penanggulangan Rabies Penyakit Menular pada Hewan dan Manusia. Kanisius. Yogyakarta. Dinas Peternakan Provinsi Bali. 2011. Perkembangan Penang- gulangan Rabies di Provinsi Bali. Makalah disampaikan pada Pelantikan Pengurus Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang Bali. Denpasar. 25 Agustus 2011. Putra, A.A.G. 2009. Tinjauan Ilmiah Upaya Pemutusan Rantai Penularan Rabies Dalam Rangka Menuju Indonesia Bebas Rabies 2015. Buletin Veteriner BBVet Denpasar. Vol. XXI, No. 75, Desember 2009. Putra, A.A.G. 2011. Epidemiologi Rabies Di Bali: Hasil Vaksinasi Massal Rabies Pertama Di Seluruh Bali Dan Dampaknya Terhadap Status Desa Tertular Dan Kejadian Rabies Pada Hewan Dan Manusia. Buletin Veteriner, Bbvet Denpasar, Vol. Xxiii, No.78, Juni 2011 Issn: 0854-901x Sudisma I G N, Putra Pemayun IGAG, Jaya Wardita AAG, Gorda IW. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Pelawa Sari. isbn:979-25-5196-6 Wirata, I K. 2011. Epidemiologi Rabies Di Bali (Analisis Berdasarkan Hasil Pengujian Laboratorium). Paper Epidemiologi Veteriner. Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar. VOLUME 16 NOMOR 3, SEPTEMBER 2017 211