BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maksudnya adalah keikutsertaan, keterlibatan melibatkan diri maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB II LANDASAN TEORI

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN.

BAB 2 LANDASAN TEORI. peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, sebagai berikut

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. oleh pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara Anggaran

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BAB II BAHAN RUJUKAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB III TINJAUAN TEORI. senantiasa berpacu untuk meningkatkan pendapatan daerah, salah satunya

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I DASAR-DASAR PERPAJAKAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG

Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon (022) Faks (022) BANDUNG 40115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kontribusi Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, maksudnya adalah keikutsertaan, keterlibatan melibatkan diri maupun sumbangan, dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi ataupun tindakan (Wikipedia. 2016. Kontribusi. Diakses dari http://id.wikipedia.org). Menurut Kamus Ilmiah Populer, Dany H. (2006:264) Kontribusi diartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan. Dan Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Yandianto (2000:282) diartikan Sebagai uang iuran pada perkumpulan, sumbangan. Dalam rumusan pengertian kontribusi yang dikemukakan di atas maka dapat diartikan bahwa kontribusi disini adalah sumbangan, iuran atau sokongan yang diberikan oleh pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah. 2.1.2 Pajak a. Pengertian Pajak Menurut Rochmat Sumitro dalam resmi (2008:1) menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontrasepsi) yang lansung dapat ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pengertian trsebut kemudian disempurnakan menjadi, pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat kepada kas Negara untuk mebiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk

simpanan publik (public saving) yang,merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik (public investment). Pajak (dari bahasa latin taxo; rate ) adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum (Wikipedia. 2016. Pajak. Diakses dari http://id.wikipedia.org) Menurut undang-undang No. 28 tahun 2007 disebutkan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dari definisi pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat dengan pengertian pajak yaitu : 1. Iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak memungut pajak adalah negara dan iuran tersebut berupa uang bukan barang. 2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang atau dengan kekuatan undangundang serta aturan pelaksanaannya. 3. Tanpa jasa timbal balik dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrasepsi individual oleh pemerintah. 4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang lebih dari pemasukannya masih terdapat surplus digunkan untuk membiayai

public investment yaitu pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. b. Perbedaan Pajak dan Retribusi Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 64, Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah. ciri-ciri Retribusi daerah adalah : 1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan Undang- Undang dan PERDA 2. Hasil Penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah 3. Pihak yang membayar retribusi mendapat kontraprestasi secara langsung 4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah untuk dinikmati pihak tertentu 5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi bersifat ekonomis Perbedaan Pajak dan Retribusi dapat dilihat dari beberapa faktor. Yang paling utama terlihat dari dasar hukumnya. Pajak telah diatur dalam Undang- Undang dan tertulis jelas, sedangkan Retribusi dasar hukumnya adalah Peraturan Pemerintah, dan Perturan Daerah. Berikut adalah perbedaan pajak dan bukan pajak yang disajikan dalam bentuk tabel :

No. 1. Keputusan Faktor yang Membedakan Tabel 2.1 Perbedaan Pajak dan Retribusi Pajak Keputusan atau Udang-Undang dari Pemerintah pusat. Retribusi Keputusan dari Pemerintah daerah. 2. Ketetapan Retribusi ditetapkan Pajak diatur dengan dengan Peraturan Undang-Undang. Daerah. 3. Pihak Pemungut Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah. 4. Sifat Pelaksanaan 5. Imbalan/jasa 6. Perlakuan Aturan 7. Sumber Pendapatan Wajib dan dapat dipaksakan pelaksanaannya bersifat yuridis. Tidak mendapat imbalan/jasa secara langsung. Aturan Pajak berlaku untuk seluruh warga negara Indonesia. Pajak merupakan sumber pendapatan Pemrintah pusat Dapat dipaksakan, pelaksanaannya bersifat ekonomis. Mendapat imblan/jasa secara langsung. Aturan retribusi berlaku unutk daerah yang bersangkutan. Retribusi merupakan sumber pendapatan Pemerintah daerah c. Fungsi Pajak Pajak yang telah dipungut dari masyarakat ke kas Negara memilik dua fungsi yaitu : 1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. 2. Fungsi Regularend (Pengatur) artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuantujuan tertentu diluar bidang keuangan.

