BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kuat, dalam bentuk landasar filosofis, landasan yuridis dan landasan empiris.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila, dan dituntut untuk menjunjung tinggi norma Bhinneka Tuggal Ika,

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Negeri (SMPN) inklusif di Kota Yogyakarta, tema ini penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 Bab 1 pasal

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

GURU PEMBIMBING KHUSUS (GPK): PILAR PENDIDIKAN INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pendidikan menjadi hak bagi setiap individu, bukan hanya individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No. 002/U/1986, pemerintah telah merintis

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. inklusif menjamin akses dan kualitas. Satu tujuan utama inklusif adalah

BAB I PENDAHULUAN. harus dapat merasakan upaya pemerintah ini, dengan tidak memandang

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SDN No MEDAN MARELAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sekolah-sekolah regular dimana siswa-siswanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jalan merubah cara pandang dalam memahami dan menyadari. memperoleh perlakuan yang layak dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

SUMIYATUN SDN Ketami 1 Kec. Pesantren Kota Kediri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Landasan Pendidikan Inklusif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak untuk semua anak dan hal ini telah tercantum dalam berbagai instrument internasional

Educational Psychology Journal

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN INKLUSIF. Kata Kunci : Konsep, Sejarah, Tujuan, Landasan Pendidikan Inklusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. tenaga profesional untuk menanganinya (Mangunsong,2009:3). Adapun pengertian tentang peserta didik berkebutuhan khusus menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah Inklusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan yang bermutu merupakan ukuran keadilan, pemerataan

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. ada perantaraan pendidikan agar perkembangannya sempurna sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran

I. PENDAHULUAN. perbedaan kecerdasan, fisik, finansial, pangkat, kemampuan, pengendalian diri,

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pendamping khusus ketika anak berkebutuhan khusus dengan ketunaan low

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Penuntasan wajib belajar 9 tahun bagi semua anak Indonesia sehingga pemerintah memiliki program yang mengalokasikan dana bantuan oprasional sekolah (BOS). Dana BOS dimaksudkan untuk merealisasikan sekolah gratis untuk jenjang pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama baik negeri maupun swasta (Direktorat PSLB, 2010:24). Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan masyarakat di Indonesia karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, sehingga negara memiliki kewajiban memebrikan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya untuk wajib belajar 9 tahun. Pentingnya pendidikan bagi generasi penerus bangsa sudah semestinya pendidikan mampu memberikan yang terbaik bagi anak bangsanya tanpa memandang setatus atau kelas ekonomi, fisik maupun mental anak. Peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan menyatakan bahwa penerimaan peserta didik pada setiap satuan pendidikan dilakukan tanpa diskriminasi. Bentuk diskriminasi yang dimaksud 1

2 antara lain perbedaan gender, agama, etis, status sosial, kemampuan ekonomi dan kondisi fisik atau mental anak istimewa. Peraturan mentri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan bakat istimewa, seperti yang tercantum dalam pasal 1 yang menjelaskan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya (Direktorat PSLB, 2010: 42). Untuk menjamin pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud, maka pemerintah melalui mentri pendidikan nasional telah menerbitkan peraturan tentang pendidikan inkluisif bagi peserta didik yang memiliki kelainan untuk mengikuuti pendidikan bersama dengan anak noral lainnya. Pendidikan inklusif mulai dicanangkan pada konfrensi internasional yang diselenggarakan oleh UNESCO pada tanggal 7-10 Juni tahun 1994 di Salamance Spanyol. Konfrensi yang dilakukan yang diikuti oleh 92 negara dan 25 organisasi internasional ini mmenghasilkan kesepakatan yang dikenal dengan Kesepakatan Salamance (Salamance Statement) yang menyepakati pentingnya pelaksanaan pendidikan inklusif (Inklusif Education) oleh semua nnegara di dunia sehingga setiap sekolah dapat melayani semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusif bertujuan untuk membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental, perilaku dan sosial agar mampu mengebangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan

3 alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjut serta meiliki budaya pekerti leluhur dikdasmen dalam (Marthan, 2007: 137). Landasan filosofi pendidikan inklusif di Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945. Landasan filosofi ini terungkap dengan jelas dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda tetapi tetap satu tujuan. Bangsa Indonesia menghargai kebhinekaan dan dan keberagaman yang diposisikan sebagai kekayaan dan kekuatan bangsa. Tujuan nasional pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (Direktorat PSLB, 2010: 1). Sebagai bangsa yang memiliki pandangan filosofi Bhineka Tunggal Ika mencerminkan bahwa di dalam diri manusia memiliki potensi yang luar biasa yang dapat di banggakan untuk menghasilkan masa depan bangsa yang baik juga. Anak yang menyandang ketunaan akan sulit melakukan penyesuaian sosial, sehingga potensi anak tidak dapat berkembang secara optimal, maka layanan pendidikan khusus diperlukan bagi anak yang membutuhkan suatu sistem pendidikan tidak hanya memperhatikan prinsip efisiensi tetapi juga efektifitas. Pendidikan inklui merupakan konsep pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang kehidupan anak karena keterbatasan fisik ataupun mental (Ilahi, 2013:23). Melalui pendidikan inklusif ini diharapkan anak berkelainan atau berkebutuhan khusus dapat dididik bersama-sama dengan anak normal lainnya agar potensi anak berkembang dengan normal. Pendidikan inklusif merupakan suatu pendidikan dimana semua siswa dengan kebutuhan khusus diterima di sekolah regular untuk belajar bersama-sama

