BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yaitu rangsangan (Ensiklopedi Amerika). Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus (perangsang) dan respon. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut juga teori S-O-R atau Stimulus-Organisme-Respon, di mana respon tersebut dibedakan menjadi 2 respon yaitu, 1) Respondent respons/reflexive adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, 2) Operant respon/instrumental respons adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya (Notoatmodjo, 2003).
B. Domain Perilaku Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni: a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotorik (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), tindakan (practice) (Syafrudin, Fratidhina, 2009). 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh; menyimpulkan, meramalkan dan sebagaimana terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau objek. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Sikap terdiri dari berbbagai tingkatan yaitu a) menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek), b) merespon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu tindakan dari sikap, c) menghargai (valuing) diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah, d) betanggung jawab (responsible) diartikan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok antara lain, a) kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, b) kehidupan emosianal atau evaluasi terhadap suatu objek, c) kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). 3. Tindakan (practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support).
Praktek atau tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan antara lain, a) persepsi (perception) merupakan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil, b) respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh, c) mekanisme (mekanism) diartikan apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, d) adopsi (adoption) adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau tindakan responden. C. Bidan 1. Pengertian Bidan Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan sejumlah praktis diseluruh dunia. Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin unruk menjalankan praktek kebidanan (IBI, 2006). 2. Peran Fungsi Bidan a. Peran sebagai pelaksana - Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan.
- Memberikan pelayanan kebidanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan melibatka klien. - Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal. - Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/ keluarga. - Memberiakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. - Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga. - Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana. - Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause. - Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga. b. Peran sebagai pengelola - Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk indivudu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/klien. - Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
c. Peran sebagai pendidik - Memberikan pedidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu keluarga kelompok dan masyarakat yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana. - Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina dukun di wilayah atau tempatnya kerjanya. d. Peran sebagai Peneliti - Melakukan penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok. D. Anemia pada Kehamilan 1. Pengertian Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan. Bila kadar hemoglobin dalam darah 8-<11 gr/dl digolongkan anemia ringan, bila 5-<8 gr/dl digolongkan anemia sedang dan bila <5 gr/dl digolongkan anemia berat (Tarwoto, 2007). Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan darah merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan III kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat (Tarwoto, 2007).
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr/dl dan hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan I dan 1 kali pada triwulan akhir (Mochtar, 1998). 2. Penyebab Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hipervolumia) karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah. Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung (Mochtar Rustam, 1998). Peningkatan volume darah terjadi selama kehamilan, mulai pada 10-12 minggu usia kehamilan dan secara progresif sampai dengan usia kehamilan 30-34 minggu. Volume darah meningkat kira-kira 1500 ml (primigravida 1250 ml, multigravida 1500 ml dan kehamilan kembar 2000 ml), normalnya terjadi peningkatan 8,5%-9,0% wanita tidak hamil (Tarwoto, 2007). Penyebab anemia pada ibu hamil adalah : - Kebutuhan zat besi dan asam folat yang meningkat untuk memenuhi kebutuhan darah ibu dan janinnya - Penyakit tertentu : penyakit ginjal, jantung - Asupan gizi yang kurang - Pengolahan makanan yang kurang tepat
- Kebiasaan makan atau pantangan terhadap makan-makanan tertentu seperti ikan, sayuran dan buah-buahan - Kebiasaan minum obat penenang dan alkohol (Tarwoto, 2007). 3. Tanda dan Gejala Gejala anemia pada ibu hamil di antaranya adalah cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, molase, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah), dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda. Tanda-tanda anemia yang klasik antara lain: a) peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan, b) peningkatan kecepatan pernapasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih banyak oksigen kepada darah, c) pusing, akibat berkurangnya darah ke otak, d) terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otot jantung dan rangka, e) kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi, f) mulai mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat, g) penurunan kualitas rambut dan kulit. Apabila sel darah putih dan trombosit juga terkena, maka gejalagejalanya bertambah dengan; a) perdarahan dan mudahnya timbul memar, b) infeksi berulang, c) luka kulit dan selaput lendir yang sulit sembuh (Soebroto, 2009). 4. Tingkatan Anemia a. Stadium 1 Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.
b. Stadium 2 Cadangan zat besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit. c. Stadium 3 Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar hemaglobin dan hematokrit menurun. d. Stadium 4 Sumsum tulang berusaha menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi. e. Stadium 5 Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena anemia semakin memburuk. 5. Penanganan Anemia dalam Kehamilan. Penanganan anemia dalam kehamilan antara lain: - Mengatasi penyebab anemia seperti penyakit, perdarahan, cacingan - Pemberian nutrisi/makanan yang lebih banyak mengandung unsur zat besi, diantaranya daging, telur, ikan, sayuran hijau - Pemberian tablet zat besi selama kehamilan. Pemberian suplemen besi untuk meningkatkan kadar Hb sampai pada tahap yang diinginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 0,25 asam folat. Setiap tablet setara dengan 200 mg ferrosulfat. Selama masa kehamilan minimal 90
tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan, diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama. Pemberian zat besi untuk dosis pencegahan 1x1 tablet dan untuk dosis pengobatan (bila Hb kurang dari 11 gr/dl) adalah 3x1 tablet (Depkes, 1999). Pemberian tablet besi sebaiknya dilakukan pada jeda makan di mana lambung tidak banyak makanan. Pada keadaan ini zat besi akan mudah diserap (Tarwoto, 2009). - Tablet zat besi sebaiknya dikonsumsi bersama buah-buahan yang mengandung vitamin C, karena untuk menambah penyerapan. Jangan meminum dengan susu, the, atau kopi karena dapat menghambat penyerapan. Tablet zat besi dapat diminum separuh pagi hari dan separuh lagi pada malam hari, untuk mengurangi efek samping (Salmah, dkk, 2006). 6. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap kehamilan, persalinan dan nifas adalah: - Keguguran - Partus prematurus - Inersia uteri dan partus lama - Atonia uteri - Syok - Infeksi intrapartum dan nifas (Tarwoto, 2007).