d. Teori Pemungutan Pajak Menurut R. Santoso Brotodiharjo, dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak, ada beberapa teori yang mendasari adanya pemungutan pajak yaitu : 1. Teori asuransi, menurut teori ini, negara mempunyaintugas untuk melindungi warganya dari segala kepentingan baik keselamatan jiwanya maupun keselamatan harta bendanya. Untuk melindungi tersebut diperlukan biaya seperti layaknya dalam perjanjian asurnsi diperlukan adanya pembayaran premi. Pembayaran pajak ini dianggap sebagai pembayaran premi kepada negara. Teori ini banyak ditentang karena negara tidak boleh disamakan dengan perusahaan asuransi. 2. Teori Kepentingan, menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah adanya kepentingan dari masing-masing warga negara. Termasuk kepentingan dalam perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan, maka semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Teori ini banyak ditentang, karena pada kenyataannya bahwa tingkat kepentingan perlindungan orang miskin lebih tinggi daripada orang kaya. Ada perlindungan jaminan sosial, kesehatan, dan lain-lain. Bahkan orang miskin justru dibebaskan dari breban pajak. 3. Teori Bakti, penganut teori bakti menganjurkan untuk membayar pajak kepda negara dengan tidak bertanya-tanya lagi apa yang menjadi dasar bagi negara untuk memungut pajak. Karena organisasi atau lembaga yakni negara telah ada sebagai suatu kenyataan, maka penduduknya wajib secara mutlak membayar pajak, wajib berbakti kepda negara.

4. Teori Daya Pikul sebenarnya tidak memberikan jawaban atas justifikasi pemungutan pajak. Teori ini hanya mengusulkan supaya dalam memungut pajak, pemerintah harus memperhatikan daya pikul dari wajib pajak. Jadi wajib pajak membayar pajak sesuai dengan daya pikulnya. Ajaran teori ini ternyata masih dapat bertahan sampai sekarang, yakni seorang wajib pajak tidak akan dikenakan pajak penghasilan atas seluruh penghasilan kotornya. Suatu jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidupnya haruslah dikeluarkan terlebih dahulu sebelum dikenakan tarif pajak. Jumlah yang dikeluarkan itu disebut penghasilan tidak kena pajak, kebutuhan minimum kehidupan atau pendapatan bebas pajak. 5. Teori Asas Daya Beli, menurut teori ini justifikasi pemungutan pajak terletak pada efek atau akibat pemungutan pajak. Di hampir seluruh negara pemungutan pajak membawa efek atau akibat yang positif. Misalnya tersedianya dana yang cukup untuk membiayai pengeluaran umum negara. Karena efeknya baik, maka pemungutan pajak adalah juga bersifat baik. 6. Teori-teori yang disebutkan diatas berusaha memberi justifikasi kepada pemerintah untuk memungut pajak. Untuk indonesia justifikasi yang paling tepat adalah pembangunan, pajak dipungut untuk pembangunan. Dalam kata pembangunan terkandung pengertian tentang masyarakat yang adil, makmur, sejahtera lahir batin, yang jika dirinci lebih lanjut akan meliputi semua bidang dan aspek kehidupan seperti ekonomi, hukum, pendidikan, sosial budaya dst. Karena dana yang dipungut yang berasal dari pajak dipergunakan untuk pembangunan yang membuat rakyat menjadi lebih adil, lebih makmur dan lebih sejahtera, maka disinilah letak

justifikasinya. Pajak dipergunakan untuk pembangunan, sehingga dapatlah dikatakan adanya suatu teori pembangunan disamping teori daya beli dan teori yang lainnya. e. Syarat-syarat Pemungutan Pajak Dalam sistem pemgungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut agar tidak terjadi hambatan dan juga perlawanan dalam pembayaran pajak, antara lain syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah : 1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan), artinya pemungutan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan masingmasing. 2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang (syarat yuridis), artinya pajak diatur dalam Undang-Undang dan memberi jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya. 3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis), artinya pemungutan pajak tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian. 4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial), sesuai dengan fungsi budgeter, bahwa biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan lebih rendah dari hasil pemungutannya. 5. Syarat pemungutan pajak harus sederhana, artinya dengan cara pemungutan yang sederhana, artinya dengan cara pemungutan yang sederhana, akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. f. Pemungutan Pajak

Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan sistem pemungutan pajak. 1. Stelsel pajak, pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel yaitu: 1.1. Stelsel Nyata (Rill) menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek yang sesungguhnya terjadi. Oleh karena itu pemungutan pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui. 1.2. Stelsel Anggapan (Fiktif) Menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh Undang-Undang. Denganstelsel ini bearti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan. 1.3. Stelsel Campuran Menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kontribusi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahundihitung berdasarkan stelsel anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak di sesuaikan dengan keadaan sebenarnya. 2. Asas Pemungutan Pajak, terdiri dari tiga asas yaitu : 2.1. Asas Domisili Menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

2.2. Asas Sumber Menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. 2.3. Asas Kebangsaan Menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnys pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib pajak luar negeri. 3. Sistem pemungutan pajak terdiri atas tiga sistem yaitu : 3.1. Official Assessment system Adalah sistem yang memberti kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya seseuai dengan peraturan Perundag-Undangan pajak yang berlaku. 3.2 Self Assessment System sistem yang memberi kewenagan kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri njumlah pajak terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. 3.3 With Holding System Adalah sistem yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. g. Hukum Pajak

Hukum Pajak mengatur hubugan antara pemerintaah (fiscus) selaku pemungut pajak dengan masyarakat selaku wajib pajak. Ada dua macam hukum pajak yaitu : 1. Hukum Pajak Materil Adalah memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek), siapa yang dikenakan pajak (subyek), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya hutang pajak, dan hubungan antara pemerintah dan wajib pajak 2. Hukum Pajak Formil Adalah memuat bentuk atau tata cara untuk mewujudkan hukum materil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak materil). Hukum ini terdiri dari : 2.1. Tata cara penyelenggaraan suatu utang pajak. 2.2. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak. 2.3. Kewajiban dan hak-hak wajib pajak misalnya, menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan dan mengajukan keberatan atau banding. 2.1.3. Pendapatan Asli Daerah a. Pengertian Pendapatan Asli Derah Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumbersumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintah daerah yang

dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan Perundang- Undangan yang berlaku. Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD. Semakin besar kontribusi yang dapat diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat. Menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 Pasal 1, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundag-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli daerah merupakan sumber penerimaan daerah dalam membiayai pembangunandan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk meperkcil ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaab kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Menurut Halim (2004:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaa milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain Pendapatan Asli Derah yang sah.

b. Sumber Pendapatan Asli Daerah Sumber keuangan daerah menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, yaitu : 1. Pendapatan asli daerah terdiri atas : a) Hasil pajak daerah. b) Hasil retribusi daerah. c) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan daerah lainnya yang dipisahkan. d) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2. Dana perimbangan terdiri atas : a) Bagian daerah penerimaan PBB, bea perolehan hak atas tanah bangunan dari sumber daya alam. b) Dana alokasi umum. c) Dana alokasi khusu. 3. Pinjaman daerah. 4. Lain-lain penerimaan yang sah. Sumber pendapatan Daerah menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1999, terdiri atas : 1. Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari : a) Hasil pajak daerah. b) Hasil retribusi daerah c) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan. d) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

2. Dana Perimbangan terdiri dari : a) Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari seumber daya alam. b) Dana alokasi umum. c) Dana alokasi Khusus. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 sumber pendapatan daerah terdiri atas : 1. Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu : a) Hasil pajak daerah b) Hasil retribusi daerah c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d) Lain-lain PAD yang sah 2. Dana Perimbangan yaitu : a) Dana bagi hasil b) Dana alokasi umum c) Dana alokasi Khusus 3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Sumber Keuangan daerah menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, terdiri atas : 1. PAD bersumber dari : a) Pajak Daerah. b) Retribusi Daerah. c) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