4 dengan anak normal lainnya. Anak berkebutuhan khusus di dalam pendidikan inklusif mendapatkan persamaan hak kewajiban yang sama dengan anak normal lainnya (Fitria, 2012: 90). Melalui pendidikan inklusif diharapkan anak berkebutuhan khusus dapat dididik bersama dengan anak noral lainnya. Tujuannya adalah agar tidak ada kesenjangan antara anak normal dengan anak berkebutuhan khusus, diharapkan pula anak dengan kebutuhan khusus dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar sehingga setiap anak mendapatkan perlakuan secara maksimal dan adil, maka diperlukannya metode pembelajaran yang efektif dan metode pembelajaran yang bervariasi untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran yang menyenangkan. Berbagai macam jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar dan metode tersebut dapat digunakan sesuai dengan keadaan dan kondisi di kelas. Metode yang digunakan tidak hanya satu metode tetapi dapat digabungkan dengan metode yang lain agar siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran berlangsung. Metode pembelajara adalah cara yang dilakukan guru untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa, karena penyampainnya berlangsung dalam interaksi edukatif. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan guru dalam melaksanakan pembelajaran diharapkan dapat memaksimalkan kualitas pendidikan serta dapat membuat pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat belajar dengan maksimal (Hamdani, 2011: 80).

5 Hasil observasi yang dilakukan peneliti dengan guru di SDN Sumbersari 2 Kota Malang, sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif mulai tahun 2008. Sekolah ini mmenerima siswa ABK melalui tes yaitu dengan tes membaca untuk mengetahui karakteristik ABK serta penanganannya. SDN Sumbersari 2 Kota Malang saat ini memiliki 14 siswa ABK dengan ketunaan sebagai berikut yaitu: autis, slow leaner, tunagrahita, dan ADHD. Hasil wawancara dengan guru di sekolah bahwa metode pembelajaran yang digunakan masih monoton karena lebih banyak menggunakan metode ceramah tanpa dibarangi dengan metode yang lainnya. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kurang berfariasi, sehingga siswa kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, untuk itu peneliti tertarik membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul Analisis Metode Pembelajaran Pada Sekolah Inklusif Di SDN Sumbersari 2 Kota Malang 1.2 Fokus Masalah Penelitian ini di fokuskan pada pelaksanaan penggunaan metode pembelajaran sekolah inklusif yang dilaksanakan di SDN Sumbersari 2 Kota Malang. Metode pembelajaran yang dimaksud mencangkup jenis metode yang digunakan, penerapan metode, kendala yang terdapat dalam penerapan, serta solusi yang ditawar untuk mengatasi kendala yang ada dalam pelaksanaan metode pembelajaran di SDN Sumbersari 2 Kota Malang.

6 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran pada sekolah inklusif di SDN Sumbersari 2 Kota Malang? 2. Apa saja kendala dalam pelaksanaan metode pembelajaran metode pembelajaran pada sekolah inklusif di SDN Sumbersari 2 Kota Malang? 3. Bagaimana solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan metode pembelajaran pada sekolah inklusif di SDN Sumbersari 2 Kota Malang? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut. 1. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan metode pembelajaran pada sekolah inklusif di SDN Sumbersari 2 Kota Malang. 2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan apa saja kendala dalam pelaksanaan metode pembelajaran pada sekolah inklusif SDN Sumbersari 2 Malang. 3. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan metode pembelajaran pada sekolah inklusif di SDN Sumbersari 2 Kota Malang.

7 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak mengenai pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang menarik khususnya dalam kelas inklusif. Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritik Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pemilihan metode pembelajaran yang cocok dengan materi, situasi, dan kondisi siswa khususnya di sekolah inklusif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar khususnya sekolah inklusif. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan membantu kepala sekolah untuk mengevaluasi penggunaan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi tujuan pembelajaran, dan karakter siswa di SDN Sumbersari 2 Malang. b. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam upaya penggunaan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi, situasi dan kondisi di kelas. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan refrensi sehingga dapat memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji permasalahan ini.

8 1.6 Batasan Penelitian Batasan penelitian dilakukan di SDN Sumbersari 2 Kota Malang yang merupakan sekolah inklusif yang ada di Kota Malang. Pengambilan data penelitian dilakukan kepada pihak sekolah seperti kepala seklah, guru kelas, GPK, dan peserta didik ABK. Penelitian ini dipusatkan pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode, kendala dalam pelaksanaan metode pembelajaran serta solusi untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan metode pembelajaran di SDN Sumbersari 2 Kota Malang. 1.7 Definisi Istilah Difinisi istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Analisis Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Analisis data menurut (Sugionono, 2014: 244) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam katagori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, kemudian membuat kesimpulan. 2. Anak berkebutuhan khusus (ABK) Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki perbedaan dengan rata-rata anak seusianya atau anak-anak normal lainnya. Perbedaan ini terjadi dalam beberapa hal, seperti proses pertumbuhan dan perkembangannya yang mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara fisik, mental intelektual, sosial maupun emosional (Ramadhan, 2012: 10).

9 3. Pendidikan inklusif Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang kehidupan anak karena keterbatasan fisik ataupun mental. Pendidikan inklusif di Indonesia bukan sekedar tempat pendidikan, akan tetapi lebih sebagai filosofis, prinsip dan metode dalam pembangunan masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945. Hal ini terungkap dengan jelas dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda tetapi satu tujuan. Bangsa Indonesia menghargai kebhinekaan dan keberagaman yang di posisikan sebagai kekayaan dan kekuatan bangsa (Ilahi, 2013: 23). 4. Metode pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik pembelajaran bahan pelajaran yang akan di gunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual maupun secara kelompok. Terciptanya tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan, seorang guru harus mengetahui berbagai jenis metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran maka guru harus mengetahi situasi dan kondisi siswa serta materi yang akan di ajarkan agar semuanya berkaitan dan siswa yang mengikuti proses belajar mengajar merasa nyaman saat mengikuti proses pembelajaran (Sabri, 2005: 52).