2. Lain-lain PAD yang sah a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisakan b) Jasa giro c) Pendapatan bunga d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. e) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan f) Pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah. 2.1.4. Pajak Daerah a. Pengertian Pajak Daerah Berdasarkan kewenangan pemungutannya, di Indonesia pajak dapat dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota yang berguna untuk menunjang penerimaan pendapatan asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk dalam APBD. Menurut Rochmat Soemitro (Halim, 2001:143), Pajak daerah merupakan iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan negara dari sektor partikelir kepada sektor pemerintah) dengan tiada mendapat timbal balik yang langsung ditunjuk dan digunakan untuk mebiayai pengeluaran umum. Menurut Undang-Undang No.34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dimaksud Pajak Daerah ialah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan yang digunakan untuk mebiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Dari pengertian pajak daerah disbutkan diatas maka dapat disimpukan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daearah yang diatur dalam Undag-Undang tentang Pokok-Pokok Pemerintah Daerah dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumag tangga daerah itu sendiri. b. Kriteria Pajak Daerah Ada beberapa hal yang dianggap sebagai kriteria yang harus dipenuhi agar sesuatu dapat dianggap sebagai pajak daerah, yaitu : 1. Bersifat pajak dan bukan retribusi. 2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan. 3. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, pajak tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan eksport-import. 4. Potensinya memadai. Hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari biaya pemungutan. 5. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan. c. Jenis Pajak

Dari segi jenis pajak yang dipungut, masing-masing tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) memiliki jenis yang berebeda. Digolongkan menjadi : 1. Jenis Pajak Provinsi, ditetapkan sebanyak empat jenis yaitu : 1.1. Pajak Kendaraan Bermotor 1.2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 1.3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 1.4.Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Permukaan 2. Jenis Pajak Kabupaten/Kota ditetapkan tujuh jenis yaitu : 2.1. Pajak Hotel 2.2. Pajak Restoran 2.3. Pajak Hiburan 2.4. Pajak Rekalme 2.5. Pajak Penerangan Jalan 2.6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 2.7. Pajak Parkir 2.1.5. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) a. Pengertian PKB Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih, beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik, berupa motor atau peralatan lain yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga. Sedangkan pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan

kendaraan bermotor. Berikut adalah jumlah kendaraan bermotor di Sumatera Utara menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara : Tabel 2.2 Jumlah Kendaraan Bermotor Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar (Unit) Tahun Mobil penumpang Mobil bus Mobil Gerobak Sepeda Motor Jumlah 2011 356.931 71.112 217.254 3.924.007 4.569.295 2012 386.114 71.590 231.750 4.292.933 4.982.417 2013 416.405 71.900 242.445 4.584.431 5.315.181 Sumber : BPS Sumatera Utara adalah : b. Dasar Hukum Yang menjadi dasar hukum pemungutan pajak kendaraan bermotor 1. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 Terutang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Pemerintan Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 tahun 2006 tentang Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. 4. Surat Keputusan bersama KAPOLRI, Dirjen Pemerintah Umum nomor 937-1228, nomor SKEP/02/X/1999 yang mengatur tentang pedoman tata laksana Sistem Administrasi Mmanunggal Dibawah Satu Atap (SAMSAT).

5. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 tahun 2011 tentang Pajak Kendaraan Bermotor. c. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihitung sebagai perkalian dari dua unsur pokok berikut : 1. Nilai jual kendaraan bermotor. 2. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor. Nilai jual kendaraan bermotor diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor. Dalam hal harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor yang tidak diketahui, nilai jual kendaraan bermotor ditentukan berdasarkan faktor-faktor berikut : 1. Isi silinder dan/atau satuan daya. 2. Penggunaan kendaraan bermotor. 3. Jenis kebndaraan bermotor. 4. Merek kendaraan bermotor. 5. Tahun pembuatan kendaraan bermotor. 6. Tahun pembuatan kendaraan bermotor. 7. Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang diizinkan. 8. dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor tertentu. Bobot sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksus diatas dihitung berdasarkan faktor-faktor berikut : 1. Tekanan gandar

2. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor 3. jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin dari kendaraan bermotor. Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor ditinjau kembali setiap tahunnya. d. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Tarif Pajak Kendaraan Bermotor berlaku sama pada setiap provinsi yang memungut Pajak Kendaraan Bermotor. Tarif Pajak Kendaran Bermotor ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi. Sesuai dengan peraturan gubernur No. 14 tahun 2015 tarif pajak kendaraan bermotor dibagi menjadi tiga kelompok dengan jenis pengeuasaan kendaraan bermotor, yaitu : 1. 1,75% untuk kepemilikan pertama kendaraan motor pribadi dan Badan; 2. 1% untuk kendaraan umum. Yaitu kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan umum dengan dipungut bayaran. 3. 0,5% untuk kendaraan bermotor ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lemabaga sosial dan keagamaan dan instansi pemerintah. 4. 0,2% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar e. Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor Besarnya pokok pajak kendaraan bermotor yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum, perhitungan pajak kendaraan bermotor adalah sesuai rumus : Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan pajak = Tarif Pajak X (NJKB x Bobot)

f. Pengecualian Objek pajak Objek pajak kendaraan bermotor dikecualikan terhadap milikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor oleh : 1. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembagalembaga internasional dengan asas timbal balik. 3. Subjek pajak lainnya yang diatur dengan peraturan daerah. Subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memilik dan/atau menguasai kendaraan bermotor. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang memilik kendaraan bermotor. g. Tata Cara Pembayaran dan Pengenaan dan Restitusi Pajak yang terutang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak atau dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah tentang pajak kendaraan bermotor yang telah ditetapkan. Adapun ketentuan tersebut adalah : 1. Pajak kendaraan bermotor dikenakan untuk masa pajak da belas bulan berturut-turut terhitung mulai saat pendaftran kendaraan bermotor. 2. Pajak kendaraan bermotor yang terutang dibayar sekaligus dimuka. 3. Pajak kendaraan bermotor karena suatu hal dan lain hal masa pajaknya tidak sampai dua belas bulan, maka dilakukan restitusi. 4. Tata cara pelaksanaan restitusi ditetapkan oleh gubernur

2.1.6. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor a. Pengertian Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea balik nama kendaraan bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual-beli, tukar menukar, hibah, warisan atau pemasukan kedalam badan usaha. b. Objek Pajak Objek pajak bea baliknama kendaraan bermotor adalah penyerahan kendaraan bermotor. Yang termasuk penyerahan kendaraaan bermotor yakni pemasukan kendaraan bermotor dari luar negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia kecuali: 1. untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan, 2. untuk diperdagangkan, 3. untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean di Indonesia, dan 4. digunakan untuk pameran, penelitian, contoh,dan kediatan bertaraf Internasional. Pengecualian dalam huruf e tersebut dibawah tidak berlaku apabila selama tiga tahun berturut-turut tidak dikeluarkan kembali dari wilayah pabean di Indonesia. c. Dasar Pengenaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Dasar pengnaan pajak bea balik nama kendaraan bermotor adalah nilai jual kendaraan bermotor.

d. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan sebesar : 1. 15% untuk penyerahan pertama dan; 2. 1,0% untuk penyerahan kedua dan seterusnya termasuk penyerahan kendaraan bermotor lelang/dump, hibah dan waris. Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum tarif BBN-KB ditetapkan sebesar : 1. 0,75% untuk penyerahan pertama 2. 0,075% untuk penyerahan keduan dan seterusnya Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan karena warisan ditetapkan sebesar : 1. 0,1% untuk kendaraan bermotor bukan umum 2. 0,1% untuk kendaraan bermotor umum 3. 0.03% unutk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar e. Perhitungan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Besarnya pokok bea balik nama kendaraan bermotir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Dengan rumus sebagai berikut : Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan = Tarif Pajak X NJKB NJKB = Nilai Jual Kendaraan Bermotor f. Pengecualian Objek Pajak

Objek Pajak bea balik nama kendaraan bermotor dikecualikan terhadap penyerahan kendaraan bermotor kepada : 1. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah 2. Kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, perwakilan lembaga-lembaga Internasional dengan asas timbal balik 3. Subjek Pajak lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerag Subjek Pajak bea balik nama kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor. Wajip pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor. g. Tata Cara Pembayaran dan Pengenaan Tata cara pembayaran dan pengenaan pajak bea balik nama kendaraan bermotor adalah : 1. Pembayaran bea balik nama kendaraamn bermotor dilakukan pada saat pendaftaran. 2. Wajib pajak bea balik nama kendaraan bermotor wajib daftarkan penyerahan kendaraan bermotor dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak saat penyerahan. Sistem Pemungutan Pajak Kendaraan bermotor dan Bea balik Nama Kendaraan bermotor adalah Pajak Daerah Provinsi dimana pemungutan Pajak Daerah umumnya tidak dapat di borongkan atau tidak dapat diberikan kepada pihak ketiga. Pada dasarnya menganut sistem Self Assessment (penetepan pajak oleh wajib pajak). Dalam

sistem ini wajib pajak harus aktif, sedangkan fiskus dalam pelaksanaanya ahnya memberi bimbingan, pengarahan, dan mengawasi wajib pajak. Wajib pajak membayar pajak dengan menggunakan surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang dikeluarkan oleh Kepala Derah atau pejabat yang ditunjuk. SKPD terdiri dari lima lembar antar lain : 1. Lembar 1 : Wajib Pajak 2. Lembar 2 : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara 3. Lembar 3 : Jasa Raharja 4. Lembar 4 : Bendaharawan Khusus Penerima 5. Lembar 5 : Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Wajib pajak dalam pemenuhan kewajibannya harus menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SKPD), setelah itu kepada wajib pajak yang telah mendapat SKPD dapat dikeluarkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). 2.1.7 Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian 1. Rosalina Kontribusi Pajak (2008) Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah Setelah Otonomi Daerah Studi Kasus pada Pemerintahan Kepulan Riau. Hasil Penelitian Pajak Kendaraaan Bermotor dan Bea Balik Nama Kedaraan Bermotot berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan asli daerah, terlihat dari hasil dari uji F sebesar 577,871. 2. Prayanti Pengaruh Penerimaan Pengaruh penerimaan pajak

(2014) Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daeraha Kabupaten Bandung Tahun 2010-2013 hotel, pajak restoran dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Badung tahun 2010-2013 menunjukkan bahwa sebesar 85% Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan dipengaruhi oleh variabel penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan retribusi daerah, sedangkan sisanya sebesar 15% dipengaruhi oleh variabel lain. 3. Sari (2013) Analisis Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah Jawa Tengah (Studi Kasus pada DPPAD Provinsi Jawa Tengah) Dari hasil analisis kontribusi PKB dan BBNKB terhadap PAD di provinsi Jawa Tengah mengalami kenaiakan dan penurunan dari tahun 2009-2012. Kontribusi PKB yaitu berkisar antara 33,9% - 35,9% dengan rata-rata 34,8%. Kontribusi terbesar diberikan pada tahun 2009 sebar 35,9% dan terendah diberikan pada tahun 2012. Sedangkan kontribusi BBNKB berkisar antara 30,6% - 42,7% dengan rata-rata sebesar 36,6%. Kontribusi terbesar diberikan pada tahun 2012 sebar 42,7% dan terendah diberikan pada tahun 2009 sebesar 30,6%.

4. Herliene Yudhah Altius, Erlina, dan H.B. Tarmizi (2013) Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap PAD dan Dampaknya Bagi Pengembangan Wilayah Provinsi Utara Sumatera Hasil analisis menunjukkan nilai t-hitung sebesar 7,957 dengan signifikansi 0,00. Artinya bahwa terdapat pengaruh signifikan dari bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor terhadap panjang jalan dengan kondisi baik di kabupaten/kota penerima dana bagi hasil. 5. Anggraeni (2010) Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan asli daerah (Studi empiris pada Provinsi Bengkulu) Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam peningkatan pendapatan asli daerah.

2.1.8. Kerangka Konseptual Kerangka Konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) X1 H1 Pendapatan asli daerah (Y) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) X2 H2 H3 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Dari gamabar kerangka konseptual diatas penulis ingin mengkaji dan menguji apakah Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan asli daerah. 2.1.9 Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Pajak Kendaraan Bermotor berpengaruh secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daearah

H2 : Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor berpengaruh secara parsial terhadap Pengasilan Asli Daerah. H3 : Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor berpengaruh secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah.